Quantcast
Channel: Fardelyn Hacky
Viewing all articles
Browse latest Browse all 137

Menyusuri Jejak Kenanganku di Lombok

$
0
0
Pantai dengan nuansa pedesaan dan rumah suku Sasak. Foto: http://www.travelandescape.ca/

Dari semua perjalananku ke banyak tempat, adalah perjalananku ke Lombok 11 tahun lalu menjadi perjalanan yang paling berkesan buatku. Mungkin pun akan menjadi perjalanan paling berkesan seumur hidupku. Ada dua hal yang membuatnya menjadi berkesan. Pertama, karena itu adalah perjalanan pertamaku ke luar Aceh. Dan kedua,  itu adalah perjalananku yang paling ekstrim.

Pernah membayangkan melakukan perjalanan dari ujung Sumatera ke Indonesia bagian tengah dengan hanya mengandalkan kendaraan darat? Jangan kaget kalau kukatakan bahwa aku pernah melakukannya. Aku tidak sendiri memang. Ada adik perempuanku yang menjadi teman perjalananku. Hoho…jangan membayangkan kami pergi ke Lombok dalam rangka jalan-jalan atau senang-senang lalu cari sensasi dengan melakukan perjalanan ekstrim supaya masuk TV. Oh, beberapa saluran TV swasta nasional memang memberitakan tentang kami, tetapi bukan cerita tentang dua pelancong yang berhasil mencapai tanah Lombok setelah menempuh lebih dari seminggu perjalanan dari Kota Banda Aceh. Sama sekali bukan. Alih-alih kisah perjalanan inspiratif seperti itu, kami muncul di TV-TV nasional dengan berita berjudul PENGUNGSI TSUNAMI DI LOMBOK dan sejenisnya. Hiks.

Bisa pergi ke Lombok adalah cita-citaku dan adikku. Tujuan utama kami tak lain dan tak bukan adalah menjenguk orangtua kami yang sedang bertugas di sana. Sejak 2002, Papa bertugas di Polda Nusa Tenggara Barat dan tinggal Kota Mataram. Dunia internet tidak semasif sekarang, jadi waktu itu aku belum tahu bahwa Lombok adalah daerah tujuan wisata sebagaimana Bali. Melalui telepon, Papa sering bercerita tentang keindahan pulau Lombok, tentang keramah-tamahan penduduk lokalnya, tentang keberagamannya yang indah, tentang kebudayaannya yang baru kudengar… apa saja tentang Lombok.

Maka kuukir cita-cita bahwa suatu hari aku akan ke Lombok. Selain ingin menjenguk kedua orangtuaku, aku juga ingin merasakan dan melihat langsung cerita-cerita indah yang didendangkan Papa. Selesaikan kuliahmu dan datanglah ke sini, begitu pesan Papa.

Sampai hari itu tiba, 26 Desember 2004.

Melihat kotaku seperti kota mati dengan mayat di mana-mana, melihat rumah-rumah di sekitar tempat tinggalku menjadi rata dengan tanah, kami memutuskan meninggalkan Aceh setelah sempat menjalani hidup di pengungsian. Maka dimulailah petualanganku bersama adikku, menuju Nusa Tenggara Barat, dengan mengandalkan kendaraat darat. Melintasi kota-kota di Pulau Sumatra, menyeberangi Selat Sunda, tercengang-cengang bak anak kampung di Ibukota Jakarta, melintasi kota-kota kecil dan kota-kota besar di jalur Pantura Jawa, menyeberangi Selat Bali, lalu terdampar di kota Denpasar yang panas. Dan sampailah kami pada penyebarangan terakhir  kami. Dari Pelabuhan Padang Bai Bali ke Lombok hanya empat saja lagi, tetapi aku sudah tidak sabar ingin segera sampai ke Lombok karena aku sudah terlalu lelah. Lelah dengan apa yang terjadi di kotaku di Aceh, ditambah dengan perjalanan sejauh itu dan selama itu.

Kami berangkat dari Aceh akhir tahun 2004. Sampai ke Lombok, tahun sudah berganti menjadi 2005. Seperti perjalanan setahun, hahaa.

Dengan telah berhasilnya aku melakukan perjalananan ekstrimku tersebut, boleh dibilang aku sudah menjelajahi setengah Indonesia, hahaa. Indonesia luas sekali man, perlu melakukan perjalanan seperti itu lagi untuk bisa menjelajahi setengahnya lagi. Tetapi aku tidak yakin akan bisa melakukan perjalanan seekstrim itu lagi sekarang. Staminaku tidak lagi sekuat dulu ketika melakukan perjalanan darat antar pulau-pulau di Indonesia. Tetapi kalau ada yang mengajakku keliling Indonesia naik pesawat, ayo aja, aku langsung ngacung dan seret koper, lol.

Balik lagi ke cerita perjalananku menuju Lombok.

Hari sudah malam ketika akhirnya kami sampai di Lombok. Kami dijemput oleh anak buah papaku di pelabuhan Lembar, Lombok Barat. Tiga hari di rumah orangtua di Kota Mataram, aku seperti orang mati. Tidur nggak bangun-bangun, lol.

Di hari keempat, ada wartawan TV datang ke rumah orangtuaku. Mereka ingin mewawancarai aku dan adikku. Tanya ini itu tentang tsunami dan bagaimana akhirnya kami bisa mengungsi ke Lombok. Whaaaat??? Pengungsi? Alih-alih disebut traveler, kami malah disebut pengungsi. Aku tidak tahu harus ketawa atau sedih.  Besoknya, rumah orangtuaku masih kedatangan wartawan TV, TV lain lagi tentunya. Oh My God, aku dan adikku mendadak selebritas, lol.  Beberapa kenalan kami dan saudara-saudara di Aceh kaget sekaligus senang melihat kami di TV. Dari mulai Metro TV, SCTV, RCTI, apalagi, pokoknya semua TV, lol.

Pengalaman kami mendadak jadi selebritas tidak berakhir sampai di situ. Di hari-hari selanjutnya, kami diundang di berbagai tempat. Di berbagai konser amal untuk Aceh, di berbagai acara di kampus Universitas Mataram (UNRAM), acara di pendopo Gubernuran. Wuiiiih… seru juga ternyata jadi selebritas, meski abal-abal, lol.

Jadi begitulah asal muasal kedatanganku ke Lombok 11 tahun lalu itu.

Sambil memenuhi undangan di sana sini *duh, bahasaku, lol*, kami tak lupa mengeskplor Lombok. Kutulis sedikit saja dari beberapa tempat yang pernah  kudatangi.

Pantai Senggigi
Pantai Senggigi. Foto: www.idtempatwisata.com
Menyebut Lombok, rasanya kurang afdhol jika tidak menyebut nama pantai ini. Apalagi tempatnya tidak begitu jauh dari tempat tinggal kami. Orangtuaku tinggal di Sweta,  (dibaca Swete), Kota Mataram. Jarak dari Mataram ke Pantai Senggi tidaklah begitu jauh karena masih sama-sama berada di Lombok Barat. Yang menarik dari pantai Senggigi adalah garis pantainya yang panjang. Jadi, di sisi barat Pantai Senggigi, terdapat gunung yang mana jalan menuju ke pantai Senggigi adalah melewati gunung tersebut. Nah, sebelum kendaraanmu meluncur ke bawah sana, kau boleh meminta supir atau guideuntuk berhenti sebentar di badan jalan ini. Dulu boleh berhenti, sekarang sih aku nggak tahu, ya :D  Berhenti di situ, apalagi kalau bukan untuk foto-foto, baik foto selfie maupun mengambil foto pemandangan pantai Senggigi dari ketinggian. Dari ketinggian, Senggigi terlihat begitu indah, begitu memukau, begitu memesona. Tak perlu waktu lama, dia langsung mencuri hatiku. Aku Dejavu. Berdiri di ketinggian sambil menatap garis pantai Senggigi yang memanjang hingga ke ujung timur, aku seperti melihat pantai Lamno dari Puncak Geurutee Aceh.

Sebagai tambahan informasi, di sekitar pantai Senggigi ada banyak sekali hotel. Sewaktu saya ke sana dulu, beberapa hotel sedang dibangun. Saya membayangkan sekarang tentunya daerah tersebut sudah padat sekali.

Tidak jauh dari Pantai Senggigi, terdapat Pura Batu Bolong. Ini adalah tempat peribadatan agama Hindu, tetapi dibuka juga untuk para wisatawan. Karena ini adalah tempat ibadah, maka masuk ke sini harus ikut aturan di tempat tersebut, yaitu memakai selendang kuning yang diikat di pinggang. Disebut Pura Batu Bolong karena di situ memang terdapat batu yang bolong tengahnya. Tempatnya persis menghadap ke laut. 

Pantai Kuta
Pantai Kuta Lombok Tengah. Foto: daftartempat.com
“Apa? Pantai Kuta juga ada di Lombok? Selama ini aku hanya tahu pantai Kuta ada di Bali,” begitu kataku pada supir yang hari itu membawa kami menuju Lombok Tengah.

“Lihat saja sendiri nanti Pantai Kuta di Lombok dan bandingkan dengan pantai Kuta di Bali,” begitu jawabnya.

“Tapi aku belum pernah ke Pantai Kuta di Bali. Sewaktu di Bali, aku hanya berada di Denpasar saja. Lagipula aku tidak suka membanding-bandingkan, tambahku dalam hati. Menurutku, setiap tempat pasti memiliki keindahan dengan ciri khasnya masing-masing.

Pantai Kuta (dibaca Kute à logat orang Lombok sama seperti Orang Bali di mana akhiran ‘a’ dibaca ‘e’) terletak di Lombok Tengah. Ibukota Lombok Tengah adalah Praya. Pertama mendengar nama Kota Praya, saya berdecak kagum. Nama kotanya cantik banget, mirip nama salah satu kota di Eropa. Kotanya padat dan bersih meski tidak seramai Kota Mataram. Di sini terdapat banyak bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda. Sekarang, bandara Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah berpindah ke Praya. Waktu saya ke Lombok dulu, bandaranya adalah Bandara Selaparang di Lombok Barat.

Balik lagi ke cerita soal jalan-jalan ke Pantai Kuta.

Sebelum ke Pantai Kuta, sang supir plus guide yang dibayar papaku untuk membawa kami jalan-jalan selama di Lombok, mengajak kami ke Hotel Novotel. Bukan, bukan untuk menginap di sana. Kami hanya ingin mampir sebentar saja di hotel tersebut. Saya tidak membayangkan bahwa ternyata Hotel Novotel di Lombok memiliki bangunan yang klasik. Alih-alih dibangun bergaya modern, bangunannya adalah berbentuk rumah adat suku Sasak. Tetapi meski penampakan dari luarnya unik etnik, interior dalamnya tetap modern.

Dan sampailah aku ke pantai Kuta. Woaaaaa…. indah banget. Pasirnya putih, lautnya biru kehijauan, dan di sekitar pantai terdapat bebatuan hitam yang besar-besar. Ada bukit yang menjorok ke pantai sehingga terlihat seperti pulau. Lautnya tenang nyaris tak berombak. Jika di Senggigi aku tidak pernah menceburkan diri ke laut, di Pantai Kuta aku malah mandi sepuasnya :D Apalagi waktu kami datang hari itu, tidak banyak orang di Pantai Kuta. Kami merasa hari itu Pantai Kuta adalah milik kami.

Jika Tuhan mengijinkanku untuk kembali ke Lombok, Pantai Kuta termasuk salah satu destinasi yang ingin kukunjungi lagi.

Taman Narmada
Taman Narmada. Foto: wisatalombok.info
Sewaktu ke Taman Narmada, kami pergi sekeluarga. Papaku yang jadi guide, haha. Maklum, sejak bertugas di Nusa Tenggara Barat sejak 2002 (sampai saat kami datang di 2005), boleh dibilang beliau sudah menguasai seluk beluk Lombok hingga Sumbawa (beliau juga pernah bertugas di Sumbawa), dari wisatanya sampai sejarahnya. Ketika sampai di Lombok, kata ‘Narmada’ tidaklah asing bagiku. ‘Narmada’ menjadi merek salah satu produk air minum mineral kemasan di Lombok, dan terkenal pula. AQ** aja kalah. Di mana-mana, orang-orang meminum air mineral kemasan merek ‘Narmada’. Aku tidak tahu apakah merek minuman ini masih eksis sampai sekarang, megingat sudah 11 tahun waktu berlalu.

Waktu itu, aku penasaran dengan kata ‘Narmada’ dan kenapa nama ini bisa dipakai sebagai merek air mineral kemasan. Ternyata, menurut papaku, Narmada adalah nama sungai. Sungai Narmada terletak di India. Jauh amat India dengan Lombok, apa hubungannya coba?  Jadi, masih menurut papaku, Lombok memiliki hubungan yang erat dengan Bali. Di jaman dahulu kala (ada tahunnya ini, bukan dongeng, cuma yang cerita nggak sebut tahun :D), raja-raja yang berkuasa di Lombok adalah raja-raja Bali. Ini sekaligus menjawab rasa penasaranku ketika sampai di Lombok, yaitu; (1) kenapa logat sebagian orang Lombok mirip dengan logat Bali (seperti yang aku tulis di atas, pengucapan akhiran ‘a’ dibaca ‘e’, salah satunya), (2) kenapa nama-nama orang Bali banyak ditemukan di Lombok sementara mereka orang Lombok. Diceritakan, ada seorang Raja yang rajin bersembahyang di puncak Gunung Rinjani, namun di usia tua raja tersebut tidak mampu lagi melakukan ritual tersebut di puncak gunung. Maka sang raja memerintahkan untuk membangun sebuah taman yang mirip dengan Gunung Rinjani. Maka tidak heran di dalam Taman Narmada ini akan kita jumpai undakan bertingkat yang menyerupai gunung. Inilah yang disebut replika Gunung Rinjani. Di bagian puncaknya, terdapat sebuah Pura yang disebut Pura Kalasa. Pengunjung diperbolehkan kok jika ingin naik ke puncak gunung buatan tersebut. Terdapat puluhan anak tangga untuk menuju ke atas. Berdiri di atas gunung buatan ini, akan tampak tiba buah kolom yang berair sangat jernih dan bersih di bawahnya. Kata papaku, air kolom tersebut langsung bersumber dari mata air gunung Rinjani. Di sini kami mandi sepuasnya. Mandi dengan air yang bersih dan jernih seperti di kolom Taman Narmada serasa sedang mandi di sungai-sungai di pegunungan. Konon, air kolam Taman Narmada dipercaya bisa membuat awet muda. Pantas saat itu banyak sekali orang yang mandi atau sekadar bercuci muka di kolam tersebut, ternyata banyak yang ingin awet. Alhamdulillah aku pernah nyemplung  ke kolam Taman Narmada (walaupun tidak bisa berenang), rupanya inilah yang membuatku tampak awet muda ya, hahahaaa…

Buat yang berencana pergi ke Lombok, jangan lupa singgah sebentar ke Taman Narmada. Selain bisa mandi-mandi di kolam yang bisa bikin awet muda atau naik ke puncak Gunung Rinjani (buatan), pemandangan di sini juga sangat asri sekali. Khas taman raja-raja jaman dahulu. Taman Narmada berlokasi di Kota Mataram.

Ampenan
Ampenan, Lombok Barat. Foto: @ekafitriani (Hellolombokku.com)

Jika mengunjungi suatu tempat, jangan lupa kunjungi juga kota tuanya. Kota tua di Lombok adanya di daerah Ampenan. Kata Papaku, jaman dulu Ampenan adalah pusat kota di Lombok. Mungkin ibukota kerajaan kali, ya. Maka tak heran bangunan-bangunan tua masih berdiri kokoh di sepanjang jalan-jalan di Ampenan. Di sini juga terdapat Pelabuhan Ampenan yang langsung berbatasan dengan Selat Lombok, selat yang memisahkan Pulau Lombok dengan Bali. Namun pelabuhan tersebut sudah  tidak digunakan lagi sejak ada pelabuhan baru di Lembar. Yang menarik dari kawasan Ampenan adalah masyarakatnya sangat multikultural. Kata papaku, saking beragamnya, mereka memiliki nama kampung masing-masing di Ampenan;  Kampung Tionghoa, Kampung Bugis, Kampung Melayu,  Kampung Banjar, Kampung Arab, Kampung Bali. Ini berbeda dengan di Kota Mataram atau kawasan Lombok lainnya yang mana didominasi oleh dua suku yaitu Lombok (suku Sasak) dan suku Bali. Kawasan Ampenan berada tidak jauh dari Kota Mataram
***

“Apa di Ampenan ada Kampung Aceh?”

Papaku menjawab tidak ada. Tetapi di Nusa Tenggara Barat terdapat sedikit orang Aceh dan mereka tinggal secara menyebar. Ada yang tinggal di Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Sumbawa. Bahkan ada yang di Bima. Sebagai orang Aceh, ketika berkunjung ke suatu tempat, maka orang-orang yang memiliki kesamaan suku-lah yang dicari terlebih dahulu. Kalian begitu tidak? Papaku sih (kami juga sebenarnya) begitu. Ketika awal-awal sampai di Lombok, Papa ketemu sama satu orang Aceh di Lombok Barat, dari satu beliau bertanya yang lainnya, sampai akhirnya beliau terhubung dengan orang-orang Aceh di Lombok. Orang Aceh yang sudah menetap dan menjadi warga Nusa Tenggara Barat. Jumlahnya tidak banyak. Tetapi ketika kami berkumpul dalam satu acara, kenduri di salah satu rumah misalnya, ramainya minta ampun. Tahu sendiri kan kalau orang Sumatera sudah kumpul di satu tempat? :D
***

Menuliskan tentang jejak kenanganku tentang Lombok di 11 tahun yang lalu, menerbitkan sebuah kerinduan yang besar sehingga aku merasa aku ingin kembali lagi ke sana. 11 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Apa-apa yang aku tulis, mungkin ada yang sudah berubah. Lombok menurut sudut pandangku di 11 tahun lalu mungkin sudah berbeda dengan Lombok yang sekarang. Dulu Lombok belum menjadi destinasi seterkenal sekarang. Aku membayangkan, sekarang Pantai Kuta tentu sudah dipadati oleh manusia, di sekitar kawasan Pantai Senggigi tentu sudah dipenuhi oleh jejeran hotel-hotel. Taman Narmada bagaimana bentuknya sekarang? Apakah airnya masih sebening dan sejernih dulu? Saudara-saudara se-Aceh-ku, apa kabar mereka sekarang? Sejak keluargaku kembali ke Aceh, kami tidak pernah lagi menginjak tanah Lombok. Sejak lama, aku selalu mengutarakan kerinduanku akan tanah Lombok. Kerinduan yang hanya kubagi dengan keluargaku saja. Ya, karena kurasa mereka juga merasakan kerinduan yang sama.

Lombok, kapankah aku akan kembali ke sana? Menjumpai saudara sesukuku, menjumpai teman-teman Lombokku dulu, menjumpai Bapak Lalu Serinata (Gubernur NTB saat itu) yang telah membantuku kembali ke Aceh atau menyusuri jejak kenanganku yang tertinggal di sana. Akankah World Travel Writer Gathering 2015membawaku kembali ke Lombok?

Viewing all articles
Browse latest Browse all 137

Trending Articles


Girasoles para colorear


mayabang Quotes, Torpe Quotes, tanga Quotes


Tagalog Quotes About Crush – Tagalog Love Quotes


OFW quotes : Pinoy Tagalog Quotes


Long Distance Relationship Tagalog Love Quotes


Tagalog Quotes To Move on and More Love Love Love Quotes


5 Tagalog Relationship Rules


Best Crush Tagalog Quotes And Sayings 2017


Re:Mutton Pies (lleechef)


FORECLOSURE OF REAL ESTATE MORTGAGE


Sapos para colorear


tagalog love Quotes – Tiwala Quotes


Break up Quotes Tagalog Love Quote – Broken Hearted Quotes Tagalog


Patama Quotes : Tagalog Inspirational Quotes


Pamatay na Banat and Mga Patama Love Quotes


Tagalog Long Distance Relationship Love Quotes


BARKADA TAGALOG QUOTES


“BAHAY KUBO HUGOT”


Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.


Vimeo 10.7.1 by Vimeo.com, Inc.