Quantcast
Channel: Fardelyn Hacky
Viewing all 137 articles
Browse latest View live

Tupperware dan Hidup Kami yang Sungguh Absurd!

$
0
0


Saya senyum-senyum sendiri ketika membaca artikel SUAMI-SUAMI TAKUT TUPPERWARE (HILANG) yang sempat viral tempo hari. Pasalnya suami saya, SS, termasuk dalam golongan tersebut (lol);  takut dan was-was jika dia sampai menyalahgunakan atau menghilangkan koleksi Tupperware milik istrinya ini. Padahal saya tidak pernah membekalinya makan siang. Dia lebih sering membeli sendiri makan siangnya di warung yang dia sukai, jika saya tidak memasak, atau pulang kemudian makan di rumah jika saya memasak. Tapi dia tahu kalau Tupperware yang jumlahnya cuma seuprit di rumah itu sangat berharga nilainya. Dia nggak akan berani meminjamkan Tupperware di rumah ke orang lain atau membawanya, tanpa sepengetahuan saya.  

Well, tupperware yang saya punya tidak banyak, tapi betul-betul saya manfaatkan semuanya sesuai fungsi dan kodratnya, yaitu sebagai wadah untuk menyimpan makanan dan bukannya wadah yang hanya dipajang di lemari kaca di samping sofa. ETA TERANGKANLAH kenapa bu-ibu se-Indonesia suka semena-mena menyalahi fungsi dan kodrat tupperware dengan menjadikannya sebagai pajangan doang dan tidak pada tempatnya pula (di ruang tamu)? 

Sebut saja salah satu yang saya punya adalah Tupperware Freezer Collection. Wadah penyimpan makanan beku ini salah satu item Tupperware saya yang sangat jarang tersimpan lama di lemari piring dan lebih sering berada dalam waktu lama di ruang pembeku.  Alasannya sederhana, karena saya pemalas. Malas membersihkan ikan setiap kali memasak: jadi saya beli ikan dalam jumlah dan jenis yang banyak, bersihkan, lalu simpan dalam freezer, tinggal ambil kapan mau memasak; malas menyiapkan bumbu untuk setiap kali memasak: jadi beli semua jenis bumbu dapur, pilah-pilah dalam jumlah yang banyak untuk beberapa jenis bumbu, blender, taruh dalam freezer;  atau yang paling mengenaskan adalah saya sengaja memasak menu dalam jumlah yang banyak dengan menyisihkan sebagiannya disimpam di freezer sehingga kapan diperlukan tinggal dipanaskan saja. MUAHAHAHA! 

Sungguh hidupku telah terselamatkan berkat kulkas!

Alasan saya memilih tupperware sebagai wadah menyimpan makanan bukanlah karena gengsi semata, walaupun harganya lumayan mahal untuk kategori wadah plastik. Lha wong saya tidak pernah memajangnya di ruang tamu atau di ruang keluarga. Saya menyukai tupperware lebih karena:

Warna dan desainnya yang lucu-lucu. Wanita memang sungguh absurd! Kami bisa sangat menyukai sesuatu hanya karena warna dan desain yang lucu. 

Foodgrade, sehingga aman untuk menyimpan makanan. Jangan pernah mengatakan ‘Tupperware kan cuma wadah plastik’ karena kami tahu bahwa tidak semua wadah berbahan plastik aman digunakan untuk menyimpan makanan. 

Garansi seumur hidup. Produk mana lagi yang kalau tutup atau wadahnya rusak secara alami akan diganti dengan produk yang sama selain Tupperware? Inilah yang membuat bu-ibu seantero Indonesia jadi cinta dengan Tupperware. Bisa dimiliki seumur hidup!

Gratis. Sebagian besar produk Tupperware di rumah saya, saya dapatkan secara gratis. Beberapa tahun lalu saya sempat berkecimpung dalam bisnis sampingan jual beli Tupperware. Saya tahu bisnis ini berbasis MLM, tetapi saya tidak ikut dalam sistem MLM-nya karena saya tidak suka bisnis MLM. Saya hanya menjualnya saja jika ada yang membeli. Dari hasil penjualan, selain mendapatkan sedikit keuntungan berupa uang, saya juga mengumpulkan poin untuk kemudian saya tukarkan dengan produk yang saya inginkan. Semakin mahal produknya, tentu membutuhkan poin yang banyak pula. Saya bekerja keras untuk itu, haha. 

Perempuan lain mungkin akan memiliki segudang alasan kenapa mereka menyukai tupperware, tapi saya cukup empat alasan itu saja. Karena pada dasarnya saya sih suka produknya yang sekadar menyukai saja. Tidak sampai yang harus tergila-gila berburu setiap produk yang keluar. Sekarang saya memang sudah jarang berbelanja tupperware karena masih memiliki banyak produknya hasil berbisnis dulu. Tetapi meski demikian, saya masih membutuhkan  beberapa wadah lagi dari Tupperware Freezer Collection. Kebutuhan saya untuk menyimpan makanan beku, bumbu beku, dan lauk beku semakin bertambah saja, sementara wadahnya belum bertambah, masih punya yang dulu-dulu. Untuk berbisnis sampingan lagi seperti dulu, saya sudah tidak sanggup lagi dan tidak berminat. Tampaknya saya perlu memanfaatkan Tupperware promo MatahariMall. 


Wajan Kesayangan

$
0
0
Foto: koleksi Pribadi
Beberapa waktu lalu, saya di-tag sama teman untuk ikut kuis yang berhadiah, salah satunya, Kirin Non-Stick Wok Clarinet yang―sudah pasti­―dibuat oleh akun instagram Kirin dong ah. Kenapa saya langsung menyebut ke salah salah satu produk Kirin dan lebih lanjut kenapa saya sampai menuliskan ini adalah karena saya adalah pemakai produk Kirin. D rumah saya, ada dua produk Kirin, yaitu rice cooker dan Kirin Non-Stick Wok Clarinet. Biar nggak belibet, produk Kirin Non-Stick Wok Clarinet saya sebut wajan saja ya―karena bentuknya seperti wajan, meskipun jarang saya gunakan untuk menggoreng ikan.

Di antara dua produk Kirin di rumah saya, sayangnya saya cuma kepincut sama wajannya doang, rice cooker-nya enggak. Kedua produk Kirin tersebut kami miliki secara tak sengaja, asal pilih saja, bukan karena kami pengguna loyal, lol. Ketaksengajaan yang ternyata memberikan nuansa yang berbeda. 

Rice Cooker Kirin dibeli oleh suami saya, SS, tanpa sepengetahuan saya―karena waktu itu saya sedang tidak di Banda Aceh. Rice cooker kami yang lama sudah tua dan nasinya cepat menjadi basi ketika dimasak. Pulang-pulang, saya lihat udah ada rice cooker baru. Tapi kok ya saya kurang sreg sama mereknya. Tapi ya sudahlah, saya nikmati saja hidup ini. Lama-lama, rasa kurang sreg yang dulu pernah ada akhirnya terbukti jua. Kecepatan menanak nasinya kalah jauh dibanding rice cooker dari Korea yang terkenal ini. Masa menunggu nasi masak (jika dimasak banyak nyaris penuh) bisa sampai 2,5 jam? Kzl kan jadinya. 

Kembali ke topik tentang wajan Kirin (seperti gambar di atas). Nah kalau yang ini, justru sayalah yang dengan sadar membelinya. Targetnya waktu itu memang mau beli wajan, kalau bisa bukan merek Kirin. Lha kok ya akhirnya kebeli juga tuh wajah yang merek Kirin? 

Begini ceritanya. Waktu itu saya  sedang berada di toko Istana Kado bareng suami dan anak. Tokonya dekat dengan pusat kota Banda Aceh dan pusat segala perbelanjaan ini itu. Bukannya mengabaikan fakta bahwa belanja online lebih praktis, tapi karena saat itu kami memang sedang berada di pusat kota, ya sudah cuus ke Istana Kado.  Penginnya beli wajan yang agak bagus dikit, yang ada tutup kacanya, agak mahal dikit tapi jangan yang mahal-mahal amat. Bingung, kan? Banyak sekali maunya, tapi kontradiksi sekali. Pengin beli barang lain, mixer misalnya, tapi saat ini belum punya pos dana ke sana. Ditambah dapur kami belum selesai disulap menjadi dapur cantik, ya sudahlah, akhirnya cuma lihat-lihat harga mixer doang. 

Entah Istana Kado sedang kekurangan stok atau gimana, wajan yang agak lumayan dan memenuhi kriteria keinginan saya hanya wajan merek Kirin ini. Tapi aku kan pernah nggak sreg bang sama produk merek Kirin! Sempat maju mundur antara beli atau enggak, akhirnya terbeli juga. 


Dan, setelah saya memakai produknya, ketakutan saya, misalnya takut produknya mengecewakan, tidak terbukti. Sebaliknya, saya merasa sangat puas memakai wajan bertutup kaca ini. Sekarang, memasak jadi lebih cepat karena tutupnya yang rapat dengan sedikit lubang udara di atasnya. Masakan yang ditutup dengan baik akan membuat bahan makanaanya jadi cepat empuk. Masak kari daging atau ayam kampung atau ayam merah yang kerasnya na’uzubillah itu, sekarang tidak pakai lama lagi. Trus tutupnya juga tidak perlu sering-sering dibuka, kan bisa diintip saja kapan perlu dibuka. Paling asik kalau masak rendang, cukup buka sesekali saja. Santannya cepat mengental, dagingnya juga cepat empuk. Yang lebih penting, kuah rendangnya nggak lompat-lompat lagi ke muka.


Ukurannya cukup besar dan agak dalam. Bisa dipakai memasak untuk menu kenduri, haha. Bentuknya yang elegan dan berat, sering disalahartikan seperti wajan yang mahal itu tuh, Chef Series Casserole Pan-nya Tupperware. Beneran pernah disangka tetangga kalau wajan saya itu wajan Tupperware. Alamak, awak belum mampu beli wajan Tupperware yang mahal sekali itu. 


So far, saya puas banget pakai wajan ini. Lumayan mengobati kekecewaan saya sama rice cooker-nya. Haha.

Sail Sabang, Sabang sebagai Pelabuhan Hub Wisata Bahari Internasional

$
0
0
Sail Sabang 2017, Sabang sebagai Pelabuhan Hub Wisata Bahari Internasional

Sail Sabang,Sabang sebagai Pelabuhan Hub Wisata Bahari Internasional.  Sabang, rasa-rasanya hampir semua penduduk Indonesia kenal dengan pulau yang berada di ujung barat Sumatera ini. Sejak kecil, kita sering mendendangkan lagu ‘Dari Sabang Sampai Merauke’ dengan semangat ‘45. Saat itu rasanya saya bangga sekali menjadi orang Aceh, karena nama sebuah kota di sebuah pulau di provinsi Aceh dijadikan judul dan syair lagu yang kemudian dinyanyikan oleh seluruh rakyat Indonesia. 
Beberapa tahun terakhir ini, Sabang telah menjadi destinasi favorit bagi para pelancong.  Ini  tentu akan membawa nama baik Aceh sebagai daerah kunjungan wisata baik ke kancah nasional maupun intenasional. Tripadvisor.com baru-baru ini merilis daftar destinasi terbaik di Indonesia berdasarkan pilihan para traveller di mana Aceh menjadi salah satu dari Top 10 Destination in Indonesia1, sementara itu Kota Banda Aceh dan Sabang masuk sebagai salah dua destinasi terbaik versi Detik Travel2. Ini wajar mengingat Kota Banda Aceh adalah ‘pintu gerbang’ menuju Sabang. Sebagian orang mungkin hanya ingin berwisata ke Sabang saja, tetapi akhirnya tetap menikmati tempat-tempat wisata di Kota Banda Aceh dan sekitarnya karena mereka singgah di kota ini. 

Sabang adalah nama kota. Yak, banyak yang salah paham bahwa Sabang adalah nama Pulau meskipun Sabang ada di sebuah pulau, yaitu Pulau Weh. ‘Weh’ dalam bahasa Aceh berarti pindah. Menurut pakar geologi, dulunya Pulau Weh bersatu dengan daratan Aceh. Namun karena letusan gunung Merapi beberapa ratus tahun lalu, pulau ini terpisah (berpindah) dari daratan.

Mengenal Sabang dan Potensi Wisatanya
Secara geografis, Sabang berada pada 95°13'02"-95°22'36" Bujur Timur dan 05°46'28"-05°54'-28" Lintang Utara dan berbatasan langsung dengan Malaysia, Thailand, dan India, serta dikelilingi oleh dua samudera Hindia dan selat Malaka. 
Sail Sabang 2017, Sabang sebagai Pelabuhan Hub Wisata Bahari Internasional
Tugu Kilometer 0
Secara topografi, Sabang didominasi oleh pegunungan, perbukitan nan bergelombang, dan pantai-pantai yang penuh dengan batu-batuan. Jalanan terlihat berkelok-kelok dan naik turun karena melewati bukit-bukit atau pesisir. Penduduk yang mendiami Sabang tersebar hampir merata di seluruh kawasan itu; ada yang tinggal di gunung dan ada yang tinggal di pesisir. Sehingga di Kota Sabang sendiri terdapat wilayah yang disebut kota atas dan kota bawah. Pulau dengan luas 153 km2 ini hanya memiliki dua kecamatan saja. Cukup kecil, sehingga wisatawan bisa menghabiskan waktu satu hari saja untuk mengelilingi Sabang secara keseluruhan.
Sail Sabang 2017, Sabang sebagai Pelabuhan Hub Wisata Bahari Internasional
Danau Aneuk Laot Sabang
Sabang memiliki sumber daya laut yang melimpah dengan aneka ragam ekosistem flora, fauna, serta gejala alam dengan keindahan pemandangan yang memikat sebagai modal untuk menarik para wisatawan. Di Sabang terdapat berbagai macam ekosistem pesisir dan laut; pantai-pantai berpasir landai, pantai-pantai dengan karang-karang yang terjal, gua, laguna, hutan mangrove, rumput laut, dan terumbu karang.

Sabang memiliki pantai-pantai yang indah, antara lain: Pantai Iboih, Pantai Gapang, Pantai Sumur Tiga, Pantai Anoi Itam. Pantai-pantai tersebut memiliki andalan tersendiri untuk membuat wisatawan jatuh cinta pada Sabang, membuat mereka ingin kembali lagi ke Sabang. Pantai Sumur Tiga adalah tempat terbaik untuk melihat matahari terbit di Sabang. Sampai saat ini Pantai Sumur Tiga masih menjadi tempat favorit bagi wisatawan untuk melihat matahari terbit. Ingin snorkeling dan diving? Datanglah ke pantai Iboih. Sejak beberapa tahun terakhir, Iboih telah menjadi pusat kegiatan para penyelam baik lokal maupun mancanegara. Di Iboih juga terdapat Diving Centre yang menawarkan jasa penyewaan alat menyelam.  Tidak jauh dari pantai Iboih, terdapat Pantai Gapang. Yang menarik di Pantai Gapang adalah pesona alam bawah lautnya yang memesona. Selain menyelam, di sini pengunjung juga bisa bermain jetski. Ingin mencari ketenangan? Datanglah ke Pantai Anoi Hitam. Anoi Hitam berarti pasir hitam. Konon, warna hitam pasir di pantai ini disebabkan oleh kandungan biji besi dalam tanah. Berbeda dengan pantai-pantai lain yang penuh dengan hiruk pikuk, Pantai Anoi Hitam ini cenderung sepi dan tenang. Sangat cocok bagi pelancong yang menginginkan ketenangan atau ingin bermeditasi di sela-sela waktu menghabiskan waktu di Sabang.
Sail Sabang 2017, Sabang sebagai Pelabuhan Hub Wisata Bahari Internasional
Pantai Iboih Sabang
Di depan Pantai Iboih dan Pantai Gapang, terdapat sebuah pulau kecil nan cantik seperti namanya,  Pulau Rubiah. Sejak dahulu, perairan Pulau Rubiah terkenal akan keindahan terumbu karang dan kekayaan jenis ikannya, sehingga sangat cocok untuk kegiatan menyelam dan snorkeling. Yang menjadi ciri khas menyelam di perairan Pulau Rubiah adalah penyelam bisa bermain bersama ikan-ikan yang cantik dan terumbu karang berwarna-warni.

Selain Pulau Rubiah, keindahan pulau-pulau kecil lainnya di sekitar Pulau Weh juga tidak bisa diabaikan. Sebut saja beberapa di antaranya adalah Pulau Klah, Pulau Seulako, dan Pulau Rando. Semua pulau-pulau kecil tersebut tidak berpenghuni, sehingga ekosistemnya masih sangat alami.

Dengan semua potensi dan kekayaan alamnya, Sabang layak menjadi destinasi wisata bahari internasional. Merujuk pada pengertian dari pariwisata bahari itu sendiri, yaitu pariwisata yang objeknya adalah laut beserta isinya (berperahu, berselancar, menyelam, dan sebagainya [rujukan KBBI–pen]), saya optimis bahwa Sabang akan menjadi salah satu surga wisata bahari di Indonesia yang akan mendapat perhatian dunia.

Ya, Sabang adalah sekeping surga dengan hamparan lautnya yang menyimpan jutaan kekayaan yang memukau. Saya berlebihan? Tidak. Datanglah ke Sabang dan buktikan sendiri.

Sail Indonesia telah digelar sejak 2009, diprakarsai oleh Aji Sularso, Kementerian Kelautan ketika itu, dan didukung oleh Kementerian Pariwisata. Ini adalah kegiatan turnamen relli yacht (kapal layar) tahunan yang berangkat Darwin (Australia) untuk masuk ke perairan Indonesia sebelum meneruskan pelayaran mereka ke Singapura, Malaysia, dan Thailand. Tujuan dari kegiatan ini tak lain dan tak bukan adalah untuk mempromosikan wisata Indonesia ke kancah internasional. 
Sail Sabang 2017, Sabang sebagai Pelabuhan Hub Wisata Bahari Internasional
Sail Indonesia dari tahun ke tahun
Tahun ini, kegiatan Sail Indonesia akan dipusatkan di Sabang. Tidak mengherankan, mengingat Sabang, dalam beberapa tahun terakhir ini, mulai naik pamornya sebagai daerah tujuan wisata. Sail Sabang akan dilaksanakan pada 28 November sampai 5 Desember 2017 dengan mengangkat tema "Sabang Sebagai Pelabuhan Hub Wisata Bahari Internasional"Kegiatan ini akan diikuti oleh lebih dari 100 kapal yacht dan yachter dari berbagai penjuru dunia,  serta akan dihadiri pula oleh Presiden Republik Indonesia.  Adapun tujuan dari Sail Sabang adalah menjadikan Sabang sebagai destinasi wisata bahari kelas dunia serta untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat Sabang dan masyarakat Aceh. Intinya, kegiatan ini akan memfokuskan pada pengembangan pariwisata. Ya, secara otomatis, perhatian dunia dan khususnya Indonesia akan terpusat ke Sabang.  
Sail Sabang 2017, Sabang sebagai Pelabuhan Hub Wisata Bahari Internasional
Sail Sabang 2017
Sail Sabang 2017 akan mengambil lokasi utama di Teluk Sabang, tepatnya di terminat CT 3 BPKS, di mana nantinya akan ada banyak atraksi pariwisata seperti: International Yach Rally, tarian massal, Sabang Wonderful Expo, Aceh Fun Dive, Parade Kapal Tradisional, Pawai Budaya, dan masih banyak ragam kegiatan meriah lainnya. Yang paling ditunggu mungkin adalah kedatangan KRI Bima Suci dan KRI Dewa Ruci, dua KRI kebanggaan Indonesia.  

Nah, sudah terbayang kan bagaimana megah dan meriahnya kegiatan Sail Sabang 2017 nanti? Apakah saya akan mengikuti kegiatan Sail Sabang 2017 tersebut, mengingat saya tinggal di Kota Banda Aceh yang notabene hanya menyeberang saja ke Sabang? Well, let’s see! Semoga kalian semua dan juga saya diberi rezeki dan kemudahan untuk menyaksikan event Sail terbesar tahun. Dan yang lebih penting, semoga acara  Sail Sabang 2017 ini berjalan lancer dan sukses. Tentu saja, karena ini menyangkut nama baik provinsi kami, Aceh khususnya, dan Indonesia umumnya, di mata dunia :D 


Keterangan:
1. https://www.tripadvisor.com/TravelersChoice-Destinations-cTop-g294225
2. https://travel.detik.com/traveladdict/40destinasiterbaikdiindonesia/8735/sabang

56 Tahun Unsyiah: Tantangan dan Harapan di Era Digital

$
0
0


Menjadi alumni Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) adalah sebuah kebanggan buat saya. Bagaimana tidak? Selain menjadi universitas tujuan nomor satu pemuda-pemudi kampung yang berasal dari berbagai kota di luar kota Banda Aceh dan pelosok desa seperti saya, universitas dengan jas almamater hijau ini sekaligus menjadi universitas tertua di Aceh.  

Lima puluh enam tahun, Unsyiah  bukanlah kampus yang belum lama berdiri, meskipun dalam perjalanannya, Unsyiah telah mencetak puluhan ribu sarjana yang bekerja di berbagai lintas sektoral. Unsyiah ibarat sebuah kapal yang mengarungi samudera  peradaban dengan para mahasiswa sebagai penumpangnya. Dalam perjalanannya, kapal bernama Unsyiah ini tak jarang berhadapan dengan riak-riak samudera (baca: tantangan), bahkan gelombang besar sebagai ancamannya. Namun sebagaimana kita saksikan bersama setiap tahun, kapal ini tetap bisa mengantarkan banyak sekali penumpang menuju ke dermaga impian; garis finish sebuah perjalanan. Tetapi sesungguhnya, garis finish tersebut bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, justru itulah awal dari perjalanan yang sebenarnya sang intelektual-intelektual muda yang masih terpapar dengan idealisme kampus dan kesegaran ilmu pengetahuan. Perjalanan kehidupan tersebut mungkin akan lebih keras dibanding perjalanan mengarungi samudera peradaban di kampus. Sebut saja salah satunya adalah persaingan di dunia kerja. Lulusan universitas sering lebih banyak jumlahnya dibanding lapangan pekerjaan. Pada akhirnya, masalah pengangguran menjadi tak terelakkan. Idealisme yang dulu dijunjung dengan begitu adiluhung, mulai luruh satu persatu seiring kerasnya medan pertempuran kehidupan.

Kenapa sarjana lulusan universitas harus menganggur? Karena mereka mencari pekerjaan, alih-alih menciptakan lapangan.
Foto wisuda jadul. Foto: dokumen pribadi
Ini menjadi tantangan bagi Unsyiah untuk menyiapkan lulusan yang tidak hanya berorientasi mencari pekerjaan, tetapi juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Mata kuliah kewirausahaan seharusnya menjadi bagian penting dari rancangan kurikulum perguruan tinggi, untuk semua jurusan yang ada di Unsyiah. Ya, semua jurusan bisa berwirausaha, tidak hanya untuk mereka sarjana lulusan ekonomi saja. Fakultas Keperawatan Unsyiah misalnya. Tahun lalu, fakultas yang menjadi almamater saya ini sudah memasukkan blok kewirausahaan sebagai salah satu mata kuliahnya. Di masa yang akan datang, diharapkan sarjana-sarjana keperawatan bisa menjadi penggerak dunia usaha di bidang keperawatan secara khusus, dan bidang kesehatan secara umum. 
   
Well, sebenarnya ini agak kontradiksi dengan fakta kekinian ala era milenial yang makin Go Digital. Tempo hari saya membaca tulisan Prof. Rhenald Kasali yang menuliskan prediksinya tentang beberapa pekerjaan yang akan hilang di masa depan. Yang mulai tampak nyata adalah petugas di pintu tol yang mulai digantikan oleh mesin. Lalu mulai terdengar berita di televisi bahwa beberapa gerai toko terkenal di pusat perbelanjaan tutup. Pekerjaan Tellerbank juga akan menghilang karena saat ini bank sudah mulai menerapkan kebijakan nontunai, selain kebijakan tentang aturan transfer manual. Beberapa bank mulai mematok biaya jika kita mengirim uang dalam jumlah kecil.  Bank menginginkan nasabah tidak perlu datang ke bank dan antre. Bahkan menurut Rhenald, profesi dosen pun tak luput dari ancaman kehilangan karena perubahan sistem.  Pekerjaan saya dan Anda juga bisa menghilang di masa depan. Siapa yang tahu?

Dunia saat ini begitu cepat bergerak. Begitu cepat mengalami perubahan, bahkan saat kita belum menyadarinya. 

Saya teringat dengan pidato Rektor Unsyiah, Samsul Rizal, ketika membuka acara ‘Lokakarya Inovasi Kebangsaan’ yang digagas oleh Planet Inovasi bekerjasama dengan Atsiri Research Center Unsyiah, 21 Oktober 2017 lalu. Dalam pidatonya, Rektor Unsyiah menyebutkan bahwa kita tidak bisa melawan perubahan, yang mesti kita lakukan adalah beradaptasi dengan perubahan. Pak Rektor tak lupa menyebutkan demo ojek konvensioal (termasuk tukang becak di dalamnya) di depan Kantor Gubernur Aceh sebagai salah satu contoh orang-orang yang mencoba melawan perubahan. Pada kenyataannya, tidak peduli seberapa masifnya mereka berdemo, toh perubahan tetap terus berjalan. Mereka yang mencoba melawan perubahan akan ditinggal zaman.  

Kenapa di masa depan sebagian pekerjaan hilang dan sebagian pekerjan lainnya muncul? Jawabannya adalah karena inovasi.

Inovasi atau Mati
Melihat kenyataan sekarang dan kemugkinan-kemungkinan kenyataan di masa yang akan datang, maka menurut saya, Unsyiah perlu menambah satu mata ajar lagi ke dalam kurikulumnya, yaitu inovasi dan kreativitas. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah agar lulusan Unsyiah di masa yang akan datang bukan saja cakap dalam menciptakan lapangan pekerjaan, mereka juga memiliki kreatifitas dan inovasi yang tiada henti.

Creativity is thinking up new things. Innovation is doing new things.

Orang bijak berkata, inovasi atau mati. Ini bukan sekadar kata-kata bijak bestari nan semanis madu tapi palsu ala Mario Teguh. Sudah banyak bukti nyata dari orang-orang yang berhenti berinovasi sehingga berakibat mati alias ditinggalkan. Awal tahun 2000-an telepon seluler merek Nokia menjadi produk favorit banyak orang. Dulu mereka dengan sombong dan jemawa mengatakan bahwa Nokia akan merajai dunia. Tetapi, mereka abai terhadap perubahan. Apa yang terjadi? Mereka jatuh sejatuh-jatuhnya ke dasar bumi yang paling dalam. Tamat sudah riwayat Nokia. Yang tersisa di benak kita hanyalah kenangan-kenangan manis tentang betapa noraknya kita untuk pertama kalinya bisa menelepon pacar di tempat yang tak terjangkau pendengaran orang lain yang mengantre di telepon umum  atau betapa merasa mampunya kita karena untuk pertama kalinya bisa membeli kartu telepon perdana yang mahal.   
  
Jadi, inovasi adalah sesuatu yang wajib dimiliki oleh semua orang agar percik-percik gairah dalam menghadapi perubahan senantiasa meletup. Dalam hal ini, menjadi tantangan bagi Unsyiah untuk menyiapkan lulusannya agar siap mengembangkan kreativitas, siap menjadi innovatortangguh, siap membuka lapangan pekerjaan, dan siap menghadapi perubahan, untuk apapun jurusan perkulihan yang mereka jalani. Di masa depan, masyarakat menunggu sarjana-sarjana ekonomi atau sarjana-sarjana IT Unsyiah yang memiliki jiwa kewirausahaan dan inovasi yang tinggi sebagaimana Nadiem Makarim sang penemu GO-JEK atau William Tanuwijaya sang CEO Tokopedia. Masyarakat menunggu sarjana-sarjana pertanian Unsyiah yang tidak hanya bekerja sebagai tukang ketik di kantor melainkan menjadi petani-petani yang kreatif dan inovatif dan siap menciptakan lapangan kerja.
     
Well, berbicara tentang mata ajar kewirausahaan atau rencana mata ajar tentang inovasi di Unsyiah, yang paling penting adalah bukan hanya belajar teori-teori di dalam kelas lalu selesai. Sudah terlalu lama para intelektual muda dijejali teori namun nihil praktik. Tak jarang banyak lulusan baru yang terkaget-kaget dengan kenyataan di lapangan yang tak sesuai dengan teori yang mereka dapatkan selama di kampus. 

Bagaimana membangun semangat sarjana-sarjana muda agar senantiasa bergairah dalam melakukan inovasi? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya ingin memberi contoh ketika saya mengikuti  Lokakarya Inovasi Kebangsaan tempo hari, dengan salah satu pematerinya adalah Avanti Fontana: Ketua Planet Inovasi, peneliti, dan dosen di UI.  Kegiatan tersebut diadakan oleh Unsyiah dan untuk mahasiswa Unsyiah. (Pesertanya memang para mahasiswa Unsyiah, kecuali satu orang peserta kesasar karena sudah berstatus mamak-mamak :D)
Rektor Unsyiah dan Bu Avanti Fontana. Foto: dokumen pribadi
Usai mendengarkan materi tentang Inovasi Kebangsaan yang dipaparkan secara menarik oleh Ibu Avanti, kami, para peserta diminta duduk berkelompok dan membuat rancangan produk kebutuhan masyarakat dengan dasar bahan baku dari nilam. Ada yang ingin membuat deodorant, koyok, minyak wangi. Karena semua kelompok sudah fokus ke nilam, kelompok saya mempresentasikan rencana mendaur ulang limbah pelepah sawit  menjadi pakan ternak. Sudah cukup sampai pada tahap mempresentasikan? Tidak. Dua minggu kemudian, ketika Ibu Avanti Fontana kembali datang ke Aceh,  beliau meminta bertemu kembali dengan peserta lokakarya dalam sebuah pertemuan kecil (bukan lokakarya) dan meminta kami membuat Model Business atas rancangan produk yang telah kami presentasikan sebelumnya. Bu Avanti berharap, setelah model business tersebut selesai kami buat, kami bisa langsung mengaplikasikannya di lapangan, yaitu memulai berbisnis.  

Saya sangat tertarik dengan proses belajar mengajar menjadi wirausahawan/pebisnis yang diterapkan oleh Avanti Fontana. Saya yang sudah bukan mahasiswa lagi saja tertarik, apalagi peserta lainnya yang masih muda-muda, kinyis-kinyis, dan memiliki semangat dan idealisme yang tinggi.  Ibu Avanti tidak hanya datang memberi materi di lokakarya besar, selesai, lalu pulang. Sebaliknya, selalu ada umpan balik dari beliau atas sejauh mana perkembangan kami. Bu Avanti menginginkan mahasiswa Unsyiah kelak menjadi enterpreunership-enterpreunershipmuda yang kreatif dan inovatif. 

Kalau dipikir-pikir, kenapa orang seperti Bu Avanti, yang notabene bukan orang di Aceh, harus peduli? Inilah yang disebut integritas.  
    
Jadi, siapkah Unsyiah menghadapi tantangan ini? Menyiapkan sarjana-sarjana yang isi kepalanya dipenuhi dengan ide-ide dan rencana-rencana brillian tentang lapangan pekerjaan dan pemberdayaan masyarakat, bukan sarjana yang begitu lulus langsung disibukkan dengan menyiapkan berkas untuk melamar CPNS. Lupakan menjadi PNS. Biarlah itu menjadi pekerjaan generasi tua.  

Runtuhkan Menara Gadingnya, Bangun Sinergi antara Akademisi dan Praktisi
Foto: dokumen pribadi
Kampus sering dilihat sebagai sebuah menara gading. Bukan hanya tak terjangkau, juga terdapat jurang yang cukup lebar di antara dunia akademisi dan dunia praktisi. Kampus terlihat seperti berjalan sendiri, dunia praktisi pun demikian.  Padahal teori dan praktik adalah dua hal yang harusnya bisa sejalan dan saling melengkapi, bukan terpisah-pisah satu sama lain. Tanpa dunia praktisi, dunia akademisi akan terasa mengawang-awang dalam dunia teori. Sebaliknya, tanpa dunia akademisi, dunia praktisi akan lepas kendali tanpa ikatan teori. 

Tidak usah jauh-jauh, contohnya cukup yang dekat dengan dunia saya saja, yaitu pendidikan keperawatan di Unsyiah. Empat  atau lima tahun lamanya mahasiswa keperawatan kuliah dengan berbagai macam teori, namun saat praktik klinik atau bahkan bekerja, banyak hal yang timpang dan tidak sesuai teori yang ditemukan di dunia praktisi. Belum lagi berbagai hasil penelitian ilmiah yang sering hanya berakhir di jurnal-jurnal, namun minim aplikasinya di rumah sakit. Bukan tidak ada, tapi masih belum maksimal.   

Dalam hal ini, tampaknya kita perlu belajar dari negara tetangga kita, Thailand. Dalam beberapa tahun terakhir ini, perguruan-perguruan tinggi di Thailand mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Tampaknya mereka berambisi untuk menjadi nomor satu di Asia Tenggara (universitas terbaik di Asia Tenggara saat ini masih dipegang oleh Singapura). Mereka berlomba-lomba melakukan penelitian dan publikasi, berinovasi tiada henti,  dan tak lupa bersinergi dengan dunia praktisi. 

Dalam bidang pertanian misalnya, akademisi dan praktisi bidang pertanian di kampus-kampus di Thailand ibarat dua sayap burung. Mereka tak bisa terbang melesat tanpa ada keduanya. Mereka saling melengkapi. Akademisi bidang pertanian sibuk dengan proyek-proyek penelitian, dan praktisinya siap mengaplikasinnya dalam bidang teknologi pertanian. Petani-petani di Thailand adalah petani-petani berilmu dan kaya. Tak heran jika dunia pertanian di Thailand begitu maju. Sekitar tahun 2013 atau 2014, dosen-dosen pertanian  Unsyiah pernah melakukan studi banding ke salah satu universitas di Thailand, Prince of Songkla University, untuk belajar bagaimana mengatasi hama pisang. Di waktu-waktu itu, pisang memang sedang langka di seluruh Aceh Besar karena serangan hama sehingga petani pisang mengalami gagal panen. Tampaknya saat itu para akademisi bidang pertanian Unsyiah mendapat semacam ‘keluhan’ dari petani tentang masalah mereka. Maka di Thailand lah mereka, para akademisi pertanian ini, belajar menanam pisang, negeri yang tanahnya tidak lebih subur dari tanah di Aceh Besar yang subur makmur gemah ripah loh jinawi. Sungguh ironis. 

Contoh lainnya adalah dalam bidang keperawatan dan kedokteran. Di Thailand, profesi dokter dan perawat adalah setara. Bidan dan tenaga kesehatan masyarakat adalah sarjana lulusan keperawatan, bukan lulusan kuliah kebidanan dan kesehatan masyarakat sebagaimana di Indonesia. Yang paling terasa adalah kedekatan antara dunia akademisi keperawatan dan dunia praktisi keperawatan. Di Thailand, teori dan praktik keperawatan adalah dua sejoli yang selalu bergandeng tangan dengan mesra. Setiap melakukan penelitian atau publikasi ilmiah, para akademi keperawatan nyaris selalu melibatkan para perawat di rumah sakit, demikian sebaliknya jika perawat di rumah sakit membutuhkan teori pendukung, pasti mereka akan melibatkan akademisi dari kampus. Didukung dengan fasilitas rumah sakit pendidikan yang berada di dalam kawasan kampus dan setara dengan rumah sakit umum di Banda Aceh, para akademisi dan praktisi bidang keperawatan dan kedokteran siap bersinergi meningkatkan peran aktif mereka dalam bidang kesehatan.
Kampus Unsyiah yang asri. Foto: dokumen pribadi
Unsyiah bisa mencontoh universitas-universitas di Thailand. Tidak selamanya mencontoh itu aib. Bukankah dalam dunia kreativitas berlaku hukum tiru-amati-dan-modifikasi?

Unsyiah Menyongsong PTNBH
Momentum peringatan 56 tahun Unsyiah tahun ini dihadapkan pada tantangan lainnya, yakni persiapan menuju Badan Layanan Umum (BLU) dan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH). Sebenarnya, wacana ini sudah digulirkan sejak awal 2016, dan tanda-tanda akan mewujud nyata semakin kentara. Unsyiah saat ini sudah mengantongi nilai akreditasi A sebagai salah satu modal utama.  Perubahan status ini nantinya akan menyebabkan Unsyiah memiliki otonomi yang lebih besar dalam mengelola organisasi, aset-aset universitas, dan proses pengelolaan keuangan. Unsyiah akan semakin berkembang jika statusnya berubah menjadi BLU atau PTNBH, serta mampu meningkatkan inovasi dari segala sektor.

Penutup
Melihat prestasi Unsyiah yang semakin baik, yaitu dengan diperolehnya akreditasi A dan meningkatnya peringkat kampus secara ukuran nasional yang berada di urutan ke-11, saya optimis Unsyiah mampu menghadapi berbagai tantangan. Zaman sudah berubah, maka Unsyiah harus berbenah. Harapan saya, semoga Unsyiah tetap menjadi universtas terdepan kebanggaan rakyat Aceh.

Merasa Cantik di Klinik Cantik Muslimah Aishaderm

$
0
0


Tiga perempuan muda berbaju hijau―senada dengan warna baju dan jilbab yang saya kenakan―menyambut saya dengan senyum termanis mereka pagi itu, ketika saya memasuki sebuah klinik kecantikan yang berada tepat di jantung kota Banda Aceh.

Adalah Klinik Aishaderm yang, disebut-sebut sebagai klinik cantik muslimah pertama di Indonesia, telah membuka cabang keduanya di kota yang mendapat julukan Serambi Mekkah, Kota Banda Aceh, setelah sebelumnya di Sidoarjo, Jawa Timur. Dengan demikian, sudah tentu perawatan dan produk-produknya HALAL semua. Berbekal dari respon yang luar biasa di klinik induk Klinik Aishaderm di Sidoarjo, maka mereka memutuskan untuk membuka cabang di Banda Aceh, dan kabarnya akan menyusul dengan cabang lainnya di Makassar.

Dua teman saya, Ayi dan Ihan, sudah tiba duluan di Klinik Aishaderm dan duduk dengan manis di salah satu sofa hijau panjang yang menghadap ke sebuah meja yang memamerkan produk-produk dari Aishaderm.


Setelah menyapa Ayi dan Ihan, saya langsung menyapa serta berkenalan dengan Bu Ined sang Marketing Aishaderm di Sidoarjo, juga berkenalan dengan Yuanita sang Branch Manager Aishaderm di Banda Aceh. 
 
Saya dan dua teman saya beruntung bisa menjadi  pengunjung perdana klinik Aishaderm sebelum kliniknya benar-benar dibuka untuk umum, sehingga kami memiliki kesempatan bertemu langsung dengan marketing dari klinik induknya dan bertanya banyak. 

Bu Ined membuka diskusi pagi itu dengan ceria. 

“Kulit wajah, rambut, dan tubuh adalah karunia Allah SWT. Sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk menjaganya dengan baik. Aishaderm memahami hal tersebut dengan menghadirkan klinik cantik Muslimah (khusus perempuan) pertama di Indonesia.” 
  
 

Dari Bu Ined, saya mendapat pencerahan yang lebih banyak lagi tentang Klinik Aishaderm. 

”Nilai jual utama produk kami adalah kandungan buah kurma dan buah tin,  yang mungkin tidak banyak dijumpai dalam produk-produk kecantikan lainnya. Kami juga menggunakan nano teknologi, sehingga produknya sangat mudah diserap oleh jaringan kulit. Karena ini klinik khsusus untuk perempuan, maka klinik ini akan steril dari laki-laki, kecuali hari ini.”

Kami tertawa. Ya, kecuali pagi itu, masih ada beberapa laki-laki yang lalu lalang serta naik turun tangga. Mereka tak lain dan tak bukan adalah para pekerja konstruksi. Masih terdapat beberapa bagian kecil bangunan klinik tersebut yang perlu diselesaikan. 

“Selain itu …” Bu Ined menambahkan. “Meskipun ini adalah klinik cantik muslimah, tidak tertutup kemungkinan klien kami boleh perempuan non Muslin siapa saja, seperti halnya di Klinik Aishaderm di Sidoarjo.” 

Kurma memang telah lama dikenal memiliki manfaat untuk kulit. Kandungan kurma yang kaya akan folat dan magnesium akan membantu melembabkan kulit serta mencegah penuaaan dini. Kandung Vitamin B6 buah kurma juga dapat membantu mencerahkan kulit.  Demikian pula buah tin. Buah yang juga disebut buah ara atau buah surga ini dipercaya memiliki kandungan mineral alkali yang bisa mengontrol PH kulit dengan sangat baik, serta membantu mengatasi jerawat dan mencerahkan kulit. 

Seluruh tenaga professional Aishaderm telah diberi pembekalan oleh para trainer berpengalaman di Aisha Skin College, sehingga telah teruji dalam memberikan layanan yang prima. Tenaga Beauty terapist-nya yang masih muda-muda dan kinyis-kinyis itu adalah tenaga lokal (Aceh tentunya) semua. Mereka sudah diberikan pelatihan selama hampir dua bulan serta on job training di Sidoarjo. Dokter-dokternya juga sudah punya sertifikat kecantikan dan sudah mendapat pelatihan di Jogja.


Bu Ined menambahkan bahwa seluruh konsultasi dokter di Klinik Aishaderm ini gratis tis tis. Sangat menarik sekali, bukan?

Mencoba Perawatan
Usai mendengarkan penjelasan panjang lebar dari Bu Ined, saya dan kedua teman saya  tertarik untuk mencoba salah satu tindakan perawatan di sini.  Apalagi kalau bukan facial. Begitu masuk ke ruang tindakan, kami langsung merasa istimewa karena semuanya masih serba baru dan kinclong. Tiga orang beauty therapist sudah berdiri di masing-masing bed dan siap untuk melakukan perawatan kepada kami. 

Saya ingat biasanya kalau scrubbing sering secara manual alias pakai tangan. Tetapi tidak demikian dengan di Klinik Aishaderm, beberapa tindakan menggunakan alat. Selain untuk scrubbing seperti yang saya sebutkan tadi, ada juga sejenis vacuum yang kata beauty therapist-nya berfungsi untuk membersihkan komedo. Lalu ada alat satu lagi yang lebih kecil yang juga berfungsi untuk menarik komedo. Kalau menurut saya, alat kecil penarik komedo inilah yang benar-benar berhasil membersihkan komedo saya yang telah menumpuk sekian lama. Haha. Agak terasa sakit sih ketika beauty therapist-nya menggunakan alat tersebut saat menarik komedo saya. Apalagi komedo di wajah saya tersebar di beberapa titik, tidak hanya di area T saja  (kelihatan sekali saya malas melakukan perawatan, lol).


Memang benar pepatah bijak mengatakan Beauty is pain. Kalau mau cantik, memang butuh sedikit effort. Menahan sakit salah satunya. Haha. Meski demikian, saya sangat menikmati setiap kali komedo saya ditarik-tarik. Sakit, tapi enak.  Hasilnya worth it banget. Usai perawatan, wajah saya terlihat merah-merah. Tapi saya suka. Wajah saya jadi kelihatan lebih segar dibanding sebelumnya.

Oh ya, kata beauty therapist-nya, jenis kulit wajah saya adalah kulit berminyak. Kata orang-orang, orang dengan kulit wajah berminyak memang suka terlihat awet muda. Ehem. Pantas saya suka dibilang awet muda. Dibilang lho ya, bukan saya yang bilang. 

Berikut penampakan saya sebelum dan sesudah perawatan
Penampakan saat saya baru sampai di klinik. Masih dengan make up
Penampakan sesaat setelah facial. No make up karena sudah dibersihkan, kecuali lipstik
Bertiga dengan Ihan dan Ayi, dengan muka-muka polos tanpa make up sehabis perawatan
Beneran saya nggak pernah merasa sepede ini tampil di muka umum, apalagi sampai difoto, dengan muka polos tanpa memakai apapun.  

Aishaderm, Love you fuuuuul!

Ingin mencoba perawatan kayak saya juga nggak?   

Cuuus ke Klinik Aishderm:
Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah No. 4-5.
Banda Aceh
Telp: (0651) 6302021/6302022
***

Beberapa tindakan di klinik Aishaderm:
Facial  Kurma
Perawatan kulit wajah menggunakan bahan alami yang berasal dari ekstrak kurma berfungsi untuk relaksasi, melancarkan peredaran darah, membersikan komedo, melembabkan, dan mencerahkan kulit wajah.

Facial O2
Perawatan dengan menggunakan oksigen dan bahan alami.

Peeling
Perawatan peremajaan kulit wajah yang menggunakan bahan natural peeling.

Jetpeel
Perawatan kulit wajah dan tubuh dengan menggunakan bahan alami yang dikombinasikan dengan tekanan oksigen tinggi untuk memperbaiki metabolism kulit

Lase CO2
Perawatan menggunakan teknologi laser CO2 untuk menghilangkan tahi lalat, keratosis, kutil, jerawat batu.

Mikrodermabasi
Perawatan menggunakan crystal aluminium dioxideyang berfungsi untuk meremajakan, mencerahkan, dan menghaluskan bekas jerawat/bopeng.

Kebahagiaan Nyak Sandang, Kebahagiaanku Juga

$
0
0


Malam ini saya bahagia.

Penyebabnya ada dua.       

Yang pertama adalah berita tentang Nyak Sandang yang akhirnya berangkat ke Ibukota untuk bertemu dengan Presiden Jokowi. Tentang siapa Nyak Sandang, saya kira saya tidak perlu menuliskannya lagi, sudah banyak portal dan media online yang menuliskannya. Tetapi saya menyarankan kalian untuk membaca tulisan yang menjadi rujukan awal dan kemudian viral, silakan ke tulisan INI. Tulisan tersebut ditulis oleh seorang teman blogger bernama Rahmat Aulia. Rahmat juga sudah bergabung di Steemit, tetapi dia tidak menulis lagi  di Steemit setelah postingan perkenalan diri. Entah kenapa. Mungkin dia sedang sibuk di dunia lain.

Kembali ke topik Nyak Sandang.

Saya mendapat kabar keberangkatan Nyak Sandang berangkat ke Jakarta melalui status Whatsapp Rahmat. Status pendek tersebut berisi foto Rahmat bersama Nyak Sandang sedang duduk di bangku pesawat Batik Air, hari ini. Nyak Sandang adalah salah satu pemodal pesawat cikal bakal Garuda Indonesia, tetapi hari ini, hari pertamanya naik pesawat, Nyak Sandang tidak naik Garuda. Tujuan Nyak Sandang ke Jakarta cuma satu, bertemu dengan Jokowi. Tadi sore Rahmat mengabari lewat WAG bahwa Nyak Sandang akhirnya bisa bertemu Jokowi. Permintaan Nyak Sandang kepada Jokowi tidak muluk-muluk, ia ingin  naik haji dan mendapatkan operasi katarak. Sebuah permintaan yang layak dipenuhi jika mengingat jasanya di masa lalu terhadap keberlangsungan republik ini. Malah kalau bisa, pemerintah harusnya memberi lebih dari apa yang diminta Nyak Sandang. Di antara permintaan pribadi, Nyak Sandang juga meminta presiden agar membangun masjid di kampung halamannya di Lamno.  Kabarnya, presiden akan memenuhi semua permintaan Nyak Sandang. Sungguh sebuah jalan hidup yang tak terduga buat Nyak Sandang. Di usia senja, Nyak Sandang memetik buah keihklasan yang ditanamnya ketika muda.


Sebagai sesama orang Aceh, saya tentu bahagia mendengar kabar ini. Untuk merayakan kebahagiaan tersebut, saya ingin ikut ambil bagian dengan mengabarkannya pada dunia, apalagi saya dan sebagian kecil teman-teman di lingkaran pertemanan Rahmat adalah orang-orang pertama yang mengetahui kabar tersebut, selain orang-orang istana. Tentu ini akan menjadi kabar viral selanjutnya setelah kabar ditemukannya Nyak Sandang di Lamno oleh tim ACT (Aksi Cepat Tanggap). Dan media sosial yang cocok untuk melakukan ini adalah Twitter.

Maka saya melakukan kultweet tentang Nyak Sandang. Setelah mendapat izin dari Rahmat, saya menggunakan foto selfie Rahmat bersama Nyak Sandang dalam pesawat sebagai tweetpembuka.  Foto-foto selanjutnya saya ambil ketika Rahmat bersama tim ACT  untuk pertama kali menyambangi rumah Nyak Sandang.  Saya mengabarkan apapun kabar yang saya dapat dari Rahmat melalui pesan pribadi di Whatsapp. Saya katakan pada Rahmat bahwa saya menginginkan foto Nyak Sandang bersama Presiden Jokowi sebagai bukti ke publik bahwa Nyak Sandang sudah bertemu presiden. Sayangnya, kata Rahmat, foto-foto tersebut masih di tim ACT lainnya, jadi Rahmat belum bisa memberikannya malam ini. Gagal mendapatkan foto dari Rahmat, saya menghubungi ‘orang dalam’ di Istana. Jangan tanya kenapa saya bisa berhubungan dengan orang-orang di istana, karena itu adalah rahasia negara (LOL). Beruntungnya, tidak pakai lama, saya dan 4 orang lainnya dari tim Aceh, langsung mendapatkan foto-foto Nyak Sandang bersama Jokowi. Senang karena kami termasuk orang-orang pertama yang mendapatkan foto-foto tersebut. Setelah itu saya langsung melakukan kultweettentang Nyak Sandang dengan menggunakan foto-foto kiriman sdari Istana. Saat ini, foto-foto tersebut sudah tersebar dengan luas seantero jagad maya. 



Sampai saat saya membuat tulisan ini, ponsel saya masih terus berbunyi  karena notifikasi re-tweet (RT) dari tweet-tweetsaya malam ini. Saya sempat terkaget-kaget. You know what? Selama enam tahun main Twitter, baru kali ini tweet-tweet saya di-RT sampai sedemikian banyaknya. Tidak lama setelah itu, saya mendapat kabar bahwa Nyak Sandang sudah menjadi Trending Topic  di twitter. Tanpa menggunakan hashtag, hanya ingin berbagi kabar, dan di-RT sampai puluhan kali, Nyak Sandang sukses menjadi Trending Topic  yang natural di Twitter.  



Saya sungguh-sungguh tidak menyangka. Inilah kebahagiaan kedua yang saya maksud setelah yang pertama tadi. Mungkin tidak sebanyak RT akun kepunyaan presiden yang sampai puluhan ribu RT, tetapi tetap saja itu membuat saya seolah-olah sedang terbang tinggi di antara mega-mega. Silakan bilang saya lebay, saya terima kok, hahaha.

Sekian dan terima traktiran.    

Panau

$
0
0

Semalam saat membuka linimasa twitter, langsung terlihat oleh saya tweet Ivan Lanin, seorang aktivis internet Indonesia yang sering membagikan padanan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di akun media sosial miliknya. Baik di facebook maupun di twitter, tweet Ivan Lanin selalu muncul duluan di linimasa saya. Di Facebook, saya memang sengaja mengatur agar status Facebook Ivan Lanin muncul duluan saat saya membuka Facebook, tetapi tidak demikian dengan di twitter. Saya tidak mengatur apa-apa di twitter, tetap saja tweet Ivan Lanin sering muncul duluan.

Sebagai seorang penulis, saya harus mulai membiasakan menulis dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Apakah berdosa jika menulis tidak sesuai kaidah? Tidak juga. Setiap orang punya pilihan masing-masing. Ada yang peduli dengan kaidah bahasa, ada yang tidak peduli. Dalam ragam Bahasa Indonesia, ada yang namanya ragam santai. Kalian boleh menulis dengan ragam bahasa santai atau menulis dengan bahasa baku. Saya sering memakai keduanya. Namun, meski santai, saya selalu mengusahakan agar kata-kata yang saya tulis sesuai dengan EBI dan kaidah Bahasa Indonesia. Kata ‘saksama’ misalnya, selama ini kata tersebut sering ditulis―dan dulu saya juga sering menuliskan―’seksama’ padahal yang seharusnya adalah yang pertama menurut KBBI. Saya lebih memilih menggunakan bagaimana yang seharusnya menurut KBBI. Atau kesalahan yang paling sering dilakukan oleh jutaan orang Indonesia yaitu penggunaaan ‘di’ sebagai kata depan dan awalan yang tertukar.

Tugas penulis bukan hanya menulis, penulis juga harus memperkaya dirinya dengan kosakata-kosakata baru, harus belajar menguasai kaidah bahasa―karena seiring berjalannya waktu, tulisan-tulisan tersebut harus semakin baik dari segi bahasa dan diksi. KBBI dan Tesaurus adalah aplikasi yang wajib dimiliki oleh penulis jika ingin terus belajar dan mengembangkan diri. Saya hanya baru beberapa tahun belakangan ini saja mulai sadar menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika menulis, jadi saya masih jauh dari baik dan benar, saya masih sering asal menulis.
Lantas, apa hubungannya dengan panau, seperti judul tulisan ini?

Well, tweet Ivan Lanin yang saya maksud semalam adalah ini.



Saya kaget, tersentak, dan terhenyak (lebay) karena ternyata saya salah selama ini. Hahaha. Saya salah menduga kalau ‘panu’adalah kata baku dan ‘panau’ adalah bahasa daerah dari ‘panu’―dalam hal ini yang saya tahu panau adalah bahasa Jamee dari panu. Ternyata kenyataan yang saya ketahui kemarin adalah sebaliknya.


Mengingat panau adalah juga mengingat masa kecil saya dulu ketika saya pernah berpanau. Ya, waktu kecil dulu saya pernah beberapa kali berpanau dan saya tidak malu untuk menuliskan ini. Masa kecil saya yang tinggal di pelosok kampung mungkin sama dengan masa kecil anak-anak yang tinggal di pelosok kampung lainnya: ingusan, bau asam, dekil, malas mandi, dan berpanau. Lalu saya akan mendengar Mamak merepet kecil―agar tidak terdengar oleh tetangga―kalau saya berpanau. Panau bukan penyakit mematikan, tetapi itu bisa membuat rasa percaya diri kalian mati―jika diketahui oleh khalayak. Mamak bukan berasal dari suku Jamee, tetapi beliau menggunakan kata ‘panau’ alih-alih ‘panu’. Mungkin karena tinggal di selatan Aceh, Bahasa Indonesia kami sedikit banyak dipengaruhi oleh Bahasa Jamee. Kalau boleh saya bilang, Mamak saya sedikit lebih baik dibanding saya soal perpanauan. Hahaha.


Saya yang bertahun-tahun menulis ‘panu’ karena kebelumtahuan selama ini, tentu berterima kasih kepada Ivan Lanin. Padahal ‘panau’ bukanlah kata baru, tetapi saya saja―dan sebagian besar orang―yang tidak pernah memeriksa kata-kata di KBBI, seolah-olah itu sudah terjamin kebenaranya. Di sebuah grup WA, panau ini sempat bikin heboh. Bukan heboh karena penyakitnya, tetapi karena kata itu sendiri. Mungkin masih terdengar lucu, asing, atau aneh. Meskipun demikian, tetap saja terlihat bahwa semua orang menulis ‘panau’ dan bukan ‘panu’ saat membalas komentar. Hahaha.

Lantas, apakah salah jika kemudian ada penulis atau wartawan atau pelaku media online atau blogger tetap menulis 'panu' ? Tidak salah. Boleh-boleh saja. Tetapi saya memilih untuk menulis bagaimana seharusnya dan sebenarnya. Ini agar saya terbiasa menulis dengan baik.

Pada akhirnya, tulisan tentang panau menjadi sepanjang ini. :v
  

A beautiful Mind, Melihat Bagaimana Skizofrenia Bekerja

$
0
0

Saya menonton film A Beautiful Mind untuk yang ketiga kalinya. Dulu, ketika saya sempat kuliah di jurusan psychiatric of nursing, film ini merupakan salah satu film wajib yang kami tonton dan diskusikan di kelas. Film ini, salah satunya, cukup membantu kami untuk memahami Skizofrenia. Terkadang, belajar lewat film malah lebih cepat melekat di ingatan dibanding membaca buku-buku teori setebal bantal.

A Beautiful Mind adalah film semibiografi, sebuah film yang mengangkat kisah hidup John Forbes Nash, seorang penerima nobel di bidang ekonomi pada tahun 1994. Faktanya, John Nash bukan seorang ahli ekonomi, dia adalah seorang matematikawan. John Nash kuliah di universitas bergengsi Princeton University, Amerika, dan meraih gelar doktoral di bidang matematika di usia yang sangat muda, 22 tahun. Bagaimana seorang ahli matematika seperti John Nash bisa menerima nobel di bidang ekonomi? Film ini tidak menjelaskan dengan sangat detail tentang keilmuwan John, kalian bisa menemukannya dengan membaca buku biografi John Nash yang ditulis oleh Sylvia Nasar.

Tulisan ini tidak akan membahas kehidupan John Nash yang sebenarnya. Tulisan ini adalah sepenuhnya tentang kehidupan John Nash—yang diperankan oleh Russel Crowe—dalam film A Beautiful Mind.

Dalam A Beautiful Mind, John digambarkan sebagai seseorang yang pendiam, penyendiri, dan pria yang pemalu. Karena kepribadiannya yang tertutup dan antisosial, selama di Princeton, John jarang masuk ke kelas. Menurut John, kelas akan menumpulkan pikiran dan menghancurkan potensi untuk kreativitas. Namun John bukan mahasiswa pemalas, sebaliknya, dia adalah seorang pemikir. Hari-hari John di apartemen disibukkan dengan eksperimen untuk mencari ide orisinal. Dia hanya ingin menciptakan idenya sendiri. Setiap hari dia bergumul dengan teori-teori dan rumus-rumus. Ketika orang-orang di luar apartemennya sibuk beraktivitas dalam keramaian, John sibuk menuliskan rumus-rumus tertentu di jendela kamarnya.


Di mata para mahasiswa doktoral teman seangkatannya, meski jarang masuk kelas, John sangat jenius, tetapi dia sangat aneh. John sering melakukan hal-hal yang tampaknya konyol. Memerhatikan orang-orang yang bermain sepak bola di bawah apartemennya dan menarik rumus matematika untuk kegiatan tersebut, di jendela kamarnya. Atau, mengamati sekelompok merpati berebutan remah roti di kampusnya dan mengekstrak algoritma untuk mendefinisikan pergerakan merpati tersebut. Atau, melihat seorang wanita yang mengejar seorang pria yang mencuri tasnya dan membuat kesimpulannya dalam bentuk rumus tertentu. Sesuatu yang mungkin orang lain tidak akan melakukannya.

Meski dari luar John terlihat hidup menyendiri, tetapi sesungguhnya John tidak benar-benar hidup sendiri. Dalam kamarnya, dia memiliki seorang ‘teman’ yang sama anehnya, bernama Charles. Di satu sisi, Charles selalu mengejek John akan pencarian ide orisinal yang tak kunjung ditemuinya, namun di sisi lain, dia senantiasa mendukung John. Charles menyukai John yang terlihat jenius di mata orang lain.

Ketika professor John menegur John yang tidak pernah masuk kelas dan terancam gagal karena belum mempublikasikan karya ilmiah, John tetap bersikukuh dengan rencana publikasi ide orisinalnya. John dan teman-teman seangkatannya terobsesi bisa bekerja di Wheeler Laboratorium Pentagon di Massachusetts Institute of Technology (MIT), selepas doktoral. Berbeda dengan teman-temannya yang begitu menikmati hidup dan kuliah mereka demi cita-cita tersebut, John terlalu sibuk dengan dunianya sendiri tentang ide orisinal, sehingga di mata profesornya, ia terkesan tidak fokus dan tidak serius.

Inspirasi penulisan paper-nya justru datang ketika suatu malam John bertemu seorang gadis pirang di sebuah klub. Dia dan teman-teman seangkatannya sedang menggoda dan mengira-ngira gadis tersebut. Saat itu, John tiba-tiba teringat akan teori ekonomi yang digagas oleh Adam Smith dan menghubungkannya dengan si gadis di klub. Menurutnya, teori tersebut kurang tepat dan harus direvisi. Ibarat seseorang yang baru saja mendapat penerangan dan sebuah bohlam muncul kemudian, setelah John terus mengurung diri untuk menulis rumus-rumus untuk paper-nya. Mengejutkan ketika paper-nya, meskipun menentang teori yang sudah ada, diterima dengan baik oleh sang professor. Impiannya menuju Wheeler Laboratorium semakin dekat.

John akhirnya berhasil meraih gelar doktor dan bekerja di Massachusetts Institute of Technology (MIT) sebagai pemecah kode rahasia di Pentagon sekaligus menjadi tenaga pengajar di universitas tersebut.


Di MIT, kehidupan John berubah. Dia bertemu dengan dua orang yang kemudian mengubah jalan hidupnya secara signifikan. Orang pertama adalah Alicia Larde, mahasiswinya di MIT, seorang perempuan yang dijatuhcintai John dan kemudian menjadi istrinya. Di kemudian hari, Alicia adalah orang yang membantu John keluar dari kegelapan hidupnya. Orang kedua adalah William Parcher, seseorang yang, ketika bertemu John, mengaku sebagai petugas dari Departemen Pertahanan. John dibawa ke sebuah tempat yang disebut-sebut William sebagai tempat untuk mengumpulkan informasi rahasia kenegaraan. John tidak menolak ketika ia didaulat sebagai mata-mata Amerika untuk Rusia. Sejak hari itu, kehidupan John tidak pernah sama lagi. Suatu hari John memutuskan untuk menolak bekerja untuk Willian Parcher karena alasan kehamilan Alicia, sayangnya John tidak pernah bisa mundur lagi. Kehidupannya selalu dihantui oleh kehadiran William Parcher. John mulai sering mengalami paranoid (curiga berlebihan). Inilah awal dari kehidupan John yang suram.


Kehadiran William Parcher ternyata semu, termasuk Charles. Mereka berdua tidak pernah benar-benar ada dalam kehidupan John Nash, termasuk proyek misi rahasia yang dikenalkan oleh Wiliam Parcher. Dan tempat yang disebut-sebut John sebagai tempat bekerjanya sebagai mata-mata kemudian diketahui hanyalah gedung kosong yang telah lama terbengkalai dan berada tak jauh dari kampus MIT. Hal tersebut terungkap ketika John pada akhirnya dibawa ke psikiater.

Dengan semua gejala dan perilaku yang ditunjukkan John, ia didiagnosa menderita skizofrenia. Hari-hari berat dialami oleh Alicia. Namun berkat kesabaran dan kebesaran hati Alicia selama mendampingi John, bertahun-tahun kemudian John bisa berdamai dengan orang-orang yang hanya berada dalam pikirannya tersebut. Dalam dunia psikiatrik, ini disebut halusinasi, yang merupakan salah satu gejala skizofrenia. Orang-orang tersebut, Parcher dan Charles, tidak pernah benar-benar hilang. John tetap melihat mereka dan mereka juga terus mengikuti John sampai masa tuanya. Bahkan saat John menghadiri penganugerahan hadiah nobel, mereka tetap hadir dan saling melihat dari kejauhan.

Skizofrenia adalah penyakit menahun. Hanya dukungan dari keluarga dan kepatuhan pada pengobatanlah yang membuat mereka bisa tetap hidup normal di masyarakat. Terbukti meski telah sembuh dan bisa beraktivitas kembali, John masih berhalusinasi, Parcher dan Charles masih mengikutinya. Bedanya, John tidak lagi agresif dan paranoid seperti ketika muda dulu. Ia sudah bisa membedakan mana realita dan mana halusinasi. John sudah bisa mengendalikan Parcher dan Charles yang masih sering dilihatnya.

A Beautiful Mind menjadi salah satu film terbaik versi saya. Diperankan dengan sangat baik oleh Russel Crowe dan Jennifer Connely, lengkaplah sudah, ini menjadi salah satu film favorit saya sepanjang masa. Film ini menghadirkan dialog-dialog yang cerdas , alur yang tak terduga, dan karakter John Nash yang memuaskan. Russel Crowe tidak pernah mengecewakan saya—dan semoga kalian juga.

Film ini mengajarkan kita bagaimana Skizofrenia dan halusinasi bekerja dan bagaimana harus bersikap ketika berhadapan dengan penderita Skizofrenia.


Sayangku, Tidak Mengapa Jika Berhenti Sejenak

$
0
0


Sayangku, apa kabarmu di sana? Masihkah kau ingat padaku setelah sekian lama aku tidak hadir di ruang maya ini? Banyak spekulasi yang mengatakan bahwa berhenti sejenak adalah salah satu tanda menyerah. Lihatlah, setelah apa yang terjadi akhir-akhir ini, mereka berhenti dan menyerah. Mereka salah, Sayang, berhenti (sejenak) bukan tanda menyerah. Berhenti sejenak berarti mengumpulkan energi baru. Ada yang berhenti sejenak karena memang ingin berhenti, sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Telah panjang jalan yang kita lalui Sayang, entah sudah berapa kali kita pernah berhenti sejenak. Waktu telah membuktikan bahwa kita tidak pernah benar-benar berhenti dan menyerah.

Ada kalanya kita mengalami kejenuhan yang sama, kelelahan yang sama, tidak mengapa jika kita ingin berhenti sejenak.

Hati adalah keping yang selalu penuh riak. Ketika tercuat riak-riak tersebut, aku memerlukanmu untuk mendengarkan―mendengarkan kesyahduannya, keindahannya, dan kepiluannya. Sekadar mendengarkannya saja. Setelah itu, mungkin saja hati akan kembali damai.


Sayangku, tetaplah berbagi cerita kepada dunia. Jika kau lelah, jika kau jenuh, tidak mengapa jika berhenti sejenak.

Bagaimana Cara Bertahan Hidup Jika Listrik Mati di Seluruh Negeri?

$
0
0

Manusia modern, terutama yang hidup di kota-kota besar, sangat bergantung pada listrik. Nyaris di semua lini kehidupan di perkotaan menggunakan listrik dan alat-alat eletronik. Tetapi apa jadinya jika listrik mati di seluruh negeri selama berhari-hari, bahkan hingga dua setengah tahun lamanya?

Itulah yang terjadi di kota Tokyo dan beberapa kota lainnya hingga semua pelosok negeri matahari terbit tersebut. Terbangun di pagi hari dan mendapati listrik mati dan semua alat elektronik lainnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya, membuat seisi keluarga Suzuki panik dan mengalami sedikit kekacauan ala masyarakat perkotaan di pagi itu. Bayangkan, tidak hanya listrik saja yang padam, alat komunikasi pun terputus tiba-tiba, air mati, telepon rumah dan telepon genggam tidak bisa berfungsi meskipun anak-anak keluarga Suzuki telah mengisi daya semalaman penuh, kompor gas tidak berfungsi, bahkan senter yang sumber energinya dari baterai pun tidak bisa digunakan. Yang mengherankan, toilet apartemen, yang bukan alat elektronik sama sekali dan tidak menggunakan sumber energi apapun, juga tidak tidak berfungsi. Elevator apartemen mereka juga tidak bisa berfungsi. Mau tidak mau mereka harus turun dan naik menggunakan tangga dari dan ke lantai 20.

Permasalahan demi permasalahan berikutnya menghampiri keluarga Suzuki dan seluruh warga kota Tokyo. Seluruh alat transportasi baik pribadi maupun umum mati, lampu lalu lintas tak berfungsi, ATM mati, kantor-kantor lumpuh, sekolah dihentikan, semua kegiatan berhenti. Kota Tokyo lumpuh. Beberapa orang mulai terlihat meninggalkan kota, tetapi keluarga Suzuki memutuskan untuk tetap bertahan dengan harapan kota akan kembali seperti sedia kala.

Hari ketiga, mereka mulai kekurangan air. Pusat tangki air kota tidak lagi berfungsi. Sumber air di apartemen macet. Jika listrik dan alat elektronik penunjang kehidupan modern tak ada, orang-orang mungkin masih bisa bertahan. Tetapi bagaimana orang-orang bisa bertahan jika tak ada air?
Hari ketujuh, sampah mulai bertebaran di sepenjuru kota. Sungai di taman kota kotor. WC-WC umum kotor dan bau. Satu persatu orang-orang yang tinggal satu apartemen dengan keluarga Suzuki mulai meninggalkan apartemen, menuju ke suatu tempat yang mungkin masih ada harapan kehidupan.

Pada akhirnya keluarga Suzuki melakukan apa yang dilakukan oleh orang-orang, meninggalkan kota untuk menuju sebuah desa yang berada di Kagoshima (sekitar 960 km dari Tokyo), kampung halaman Mitsue Suzuki sang istri. Untuk ke Kagoshima, mereka berencana naik pesawat dari bandara Haneda, karena bagaimanapun Kagoshima adalah tempat yang sangat jauh dari Tokyo. Namun mereka kaget ketika menemui nyaris semua warga memenuhi jalan untuk pergi ke suatu tempat: bandara di Haneda. Yang mereka dan orang-orang tidak tahu, bandara ternyata juga ikut lumpuh.



Kehidupan makin sulit, terutama menyangkut persediaan air minum dan sumber makanan. Beberapa pedagang dadakan pencari keuntungan di dalam kesempitan menjual air mineral seharga 1000 Yen perbotol, lalu menjadi 2000 Yen, dan kemudian semakin mahal lagi. Tetapi mereka harus tetap melanjutkan perjalanan ke Kagoshima dengan sepeda, jika tidak ingin mati konyol di Tokyo. Masalahnya, mereka hanya punya tiga sepeda, sehingga Mitsue harus duduk menumpang di bawaan sepeda suaminya, Yoshiyuki Suzuki, yang telah dimodifisikasi sedemikian rupa. Semua sepeda di kota Tokyo telah dibeli warga beberapa hari sebelumnya, namun tetap saja terlihat lebih banyak warga yang berjalan kaki. Belum lagi mereka tidak tahu harus melewati jalur mana untuk pergi ke tempat yang ingin mereka tuju.

Sambil menunggu mereka bisa berangkat bersama, mereka juga berharap bisa mendapatkan sepeda baru. Mereka kemudian menemukannya di sebuah rumah seorang ibu-ibu di Haneda. Sayangnya, uang tidak berlaku lagi saat itu. Sistem pembayaran kembali seperti zaman dahulu kala, barang harus ditukar dengan barang. Ibu pemilik rumah tersebut menjual berasnya dengan menukarnya dengan air mineral atau ikan dari penjual ikan. Sumber makanan ditukar dengan sumber makanan. Saat itu, bahkan jam tangan Rolex yang mahal sekalipun tidak berlaku dalam penukaran tersebut. Keluarga Suzuki akhirnya mendapatkan sepeda bekas dari ibu pemilik rumah tersebut. Mereka menukarnya dengan sebotol air mineral dan dua botol minuman alkohol milik sang suami, Yoshiyuki Suzuki. Sementara di tempat lain, kedua anak mereka, Kenji Suzuki dan Yui Suzuki, sedang berada di sebuah supermarket yang sudah ditinggalkan pemiliknya. Mencari makanan? Tentu saja bukan, makanan di supermarket tersebut tentu sudah ludes sejak hari pertama atau kedua mati lampu. Yang tersisa hanyalah barang-barang yang tiada lagi berguna di saat-saat seperti itu. Mereka hanya bertujuan mencari map untuk perjalanan mereka.

Maka dimulailah petualangan ekstrem mereka dengan sepeda, meninggalkan Tokyo yang mati menuju kehidupan yang mungkin lebih baik di tempat lain. Sebuah pengalaman petualangan yang tidak akan mereka lupakan seumur hidup mereka.


Dalam perjalanan tersebut, mereka akan tidur di mana saja mereka bisa tidur. Kadang bertemu dan berkumpul di satu titik dengan orang-orang yang juga melakukan perjalanan yang sama. Terkadang, kesulitan akan makanan dan minuman membuat mereka harus tega berbohong bahwa mereka hampir kehabisan persediaan makanan dan minuman kepada orang-orang yang betul-betul kehabisan minuman atau makanan tetapi mereka tidak ingin membaginya. Dimaklumi, mengingat mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang, jadi mereka perlu menyimpan makanan dan minuman untuk mereka sendiri di hari-hari berikutnya. Suatu malam, seorang pria mencuri sebotol persediaan air minum mereka ketika mereka sedang tertidur di sebuah taman. Tidak rela kehilangan sebotol air mineral pun, Kenji Suzuki mengejar si pria dan mendapati si pria sedang mengisi sebotol susu dengan air mineral yang tadi dicurinya lalu diberikannya kepada istrinya yang sedang menggendong bayi.

Yang menarik adalah saat mereka melanjutkan perjalanan keesokan harinya, yaitu saat mereka harus melewati tunnel (terowongan) sepanjang dua kilometer yang, tentu saja, semakin ke tengah semakin gelap. Mereka mengabaikan para ibu-ibu penjual jasa ‘Membantu Orang Menyeberangi Terowongan’ yang duduk di mulut terowongan. Apalagi kalau bukan untuk berhemat air minum (karena ibu-ibu penjual jasa ini meminta bayaran dalam bentuk minuman atau makanan) dan berharap bahwa mereka bisa melewati terowongan dengan baik. Kenyataannya―seperti yang dikatakan seorang ibu penjual jasa tersebut bahwa mereka pasti kembali―mereka harus kembali ke mulut terowongan. Mereka belum lagi jauh berjalan dari mulut terowongan ketika kegelapan melingkupi mereka di terowongan sehingga tidak bisa melihat satu sama lain. Dan Yui Suzuki menginjak mayat!

Bisnis ‘Membantu Orang Menyeberangi Terowongan’ ini tampaknya menjadi bisnis yang cukup menjanjikan dan berhasil. Kreatif dan unik ketika yang melakukannya adalah ibu-ibu setengah baya, bahkan sebagian dari mereka buta. Mereka cukup menyediakan beberapa potongan tali yang tampaknya terbuat dari bahan yang kuat―mungkin kulit―dan mengikatnya di antara satu sepeda dengan sepeda lainnya. Berjalan di depan seorang ibu sebagai pemandu yang tubuhnya juga telah diikat dengan tali tadi dan disambung dengan sepeda yang berada paling depan. Hanya dengan mengandalkan tongkat, si ibu penjual jasa sangat hapal akan kondisi di dalam terowongan. Dengan adanya tali penghubung tersebut, mereka tidak akan saling kehilangan meski tidak bisa saling melihat di dalam terowongan.

Hari ke-16, mereka tiba di tepi sebuah sungai. Di sini, sang istri punya kesempatan untuk mencuci baju-baju mereka dan menungguinya hingga kering. Agak mengherankan kenapa tidak ada orang yang singgah di tempat yang dekat dengan sumber air tersebut. Hal tersebut terjawab ketika sang suami meminum air langsung dari sungai dengan diiringi tatapan jijik dari istri dan kedua anaknya. Padahal air sungai tersebut sangat bersih dan jernih, sungainya juga mengalir dengan baik. Tampaknya, orang Jepang tidak punya kebiasaan―atau mungkin tidak tahu―bahwa meminum air langsung dari sungai tidak akan membuat manusia meninggal. Setidaknya orang-orang Indonesia sudah membuktikannya, haha.

Lucunya lagi, mereka bahkan tidak tahu bahwa air di pegunungan memang bisa langsung diminum tanpa disterilkan, sampai ketika mereka bertemu beberapa―yang tampaknya adalah―pencinta lingkungan dan memberitahu keluarga Suzuki tentang bagaimana cara untuk bertahan hidup, salah satunya adalah dengan menyimpan air yang diambil dari pegunungan ke dalam botol minuman. Sekelompok anak muda itu juga memberitahu bahwa dalam keadaan seperti itu, untuk bertahan hidup, mereka bisa memakan dedaunan mentah, jangkrik, belalang, dan ulat, yang ditanggapi dengan tatapan heran bercampur jijik oleh keluarga Suzuki. Sungguh hidup di kota metropolitan seperti Tokyo membuat mereka tidak tahu hal-hal seperti itu.

Dalam perjalanan berikutnya, hujan datang disertai badai yang lebat. Tidak sempat menyelamatkan sepeda dan barang-barang bawaan di atas sepeda, mereka berlari berteduh di pinggir jalan di bawah jalan layang, sementara mereka menonton sepeda mereka dihantam badai, dan barang-barang mereka berhamburan. Usai badai kencang, mereka mengumpulkan kembali barang-barang yang mungkin masih bisa dipungut. Tidak banyak yang bisa mereka pungut, sepeda anak-anak pun tampak rusak. Terlihat sang suami sedang memunguti beras yang tumpah di jalanan dan bercampur dengan pasir. Kesedihan sangat kentara ketika suami terlihat putus asa melihat kondisi beras mereka dan terjatuh lemas di jalan tersebut.


Di sebuah supermarket yang ditinggalkan, anak-anak Suzuki mencari sesuatu untuk memperbaiki sepeda mereka. Tak disangka, Yui mengambil makanan kucing sabagai satu-satunya makanan yang tersisa di supermarket tersebut, sementara abangnya Kenji mengambil air baterai untuk diminum.

Salah satu adegan yang cukup menggetarkan dalam film ini adalah ketika mereka menemukan segerombolan orang sedang mengambil ikan di depan semacam museum perikanan dan mengolahnya menjadi makanan dan orang-orang memakannya bersama-sama. Sayang, keluarga Suzuki datang terlambat. Ketika antre dan tiba di depan panci sup, semua makanan sudah habis, sementara mereka sudah sangat kelaparan. Sang suami terduduk lemas sambil menangis memohon sedikit makanan saja, untuk anak-anaknya. Melihat ayah mereka, Kenji dan Yui mulai bersikap lunak kepada ayahnya. Padahal selama ini mereka terlihat seperti anak-anak yang suka melawan dan tidak hormat kepada orang tua mereka.


Di hari ke-67, mereka tiba di sebuah desa. Mereka melihat seekor babi di tengah sawah dan mereka berusaha menangkap babi tersebut dengan susah payah. Berkat keberhasilan mereka menangkap babi, mereka tidak hanya bisa makan babi asap dengan kenyang, mereka juga bahkan diberi tumpangan dengan tempat tidur yang hangat di rumah sang pemilik babi, Tuan Tanaka, yang ternyata adalah seorang peternak babi. Mereka tinggal di rumah Tuan Tanaka selama beberapa hari. Keluarga Suzuki diminta oleh Tuan Tanaka untuk membantu Tuan Tanaka menangkapi babi-babi, mengasapi, dan menggarami potongan daging babi. Mereka juga mulai belajar melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di pedesaan: membelah kayu, memasak pakai tungku, menjahit baju sendiri, dan sebagainya. Meskipun rumah Tuan Tanaka memberikan mereka kenyamanan, tetapi mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan. Tuan Tanaka berbaik hati memberikan mereka potongan babi asap dalam jumlah yang lumayan banyak karena keluarga Suzuki sudah membantu pekerjaannya sebagai peternak.

Perjalanan bersepeda mereka pun dilanjutkan lagi.

Wait… sampai di sini, kau mungkin akan mengatakan yaelah, cerita perjalanannya pasti mengulang kesulitan-kesulitan di atas lagi. Tenang, saya pun sempat berpikir demikian. Saya tidak membaca tanda yang ditunjukkan oleh suami istri Suzuki ketika di malam pertama mereka tidur di rumah Tuan Tanaka.


Sampai ketika di perjalanan tersebut mereka tiba di tepi sebuah sungai yang terlihat agak dalam dan berarus deras. Tampaknya sungai tersebut memisahkan antara kota yang satu dengan kota yang lain, rute yang harus mereka lewati. Ibarat ingin ke Meulaboh, kau tentu harus melewati Sungai Krueng Sabee. Sayangnya, mereka tidak melihat adanya jembatan yang melintasi sungai tersebut, sementara menurut keterangan di map, seharusnya ada jembatan di situ. Tak ada cara lain, mau tidak mau mereka harus menyeberangi sungai tersebut, karena jika tidak, mereka harus kembali ke rute awal dan itu memakan waktu lebih dari tiga hari. Mereka memutuskan untuk tetap menyeberang dengan membuat rakit. Dari sinilah perjalanan mereka diuji lebih berat. Beberapa adegan membuat saya tersentuh. Butuh pengalaman hidup yang menyesakkan untuk menyadarkan anak-anak Suzuki tentang betapa berartinya keluarga. Orang tua mungkin sering membuat anak-anaknya kesal. Orang tua sering menjadi keluarga paling dekat yang dicintai sekaligus kadang dibenci. Tetapi orang-orang baru menyadari tentang betapa mereka menyayangi keluarganya justru pada saat mereka telah tiada.


Tiga bulan kemudian, mereka akhirnya tiba di tempat yang mereka tuju, di sebuah desa nelayan di Kagoshima. Kehidupan di tempat tersebut tidak lebih baik dari di Tokyo: sama-sama mati listrik, tetapi mereka bisa menjalani kehidupan di desa dengan lebih bahagia. Bertani, berternak, mencari ikan di laut, memasak pakai kayu di tungku, menenun untuk membuat pakaian (karena sejak saat itu tak ada satu pun pabrik garmen yang berfungsi), dan tetap saling bertukar barang sebagai alat tukar. Semua anggota keluarga Suzuki menjalani kehidupan ala masyarakat pedesaan tempo dulu. Tidak ada lagi sekolah, tidak ada lagi yang bekerja di kantor, tidak ada pabrik, tidak ada kendaraan; semua seperti kembali ke zaman batu, selama dua tahun setengah lamanya.

Film ini bagus ditonton oleh orang-orang yang terlalu sibuk dan egois dengan modernitas. Dunia sudah tua, para ilmuwan sudah mewanti-wanti bahwa persediaan sumber energi kian menipis sementara penduduk kian berkembang biak. Saya selalu bilang bahwa film adalah fiksi. Tetapi tak jarang film―terutama fiksi ilmiah―berurusan dengan masa depan, menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di sepuluh, dua puluh, tiga puluh tahun lagi, atau mungkin lebih cepat dari itu.

Sebelum tiba waktu itu―yang kau tidak tahu kapan, kau harus belajar bagaimana cara bertahan hidup, sebelum kau menjadi manusia modern yang tidak tahu apa-apa.

Ketika Sistem CAT BKN Dipuji Dunia

$
0
0


Kita baru saja melewati salah satu momen penting nggak penting di negeri ini. Momen penuh drama yang diawali dengan euforia, tetapi berakhir dengan banyak orang yang pulang dengan tangan hampa. Momen tersebut tak lain dan tak bukan adalah seleksi CPNS 2018. Dengan diikuti oleh lebih kurang empat juta peserta dari seluruh Indonesia di berbagai instansi dan berbagai formasi, ini membuktikan bahwa menjadi PNS masih menjadi pekerjaan idola kaum milenial. Termasuk  teman-teman sekantor saya yang berstatus non-PNS (seperti saya, uhuk), kenalan, dan bahkan adik saya juga ikut PNS tahun ini. Mungkin belum rezekinya di PNS, kebetulan semua teman dan kenalan dan kerabat tidak ada yang lulus. Penyebabnya tentu saja karena tidak memenuhi nilai passing grade sesuai yang diminta, padahal saya tahu sebagian dari mereka sudah berusaha mati-matian dan habis-habisan. Mulai dari belajar secara otodidak dari buku-buku, video-video, bahkan ada yang sampai mengeluarkan uang dalam jumlah banyak untuk membayar tutor untuk belajar secara privat. Wow!

Walau ada yang melemparkan kritikan karena menilai passing grade scoreyang dianggap terlalu tinggi sehingga banyak pelamar yang tidak lulus, tetapi di sisi lain, saya pribadi sangat mengapresiasi cara kerja CAT (Computer Assisted test). Hal ini pernah saya bincangkan dengan suami saya usai melihat cara kerja perekrutan CPNS kali ini. Maklum, ketika pertama kali CAT dipakai saat perekrutan CPNS tahun 2014, saya sedang tidak di Indonesia. Apa saja? CAT membuat sistem rekrutmen CPNS berjalan lebih transparan, adil, dan akuntabel. Adik saya misalnya. Dia adalah seorang guru honorer di Pulau Simeulu Aceh, mengajar mata ajar Kimia di sebuah sekolah negeri. Karena sudah lama tinggal dan menikah dengan orang Simeulu, tentu saja pilihannya menjadi CPNS adalah di sebuah sekolah di Simeulu juga. Usai mendaftarkan diri dan melewati tahap untuk mengikuti tes CPNS, adik saya langsung mengetahui berapa orang sainganya untuk jatah satu orang guru di sekolah sasaran. Demikian juga ketika selesai mengikuti tes, hasil CAT langsung menyatakan dia tidak lulus karena nilai TKP yang sedikit lagi tidak mencukupi. Tentu saja dia sedih karena cita-citanya adalah menjadi guru PNS. Tetapi di sisi lain, hatinya menjadi sedikit terhibur karena saingannya di sekolah sasaran juga tak satupun ada yang lulus. Hahaha. Terhibur karena nilai TKP-nya enggak jelek-jelek amat. Jika dilakukan perangkingan, besar kemungkinan dia akan lulus.


Melihat pengalaman pelamar CPNS tahun ini, saya jadi teringat akan pengalaman ketika di tahun-tahun lalu pernah mengikuti tes CPNS juga. Tetapi tahulah bagaimana sistem di zaman dahulu kala itu. Sangat sarat dengan KKN dan ketika itu kami menunggu pengumuman kelulusan dalam waktu lama.

CAT bukan istilah baru lagi di kalangan pelamar CPNS saat ini. Hasilnya yang jujur apa adanya meskipun itu terasa menyakitkan karena tidak lulus, lol (coret), kabar baiknya, transparansi CAT menuai pujian dari dunia internasional.  Oktober lalu, Bank Dunia merilis "Global Report: Public Sector Performance" dengan salah satunya menobatkan CAT sebagai produk unggulan Indonesia kategori Civil Service Management yang berhasil mereformasi kualitas sistem rekrutmen CPNS di Indonesia.

In Indonesia, the Civil Service Agency (BKN) succeeded in introducing a computer-assisted testing system (CAT) to disrupt the previously long-standing manual testing system that created rampant opportunities for corruption in civil service recruitment by line ministry officials. Now the database of questions is tightly controlled, and the results are posted in real time outside the testing center. Since its launch in 2013, CAT has become the defacto standard for more than 62 ministries and agencies."
– Kutipan summary report Bank Dunia

Menurut Edwin Ariadharma, Perwakilan World Bank Indonesia, terpilihnya  CAT BKN mewakili Indonesia, selain karena kepercayaan publik atas transparansinya, CAT juga dinilai sudah memenuhi unsur Improving Public Sector Performance dengan empat aspek utama sebagai produk inovasi di sektor publik, yaitu:
-       Aspek political leadership, diinisiasi oleh Kepala BKN tahun 2010 hingga ditetapkan penggunaannya dalam proses perekrutan CPNS oleh Wakil Presiden tahun 2014, hingga kini CAT telah digunakan dalam dua kali proses perekrutan CPNS
-       Aspek teknologi, pemanfaatan dan pengembangan teknologi untuk mereformasi sistem rekrutmen. Reformasi mental dimulai dari reformasi birokrasi yes.
-       Aspek transparasi, dalam hal ini, proses rekrutmen CPNS bisa dipantau langsung oleh masyarakat. No tipu-tipu, no manipulasi!
-       Aspek kapasitas institusi, CAT dinilai siap baik dari sisi infrastruktur dan skema mekanisme tes sebelum diaktualisasikan secara nasional dalam proses perekrutan CPNS

Keren kan ya produk inovasi Indonesia. Semoga menyusul dengan produk-produk inovasi lainnya di kancah dunia. Terakhir, saya ucapkan selamat untuk CAT BKN atas penghargaan ini.

Barking Dogs Never Bite

$
0
0

Kesal karena belum bisa menonton film Parasite yang saat ini sedang fenomenal banget karena banyak orang membicarakannya dan telah mendapat penghargaan tertinggi di Festival Film Cannes 2019, saya memutuskan untuk menonton Barking Dogs Never Bite, film yang menjadi debut Bong Joon-Ho sebagai sutradara. Saya pikir, lebih baik saya ‘berkenalan’ terlebih dahulu dengan karya perdana Bong Joon-Ho. Saya belum pernah menonton film-film dari sutradara asal Korea Selatan ini. Di antara beberapa film Bong Joon-Ho  yang menjadi perhatian penikmat film, saya memang sengaja menonton karya perdananya–yang notabene jarang menjadi pembicaraan–agar saya tahu bagaimana (film-film) Bong Joon-Ho bisa berkembang seperti sekarang.  

Film ini bercerita tentang laki-laki bernama Yun Ju yang nyaris frustasi karena memikirkan statusnya sebagai mahasiswa yang akan menjadi profesor tetapi tak kunjung menjadi profesor. Yang membuat Yun Ju frustasi bukan karena ia tak mampu secara akademik, melainkan karena ia tak mampu secara finansial untuk menyuap seorang dekan untuk menjadikannya seorang profesor. Fenomena senioritas, sogok-menyogok, atau mendapatkan sebuah jabatan tertentu karena faktor kedekatan dengan pejabat tertentu di dunia akademisi di Korea Selatan bukan tema tontonan yang asing buat saya. Entah sudah berapa kali hal tersebut digambarkan dalam beberapa film dan drama-drama  Korea Selatan yang pernah saya tonton.  Well, saya masih bisa bertoleransi akan hal tersebut karena film ini diproduksi tahun 2000, tetapi saat melihat fenomena tersebut  masih menjadi topik dalam drama-drama Korea Selatan yang diproduksi dalam beberapa tahun belakangan, saya jadi bertanya-tanya apakah tidak ada perubahan yang lebih baik di dunia akademisi Negeri Ginseng tersebut? Mungkin film atau drama tidak bisa menjadi representasi dari dunia nyata, tetapi saya percaya bahwa sebuah film dibuat tidak bisa lepas dari latar belakang budaya dan kebiasaan di sebuah daerah atau negara tertentu.  

Apakah film ini hanya bercerita seputar topik suap-menyuap saja? Justru film ini bukan bercerita tentang itu. Film dibuka dengan adegan ketika Yun Ju sedang menerima telepon dari temannya dan mereka berbincang-bincang tentang kemungkinan untuk menyuap dekan untuk memuluskan jalan Yun Ju menjadi profesor. Suara gonggongan anjing menganggu perbincangan mereka. Yun Ju tidak menyukai anjing. Naasnya, suara gonggongan anjing tersebut mengganggu hari-hari Yun Ju berikutnya sehingga hal tersebut justru makin membuatnya frustasi. Yun Ju melakukan hal-hal tak terduga terhadap anjing-anjing tersebut. Masalah berikutnya justru datang dari istrinya secara mengejutkan. 

Selain Yun Ju, seorang tokoh lainnya bernama Hyun Nam, petugas kantor apartemen tersebut, semakin sering menerima laporan penghuni apartemen yang malaporkan kehilangan anjing mereka. Hyun Nam adalah pekerja biasa yang bermimpi suatu saat bisa tampil di TV dengan sebuah tindakan heroik yang dilakukannya. Maka, bisa menangkap pelaku di balik hilangnya dan matinya  secara tragis anjing-anjing menjadi misi gadis tersebut. Namun, terdapat tokoh-tokoh lainnya di balik hilangnya anjing-anjing pemilik apartemen. Boleh dikatakan bahwa anjing menjadi faktor yang menghubungkan tokoh-tokoh dalam film ini dan masalah yang sedang dihadapi Yun Ju. 

Barking Dogs Never Bite bukan sekadar cerita misteri hilangnya anjing-anjing. Faktor ketidaksukaan tokoh Yun Ju terhadap anjing dan suara-suara gonggongan anjing yang menganggunya di waktu yang tidak menyenangkan menjadi pemicu sang tokoh untuk terlibat lebih jauh dalam kasus hilangnya anjing-anjing penghuni apartemen–termasuk anjing sang istri–alih-alih fokus pada masalah keuangan yang sedang dihadapinya
.
Saya senang ketika mendapati kenyataan bahwa Bong Hoon-Jo tidak harus mengakhiri film dengan menguak semua pelaku dan menyuguhkannya dengan nyata ke hadapan penonton. Saya lebih suka jika penonton bisa menyimpulkannya sendiri. Meski demikian, akhir film ini tidak juga bisa disebut memuaskan saya. Saya berharap bisa mendapatkan akhir yang mengejutkan. Alih-alih, saya berkata, “hah, ending-nya masa begitu aja?”
  

Sapu Terbang dan Cikal Bakal Jasa pengiriman Barang

$
0
0

Saya menonton film Kiki’s Delivery Service bukan karena judulnya–yang sekaligus menjadi nama tokoh utamanya–mirip dengan nama panggilan saya. Saya mendapatkan judul film ini dari beberapa website yang membuat  daftar film-film bagus, di mana umumnya film-film produksi Studio Ghibli–Kiki’s Delivery Service salah satunya–pasti akan masuk dalam daftar-daftar tersebut.

Film ini sendiri ada beberapa versi, yang pertama adalah film animasi vesi bahasa Jepang dan versi yang sama tetapi dalam Bahasa Inggris yang rilis pada tahun 1989 dan yang terbaru adalah versi live action-nya (2014). Versi berbahasa inggrisnya sama persis dengan versi berbahasa Jepang tanpa ada pengurangan adegan sedikitpun dari versi jepangnya, hanya saja dengan dubbing Bahasa Inggris. Saya memilih menonton versi berbahasa Jepang karena lebih terasa orisinalitasnya, selain kenyataan bahwa saya lebih menyukai aksen Bahasa Jepang. Sialnya saya agak kesulitan mendapatkan versi yang berbahasa Jepang dibanding versi Bahasa Inggris. Mungkin karena ini adalah film jadul dan orang lain mungkin lebih menyukai versi Bahasa Inggris.   


Kiki’s Delivery Service bercerita tentang seorang penyihir cilik-jelang-remaja bernama Kiki. Ibu Kiki juga seorang penyihir sebagaimana dirinya, sementara ayahnya adalah manusia biasa. Terdapat tradisi turun-temurun bahwa di usianya yang ke-13, seorang penyihir harus meninggalkan rumah orang tuanya untuk tinggal dan hidup sendiri di kota lain dalam rangka melatih diri sendiri menjadi seorang penyihir yang kompeten. Deg-degan campur penasaran, Kiki sangat menantikan waktu ketika dia harus meninggalkan rumahnya untuk menuju tempat lain yang sangat jauh. Terbang dengan menggunakan sapu milik ibunya dan ditemani oleh kucing kesayangannya bernama Jiji, Kiki memulai petualangannya dan tiba di sebuah kota besar dan padat yang dikelilingi oleh pantai.  Jangan membayangkan bahwa petualangan dan kisah hidup Kiki di kota lain yang lebih besar dan padat tersebut adalah kisah yang penuh dengan perjuangan berliku, penuh konflik dan drama yang berbelit-belit, atau kisah yang memicu adrenalin. Kalian tidak akan menemukan itu dalam film ini. Kisah dalam film ini sangat sederhana; tentang Kiki yang menjadi orang baru di sebuah kota besar, tentang Kiki yang bertemu dengan orang-orang baru, tentang Kiki yang harus beradaptasi dengan tempat tinggal barunya, dan tentang pekerjaan dadakannya–karena kemampuannya bisa terbang menggunakan sapu–sebagai kurir jasa pengiriman yang diberi nama Kiki’s Delivery Service. Saya menduga CEO Gojek mungkin terinspirasi dari film ini ketika memikirkan Go Send. Haha.

Di balik kisahnya yang sederhana, terdapat hikmah tentang bagaimana kita seharusnya menjalani hidup dengan apa yang kita punyai seperti yang ditunjukkan oleh karakter Kiki. Dalam perjalanan udara mencari sebuah kota, Kiki bertemu seorang penyihir remaja cewek yang mempertanyakan apa kemampuan yang dimiliki Kiki. Penyihir muda yang ditemui Kiki di udara tersebut memiliki bakat bisa membaca keberuntungan orang lain (tukang ramal).  Kiki bingung dengan kemampuannya, dia merasa dia tidak memiliki kemampuan apapun. Beruntung berkat motivasi pemilik toko roti tempat di mana Kiki tinggal, Kiki tidak perlu jauh-jauh memikirkan apa kemampuan dan bakat yang dimilikinya. Kemampuan Kiki adalah bisa terbang. Kiki menyadari dirinya masih seorang penyihir pemula dan baru dalam masa latihan pendewasaan diri, jadi kemampuan terbangnya masih sangat buruk. Dia sesekali terjatuh, atau sesekali menabrak angkutan kota. Kiki belum bisa mengontrol sapunya dan dirinya dengan baik. Kemampuan terbang Kiki buruk, tetapi dengan kemampuan seadanya itulah Kiki terus berjuang dan berusaha menjadi anak yang tidak merepotkan orang lain.


Uniknya, meskipun Kiki adalah seorang penyihir–dan berdasarkan ekspresi orang-orang ketika melihat Kiki, tampaknya tidak ada penyihir di kota tersebut–tidak ada yang mempermasalahkan statusnya sebagai penyihir yang bekerja sebagai kurir jasa pengiriman. Kehidupan Kiki berjalan seperti kehidupan orang-orang di kota itu, cerita sama sekali tidak menyentuh dunia sihir.  Satu-satunya penggambaran yang berhubungan dunia sihir adalah kemampuan Kiki yang bisa terbang menggunakan sapu ketika melakukan pekerjaannya mengantarkan pesanan dari pelanggannya dari satu tempat ke tempat lain. Kelebihan lainnya adalah Kiki bisa bercakap-cakap dengan  kucingnya Jiji, tetapi ini hanya dilakukannya ketika Kiki hanya berdua saja dengan kucingnya. Selebihnya, Kiki tetaplah manusia setengah penyihir seperti manusia normal lainnya dengan tanpa kekuatan magis apapun. 


Kiki bukan karakter tokoh protagonis yang sering digambarkan terlalu baik, meski sifat-sifat kebaikan tersebut ada pada Kiki. Kiki itu cewek periang, suka membantu orang-orang, dan selalu optimis.  Film ini tidak menceritakan tokoh protagonist versus antagonis atau good guy versus bad guy. Tidak ada tokoh-tokoh antagonist atau protagois di film ini. Semua tokoh dalam film ini sangat lovable sekali, semua dihadirkan dengan karakter yang menyenangkan. Saya seperti disentuh kehangatan dari awal hingga akhir.  Awalnya saya justru menduga sebaliknya. Ketika Kiki bertemu dengan pekerja toko roti yang berbadan besar dan terlihat misterius, saya pikir, itulah masalah pertama Kiki. Ketika Kiki bertemu Tombo dengan kesan sebagai cowok bandel jika melihat kelakuan teman-teman remajanya yang terlihat seperti anak-anak gaul yang nakal, saya menduga mungkin itu masalah Kiki berikutnya. Ketika Kiki bertemu perempuan tomboy yang tinggal sendiri di dalam hutan, mungkin itu akan menjadi masalah Kiki yang lainnya. Ketika Kiki bertemu seorang nenek kaya dan pembantunya yang misterius, itu mungkin masalah kecil lainnya. Ternyata semua dugaan saya salah. Tidak ada karakter yang mempersulit Kiki dalam menjalani hidupnya, baik sebagai pendatang baru, sebagai penyihir, atau sebagai kurir.  Tanpa perlu mengandalkan konflik dan cerita yang rumit, film berdurasi 103 menit ini mampu membuat saya menjadi campur aduk. Campuran antara merasa terharu, bahagia, tersentuh, dam merasa hangat.

Akhirnya saya ingin mengatakan saya setuju dengan pendapat orang-orang di luar sana bahwa Kiki’s Delivery Service adalah film bagus dan saya suka. Semoga kalian juga suka.

Kesiapan Perbankan terhadap Qanun Lembaga Keuangan Syariah di Aceh

$
0
0

Sejak Juni, fakultas kami mendapat imbauan agar semua pegawai baik dosen maupun tenaga administrasi agar segera membuka rekening baru di salah satu bank syariah yang ditunjuk–jika belum memiliki rekening di bank syariah tersebut–untuk pengiriman gaji pegawai. Banyak yang menyambut baik imbauan ini, termasuk saya yang sebelumnya sama sekali belum tersentuh dengan produk keuangan syariah. Sepertinya Tuhan sedang ingin membukakan mata saya tentang bank syariah. Dalam dua bulan terakhir, saya menjadi peserta undangan bincang-bincang tentang konsep bank syariah oleh dua lembaga keuangan syariah di Aceh. Terakhir adalah saat mengikut Ngobrol Tempo bareng Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Bank Indonesia Banda Aceh, 23 September lalu. Sekaligus mau ngasih tahu kalau itu pertama kali saya masuk ke gedung Bank Indonesia. Hahaha. Terima kasih Tempo.


Omong-omong, sebagai satu-satunya daerah di Indonesia yang menerapkan syariat Islam, sedikit demi sedikit Aceh mulai berbenah menuju Aceh yang benar-benar syariat, ya karena syariat bukan hanya tentang cambuk atau razia jilbab saja, atau yang paling anyar adalah polemik tentang poligami. Syariat Islam lebih luas dari itu. Islam mengatur semua lini kehidupan, termasuk mengatur lembaga keuangan. Untuk semua hukum dan aturan-aturan syariah di Aceh termaktub dalam qanun. Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) salah satunya.

Walaupun saya sudah mendengar penjelasan tentang qanun LKS tersebut di sebuah bincang-bincang dengan sebuah bank syariah swasta, namun hari itu saya mendapat penjelasan yang lebih komplit lagi langsung dari Pak Amrizal J Prang, Kepala Biro Hukum dan Pemerintah Aceh. Pak Amrizal menjelaskan tujuan dari dibentuknya qanun ini adalah untuk mewujudkan perekonomian islam dengan harapan perekonomian islam di Aceh bisa bergerak ke atas, menjalankan fungsi sosial lainnya termasuk harta umat berdasarkan prinsip syariah, meningkatkan akses pendanaan bagi masyarakat untuk membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.  Menurut Pak Amrizal, ke depan semua elemen di Aceh harus berjalan sesuai konsep syariah. Untuk dunia perbankan sendiri,  itu tidak bisa ujug-ujug. Walaupun Qanun LKS telah disahkan pada Desember 2018, tidak berarti bahwa  semua bank harus melaksanakannya di awal tahun 2019 saat itu juga. Setidaknya, sampai saat saya mengikuti kegiatan tersebut, sebagian besar bank konvensional di Aceh masih berjalan dengan baik. Qanun itu lahirnya dengan proses, sehingga semua proses yang terkait dengan lembaga ini diundang untuk membicarakan tujuan dari qanun tersebut. Disebutkan oleh Pak Amrizal bahwa pada saat pembahasan tentang qanun LKS, tentu saja ada yang pro dan ada yang kontra, ada yang menerima ada yang tidak, maka diberikan kelonggaran waktu untuk mengenal qanun LKS terlebih dahulu (paling lama 3 tahun sejak qanun LKS disahkan). Artinya dari Januari 2019 sampai Januari 2022, semua lembaga keuangan di Aceh harus berprinsip syariah.


Bagaimana jika ada lembaga keuangan yang tidak mau mengikuti isi qanun tersebut? Pak Amrizal mengatakan, jika ada lembaga keuangan yang tidak melaksanakannya, maka diberikan sanksi. Sanksinya sendiri berupa sanksi administratif, jadi bukan sanksi pidana, misalnya, denda uang, pembekuan kegiatan usaha, pemberhentian direksi dan pengurus LKS, dan pencabutan izin usaha.   

Yang menarik adalah pemaparan dari Pak Zainal Arifin Lubis yang  lebih menyoroti tentang perekonomian di Aceh. Belum lama viral berita yang menyebutkan bahwa Aceh menjadi provinsi termiskin kedua di Sumatra. Rasanya percaya tak percaya membaca berita tersebut, tetapi nyatanya, itu adalah hasil statistik dengan penilaian dari berbagai indikator perkembangan ekonomi. Benarkah Aceh adalah provinsi termiskin? Bisa benar bisa salah. Lha, gimana maksudnya? Mari kita lihat versi salahnya terlebih dahulu. Kalau dibilang Aceh sebagai provinsi termiskin, kenyataannya, APBA kita cukup tinggi, yaitu 17 triliun. Nilai tersebut lebih tinggi dibanding Provinsi Sumatra Utara. Berarti Aceh cukup kaya kan, ya? Namun, sumber daya yang ada di Aceh dominan statis dan laju perkembangan ekonominya cenderung rendah. Bayangkan saja, sampai saat ini, Aceh masih ‘mengeskpor’ telur dari Medan. Aceh tidak punya pengusaha telur. Belum lagi banyak produk lainnya yang harus ‘diimpor’ dari provinsi tetangga tersebut. Karena lebih banyak ‘mengimpor’ dibanding menghasilkan sendiri, pergerakan uang menjadi lebih banyak ke Sumatera Utara. Inilah yang membuat perekonomian di Aceh menjadi rendah.


Akhirnya apa yang disampaikan oleh Pak Zainal Arifin Lubis jadi terkoneksi dengan apa yang disampaikan oleh Pak Amrizal yang menyebutkan bahwa diharapkan dengan adanya Qanun LKS, perekonomian di Aceh bisa bergerak ke atas.      

Selain kedua pemateri tersebut, terdapat dua pemateri lainnya yang berbicara tentang qanun LKS ini. Ada Pak Aulia Fadly dari OJK, yang selalu hadir sedari awal qanun tersebut digodok. Selain itu, hadir juga pemateri Pak Fahmi Subandy yang merupakan Direktur Operasional BRI Syariah.

Saya beruntung bisa mendengarkan langsung pemaparan tentang Qanun LKS langsung dari oang-orang yang terlibat di dalamnya. Harapan saya, semoga perekonomian Aceh semakin membaik. 

  

Mengenal Lebih Dekat Wakaf Uang Bank CIMB Syariah

$
0
0


Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amal perbuatannya kecuali tiga sumber, yaitu sedekah jariyah (Wakaf), ilmu pengetahuan yang bisa diambil manfaatnya, dan anak soleh yang mendoakannya.
Sedekah itu simpel, sesimpel menabung. Bedanya, yang satu berorientasi untuk jaminan kehidupan kita di dunia, satunya lagi berorientasi akhirat. Dunia dan akhirat itu harus seimbang, biar hidup selamat, begitu kata ustaz di pengajian. Seperti isi hadis dari Imam Muslim dan Abu Hurairah di atas, sedekah, khususnya wakaf, merupakan amal perbuatan yang tak terputus meskipun kita telah meninggal dunia. Jadi, bersedekah itu sebenarnya sama dengan menabung. Kadang Allah membalasnya dengan berlipat-lipat di dunia.

Namun, meskipun simpel dan mudah,  kadang kita, ups, saya maksudnya, sering lupa untuk bersedekah, sesering lupa untuk menabung. Padahal, baik menabung atau sedekah, itu bisa dilakukan kapan pun, berapa pun, dan–seiring dengan kecanggihan teknologi–bisa dilakukan di mana pun (tidak harus ke bank).

Kalian tahu nggak sedekah apa yang pahalanya terus mengalir karena kebermanfaatannya yang terus-menerus? Itulah wakaf. Namun kita, ups, saya maksudnya, sering menganggap bahwa wakaf hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu saja, orang-orang yang punya banyak harta, salah satunya misalnya. Dengan adanya kesalahan persepsi seperti itu, jadi saya yang rakyat jelata ini berpikir bahwa saya tak mungkin melakukan wakaf. Itu terlalu berat, Esmeralda! Biarlah sedekah biasa saja. Kenapa bisa begitu? Simply karena malas cari tahu. Tak jarang juga, sudah tahu, tetapi tak ada motivasi untuk melakukan wakaf.

Nah, motivasi ini menjadi faktor penting dalam beramal. Sebagai muslim, kita dianjurkan untuk saling mengingatkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Kadang kita perlu diingatkan, perlu dikasih tahu oleh yang ahli di bidangnya supaya tergerak untuk berbuat.

Saya beruntung bisa bertemu dengan tim dari Bank CIMB Niaga Syariah pada Kamis, 8 Agustus 2019. Pertemuan yang ada awalnya membahas topik social culturedi Aceh, Banda Aceh khususnya, lalu berlanjut dengan topik wakaf yang kemudian membuka mata saya lebar-lebar. Ternyata semua orang bisa berwakaf, sodara-sodara! Hahaha. Saya ke mana aja.


Oh ya, sebelum membahas lebih jauh tentang wakaf, saya akan membuat daftar beberapa istilah perwakafan terlebih dahulu supaya tidak membingungkan
Wakaf: Perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah
Benda Wakaf: Harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh Wakif
Wakif: Pihak yang mewakafkanan harta benda miliknya
Nazhir: Pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya
Mauquf Alaih Penerima manfaat benda wakaf

Lalu apa bedanya wakaf dengan sedekah biasa dan infak dan zakat? Oh, itu beda, Esmeralda. Sedekah adalah pemberian harta atau non-harta secara sukarela tanpa adanya batas waktu maupun ketentuan jumlah dengan tujuan untuk kemaslahatan umum. Selain itu, ada infak, yaitu harta yang diberikan oleh seorang muslim atau badan usaha dengan tujuan untuk kemaslahatan umum / kepentingan ajaran islam. Sementara Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada delapan golongan yang berhak menerimanya.

Secara umum, ada dua jenis wakaf, wakaf uang dan wakaf melalui uang. Wakaf uang adalah harta benda wakaf yang diwakafkan oleh wakifberupa uang yang akan ditahan nilai pokoknya dan diinvestasikan pada instrumen keuangan syariah berupa Deposito iB (atau instrumen keuangan Syariah lainnya, berupa saham syariah, sukuk/obligasi syariah, dll).  Hasil keuntungan dari investasi tersebut akan diberikan kepada penerima wakaf atau mauquf alaih melalui nazhir sebagai pengelola dana wakaf. Sementara wakaf melalui uang adalah  harta benda wakaf yang diwakafkan oleh wakif berupa uang yang akan diberikan kepada lembaga pengelola dana wakaf/nazhir sebagai dana pembelian suatu objek dan barang tertentu atau Program Wakaf yang manfaat atau hasilnya untuk kesejahteraan penerima wakaf (mauquf alaih).

Nah, untuk menghimpun dana wakaf tersebut, maka ditunjuklah beberapa bank syariah di Indonesia untuk, salah satunya adalah Bank CIMB Niaga Syariah. Sebagai salah satu Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS PWU), CIMB Niaga Syariah tentu harus memaksimalkan perannya dengan menyediakan produk dan layanan pembayaran wakaf uang dan wakaf melalui uang secara digital, sehingga masyarakat dapat menunaikan sedekah berupa wakaf uang atau wakaf melalui uang dengan cara mudah, cepat, serta pilihan program wakaf yang beragam pada lembaga pengelola wakaf rekanan CIMB Niaga Syariah.

Perlu diingat bahwa Bank CIMB Niaga Syariah bukanlah pengelola dana wakaf yang terkumpul tersebut, bank ini hanya berfungsi sebagai penerima wakaf uang secara tunai dari masyarakat untuk kemudian dikelola oleh lembaga pengelola dana wakaf (Nazhir berupa organisasi atau badan hukum) yang berwenang dan terdaftar di Kementerian Agama (Kemenag) dan Badan Wakaf Indonesia (BWI). Menurut pemaparan tim dari Bank CIMB Niaga Syariah hari itu, terdapat 15 lembaga yang telah bekerjasama dengan CIMB Niaga Syariah sebagai pengelola dana wakaf (nazhir) yang dihimpun oleh CIMB Niaga Syariah. Dua di  antaranya sudah familiar buat saya, yaitu Dompet Dhuafa dan Daarut Tauhid. Hmm, pantas siang itu ada beberapa orang lainnya yang hadir di acara makan siang di Galeri Café tersebut. Mereka menyebut dari Daarut Tauhid, beberapa lainnya adalah dari ACT (Aksi Cepat Tanggap).   

Bagaimana berwakaf uang melalui CIMB Niaga Syariah?

Perlu diketahui bahwa terdapat empat program wakafyang ada di Bank CIMB Niaga Syariah, yaitu: (1) program tabungan iB Mapan berhadiah wakaf (Wakaf Uang dan wakaf melalui Uang), (2) program tabungan iB Mapan – menabung untuk wakaf, (3) program setor langsung wakaf (wakaf dengan sistem transfer langsung ke rekening CIMB Niaga Syariah atas nama Nazhir), dan (4) program wakaf melalui aplikasi (ATM; CIMB Clicks, E-Salaam, Go-Mobile)

Sebagai LKS PWU, CIMB Niaga Syariah berinovasi menghadirkan kanal pembayaran wakaf uang dan wakaf melalui uang yang mudah diakses masyarakat di era digital, seperti yang terbaru melalui QR (Quick Respond – Scan) pada aplikasi Go Mobile. Nasabah yang ingin berwakaf cukup memindai kode QR yang tersedia di masjid atau lembaga pengelola wakaf (nazhir) mitra CIMB Niaga Syariah dan seketika itu sedekah dalam bentuk  wakaf uang atau wakaf melalui uang dapat ditunaikan.  Kemudahan serupa tersedia juga di aplikasi e-Salaam yang memberikan beragam pilihan lembaga pengelola wakaf dan program wakaf yang sedang dilaksanakan. Di aplikasi e-Salaam, kita bisa memilih sendiri lembaga penyaluran dana wakaf yang kita berikan. Wah, keren banget, ya. Ternyata berwakaf di zaman sekarang ini semudah men-scroll-scroll linimasa media sosial, cukup dari genggaman saja. 

Semoga animo masyarakat untuk berwakaf bisa tinggi ya, karena wakaf ini memiliki manfaat yang terus-menerus dan  menjadi salah satu pondasi untuk membangun perekonomian bangsa.

Setop Stigma Orang dengan Gangguan Jiwa

$
0
0

Jam menunjukkan tepat pukul sembilan pagi ketika saya dan sekelompok mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Unsyiah tiba di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh, pada Jumat 4 Oktober 2019. Agenda kami hari itu adalah melakukan penyuluhan kesehatan jiwa masyarakat (psikoedukasi) untuk pasien dengan gangguan jiwa  dan keluarga mereka. Ketika kami tiba di Poli Rawat Jalan RSJ tersebut, sebagian besar bangku di ruang tunggu poliklinik sudah terisi, dan hanya tersisa sedikit bangku kosong. Mereka adalah pasien dengan gangguan jiwa rawat jalan dengan keluarga mereka yang sedang menunggu panggilan untuk melakukan kontrol ulang dan untuk mendapatkan terapi lanjutan berupa obat-obatan yang sesuai dengan gangguan kejiwaan yang mereka alami. Ya, pasien-pasien dengan gangguan jiwa tersebut hidup di masyarakat dan meminum obat-obatan psikiatri baik secara mandiri maupun atas kontrol keluarga.

Topik psikoedukasi kami hari itu adalah bagaimana mengurangi stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa di masyarakat. Kita sering mendengar banyak penyebutan untuk mereka dengan gangguan jiwa. Orang gila, orang bodoh, orang kurang iman, orang yang kurang pas, orang yang suka mengamuk, atau orang yang suka (maaf) telanjang di tempat umum. Apapun sebutannya di tempat Anda, sebutan-sebutan tersebut tidak layak dialamatkan kepada penderita gangguan jiwa. Cukup sebut saja mereka orang dengan gangguan jiwa atau disingkat dengan ODGJ. Di Indonesia, istilah orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ adalah istilah yang telah disepakati bersama untuk mengurangi stigma dan menghormati hak-hak ODGJ sebagai manusia yang berhak untuk hidup layak sebagaimana manusia lainnya.


Pada dasarnya, ODGJ sama seperti orang-orang dengan gangguan kesehatan fisik seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, atau penyakit kronik lainnya. Mereka sama-sama mengalami sakit, ODGJ dengan sakit mental sementara lainnya mengalami sakit fisik. Baik yang sakit fisik maupun sakit mental, mereka harus mendapat penanganan dengan baik melalui program pengobatan, perawatan, dan berbagai terapi lainnya agar bisa mengembalikan fungsi kehidupan sosialnya dengan baik. Namun, sering terjadi di tempat kita, ODGJ mengalami perlakuan berbeda dibanding orang-orang dengan sakit fisik. Perlakuan berbeda yang dimaksud di sini adalah stigma negatif yang harus diterima oleh pasien dengan gangguan jiwa, baik dari lingkungan sekitar, masyarakat, maupun dari tenaga kesehatan itu sendiri. Ya, Anda tidak salah membaca. Bahkan stigma negative terhadap ODGJ bisa datang dari tenaga kesehatan yang notabenesudah belajar tentang gangguan-gangguan jiwa.  

Di Indonesia, dan di Aceh khususnya berdasarkan pengalaman saya selama bertugas di Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh, ODGJ sering dijadikan sebagai bahan candaan dan olok-olok. Belum lagi sebagian masyarakat menganggap bahwa orang dengan gangguan jiwa adalah orang-orang yang harus dijauhi karena mereka berbahaya. Padahal, tidak semua ODGJ itu berbahaya dan berpotensi melakukan kekerasan. Stigma-stigma tersebut terus berkembang sekian lama bahkan hingga saat ini, sehingga dengan adanya stigma tersebut, pasien yang sudah stabil dan siap untuk dipulangkan ke keluarganya sering merasa rendah diri dan malu. Di sisi lain, ada keluarga yang juga harus menanggung malu karena anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa dan mendapat stigma negatif.

Hal tersebutlah yang mendasari kami, saya dan teman-teman mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Unsyiah, berinisiatif melakukan psikoedukasi tentang stigma pada orang dengan gangguan jiwa dan dampak buruknya terhadap pasien dan keluarga. Terdapat beragam diagnosa gangguan kejiwaan pada pasien yang datang ke Poli Rawat Jalan RSJ hari itu, tetapi mereka menghadapi masalah yang sama, yaitu sering mendapat stigma dan perlakuan yang diskriminatif di masyarakat.

Kepada pasien, kami memotivasi mereka untuk tetap melanjutkan pengobatan meskipun saat ini mereka masih menderita gangguan jiwa. Mereka memang telah berada dalam kondisi stabil dan kembali ke masyarakat, namun pengobatan bagi orang dengan gangguan jiwa adalah penting untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Materi psikoedukasi kami juga memberi tahu pasien dengan gangguan jiwa dan keluarga mereka bahwa stigma tidak hanya berasal dari masyarakat (public stigma), stigma juga bisa berasal dari diri si penderita gangguan jiwa itu sendiri atau disebut dengan self-stigma. Kami menjelaskan bahwa dampak dari self-stigma bisa mengarah kepada pemikiran dan reaksi emosional yang negatif, di antaranya adalah rasa malu, rendah diri, menurunnya kemampuan diri, dan pasien bisa memiliki harapan negatif terkait interaksinya dengan orang lain.


Kepada keluarga pasien dengan gangguan jiwa, kami memberi pengertian bahwa keluarga memainkan peran penting dalam melakukan perawatan terhadap pasien dengan gangguan jiwa. Di Aceh, masih banyak keluarga yang mengabaikan anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa, bisa karena malu, tidak peduli, atau tidak paham. Keluarga harus diberi pendidikan berupa psikoedukasi terkait gangguan jiwa anggota keluarganya, agar keluarga bisa merawat anggota keluarganya dengan baik di rumah. ODGJ perlu mendapat perhatian ekstra dari keluarga, untuk itu keluarga harus paham dengan gejala-gejala gangguan jiwa yang sesekali bisa muncul dan apa saja penatalaksaan yang bisa dilakukan oleh keluarga di rumah. Penting untuk memberi pemahaman keluarga untuk memperhatikan anggota keluarganya dengan gangguan jiwa agar selalu minum obat. Penting juga untuk memotivasi keluarga agar tetap memiliki semangat dalam merawat anggota keluarganya dengan gangguan jiwa. Sama seperti halnya ODGJ, keluarga juga bisa mengalami kebosanan dalam merawat anggota kelurganya.

Dalam melakukan psikoedukasi tersebut, kami membuka sesi tanya jawab dengan pasien atau keluarga, namun kemudian sesi tanya jawab tersebut berubah menjadi sesi curhat dari keluarga pasien terkait anggota keluarganya dengan gangguan jiwa. Umumnya, masalah yang ditanyakan/dicurhatkan adalah tentang seringnya anggota keluarga mereka dengan gangguan jiwa mengalami kebosanan dalam meminum obat atau tidak mau disuruh minum obat. Tidak patuh terhadap pengobatan atau putus obat adalah masalah umum yang dialami oleh pasien dengan gangguan jiwa di seluruh dunia, bukan di Aceh saja. Selain karena memakan waktu yang lama, pasien juga bosan karena harus merasakan efek samping dari obat-obatan psikiatri. Meski demikian, kami tetap memberi tahu bahwa pengobatan penting bagi ODGJ sampai mereka diputuskan oleh dokter bahwa mereka sembuh total dari penyakitnya.  Di antara penanya, hanya terdapat satu pasien dengan gangguan jiwa yang mengungkapkan curhatannya. Si pasien mengemukakan tentang perlakuan-perlakuan tidak menyenangkan dari tenaga kesehatan yang diterimanya selama melakukan kontrol ulang di Poli Rawat Jalan RSJ Aceh. Inilah tantangan kita semua terhadap stigma pada ODGJ.  Perlu pengertian semua pihak untuk memahami bahwa ODGJ juga berhak mendapat pelayanan yang sama seperti orang dengan masalah kesehatan fisik.

Semoga hal kecil yang kami lakukan hari itu bisa memberi dampak positif bagi pasien dengan gangguan jiwa dan keluarga mereka terkait stigma. Semoga ke depan kami bisa menyasar populasi yang lebih luas lagi dalam memberikan psikoedukasi tentang stigma yaitu masyarakat, baik masyarakat yang berada di sekitar pasien dan keluarganya maupun masyarakat umum lainnya, sehingga semua pihak bisa sama-sama paham dan ikut mengurangi stigma pada orang dengan gangguan jiwa.

*Tulisan ini telah dimuat di Harian Serambi Indonesia


Kapan Kita ke Bandung?

$
0
0
Gedung Sate. Sumber: id.wikipedia.org


Di antara semua ibu kota provinsi di pulau Jawa, hanya Bandung dan Serang dua kota yang belum pernah saya jejaki. Lima belas tahun lalu ketika saya melalukan perjalanan darat yang laaama dan paaanjang dari ujung Sumatera ke Indonesia bagian tengah di Lombok, saya sempat melewati dan singgah di beberapa kota besar di Pulau Jawa; Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Lalu tahun lalu saya punya kesempatan ke Jogja, bukan sekadar yang singgah sebentar, tapi perjalanan ke Jogja tahun lalu itu adalah benar-benar perjalanan mengeksplor kota Jogja sampai puas.

Saya berharap bisa menjejak di semua kota di Pulau Jawa setelah Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Jogjakarta. Kota berikutnya apalagi kalau bukan si kota kembang, Bandung. Dari sejak saya sekolah dulu, Bandung sudah sedemikian terkenalnya. Mulai dari mengetahui kampus populer seantero Indonesia seperti ITB atau UNPAD, pusat fashion paling murah di Indonesia, Lembang, sampai ke tempat nongkrong paling hits sejak zaman dahulu kala sampai sekarang yaitu Jalan Dago dan Braga. Jika membaca fiksi-fiksi dengan latar belakang Kota Bandung, dua nama jalan itu paling sering dijadikan latar belakang cerita.

Rencana Perjalanan ke Bandung

Jika ada kesempatan ke Bandung nanti, saya ingin pergi dengan keluarga kecil saya, suami tercinta dan si bujang buah hati kami. Serunya pergi bareng suami adalah karena dia bisa menjadi fotografer pribadi buat saya. Kalau ke Bandung, wajib banget bisa punya foto-foto di spot-spot foto yang instagramable, dan suami adalah orang yang paling paham bagaimana memfoto saya dan dia paham banget apa mau saya saat mencari ide untuk konten selama melakukan perjalanan, hahaha.  Kalau ke Bandung, buat saya, tidak perlu muluk-muluk harus bisa mengunjungi semua tempat. Pilihannya haruslah tempat-tempat yang tidak–atau saat ini belum ada–ada di Aceh. Pilihan saya adalah:

1.         Gedung Sate, Jalan Dago, dan Braga
Rasanya ini tiga tempat yang ikonik banget di Bandung yang tak boleh dilewatkan. Gedung Sate itu cuma Kantor Gubernur gaes, tapi rasanya wajib banget berfoto di depan gedung ini karena namanya yang unik, lol. Lalu Jalan Dago dan Braga adalah dua tempat yang sering saya susuri di cerita-cerita, jadi saya ingin menikmatinya secara nyata.
  
2.         Taman Kota Tematik
Ini spot kekinian idenya Ridwan Kamil yang tak boleh dilewatkan di Kota Bandung. Idenya kreaitf, unik, dan inovatif. Rasanya menyenangkan bisa bercengkerama dengan keluarga di Taman Film dengan lapangan hijau yang asrinya itu.

3.         Keliling Kota Bandung di Atap Bus Bandros
Keliling pakai Bus Bandros alias Bandung Tour On Bus kayaknya  seru, saya membayangkan pasti akan berasa di London dengan bus merah bertingkatnya, lol. #IyaKeleus

4.         Menonton atraksi budaya
Saya penyuka pagelaran budaya, jadi saya pasti tidak akan melewatkan ragam atraksi budaya seperti orkestra angklung di Bandung.
  
Itu beberapa agenda saya di Kota Bandung nantinya. Semuanya memang berada dalam Kota Bandung karena saya bena-benar ingin mengeksplor Kota Bandung yang cantik itu, selain supaya lebih mudah menemukan penginapan dalam kota Bandung. Karena merencanakan perjalanan sendiri (bukan perjalanan dinas seperti ke kota lain) maka mencari penginapan juga mesti dilakukan sendiri. Untungnya sekarang itu nggak susah untuk mencari hotel. Dari hasil ceki-ceki hotel di Bandung di PegiPegi, ternyata sangat mudah menemukan hotel murah di Bandung, dan surprisinglyitu banyaaak.  Yes, mudah dan murah harus menjadi pertimbangan saya dan keluarga. Kami berangkat dari Kota Banda Aceh lo, jadi kami harus mempertimbangkan banget soal biaya, lol.

Jadi kapan kita ke Bandung, Bang SS? #LirikBangSuami

Viewing all 137 articles
Browse latest View live