Quantcast
Channel: Fardelyn Hacky
Viewing all 137 articles
Browse latest View live

Selfie Story; Sensasi Memakai Sari

$
0
0
Sudah lama aku berada dalam lingkaran pertemanan dengan latar belakang kebudayaan Asia Selatan, terutama India, Bangladesh, dan Nepal. Aku tertarik dengan kebudayaan mereka. Hari-hari yang kulalui bersama mereka adalah hari-hari yang tak luput dari pengamatan. Sambil belajar bahasa dan mengenali budaya, aku mengamati gerak bibir dan bahasa tubuh, mendengarkan ragam dialek, dan mengamati kebiasaan mereka terhadap sesuatu. Aku selalu tertarik mempelajari sejarah, manusia, dan ragam budaya.

Aku punya satu keinginan yang selalu kuulang-ulang pada salah satu dari mereka, Kanis, yang menjadi sahabatku, bahwa aku ingin sekali memakai Sari.
***
“Assalammu’aikum. My name is Kanis Fatema. I come from Bangladesh.”

Aku menyambut hangat jabat tanganmu. Menyebut nama dan juga asalku, sebagaimana kamu. Lalu kupeluk dirimu. Sebagaimana kebiasaanku ketika di Indonesia saat bertemu saudari sesama Muslim. Kau terlihat jengah awalnya, namun kemudian balas memelukku. 

Ternyata, kita satu kelas di kelas Psychiatric.

Kau katakan bahwa kau senang melihat caraku dan teman-teman Indonesia-ku berpakaian. Sangat Muslim sekali. Pakai jilbab, dipentul sehingga tidak terlihat celah yang menampakkan rambut dan tak terjatuh ke bahu sebagaimana saat kau dan teman-teman Banglasdeh-India-mu memakai Dupatta.

Aku katakan padamu, kau dan teman-temanmu terlihat cantik sekali saat kalian mengenakan Sarimerah di sebuah acara. Ya, kalian hanya mengenakannya pada saat-saat tertentu saja, pada sebuah party misalnya. Aku tahu, memakai Sari terlihat sangat merepotkan. Dengan kain sepanjang kurang lebih enam meter melilit di tubuh, aku membayangkan tubuhmu dibedong seperti bayi. Tetapi di sinilah letaknya keindahan sebuah budaya yang dibalut oleh nilai-nilai seni dan kreatifitas.

“Kanis, I love to see you all wearing Sari. Aku sudah pernah melihat perempuan India memakai Sari. Kau tahu, lewat film, hahaa. Tetapi, ketika aku melihat kalian mengenakan Sari malam ini, seolah-olah inilah untuk pertama kalinya aku melihat perempuan mengenakan Sari. Indah sekali!”

“Kau suka?”

“Tentu saja.”

“Kalau kau suka, kau boleh memakainya kapan-kapan.”

“Benarkah?”

“Tentu saja. Kau kan sahabatku. Nanti saat semester break, aku kembali ke Bangladesh, aku akan membelikanmu pakaian khas Bangladesh.”
***

“Apakah semua orang Indonesia berpakaian sepertimu dan teman-temanmu?”

“Tidak, kebetulan saja, teman-teman Indonesia-ku berpakaian sepertiku. Tetapi kalau di Indonesia, kami beragam. Yeaah, kau tahu, dalam Islam kita mengenal hidayah.”

“Apakah mereka yang tidak memakai jilbab sepertimu, yeah seperti kami, itu berarti tidak mendapat hidayah?”

“Hmm…tidak juga. Setiap bangsa memiliki caranya tersendiri dalam mengaplikasikan Islam. Aku dengan jilbabmu dan kau dengan Dupatta-mu.”

Di tahun kedua, kau khusus memesan sebuah mukena dari Indonesia. Untuk ibumu, katamu.  Suamiku membelikannya untukmu.

“Aku lihat, cara kalian salat adalah cara yang indah sekali.”

Mukena mungkin sesuatu yang asing buatmu. Kalian terbiasa dengan pakaian sehari-hari saja saat beribadah; dengan dupatta yang kau taruh di kepala, dengan kaki telanjang tanpa memakai kaus kaki, dan dengan lengan Salwar Khamiz yang bahkan tidak menutup semua lenganmu. Terlihat aneh olehku, sebagaimana kau yang mungkin melihat aneh caraku beribadah. Tetapi beginilah kita saling menghargai perbedaan, bahkan meski kita sesama Muslim.

Tuhan menyayangimu saudariku. Suatu hari, kau datang ke kelas dengan penampilan berbeda. Kau tetap memakai Salwar Khamiz-mu, tetapi kali itu dengan Dupattamenutupi seluruh rambutmu dengan sematan peniti di bawah dagu yang nyaris sebesar jari kelingking. Aku mengucapkan selamat sambil tersenyum kecil melihat penitimu.

“Ajari aku memakai jilbab sepertimu. Memakai pentul dan dalamannya.”

“Baik. Tapi imbalannya, ajari aku memakai Sari, ya.”

***
Aku memilih Sari berwarna Jingga (orange) dengan pinggiran berwarna merah. Untuk dalamannya, tersedia dua bagian berwarna merah. Ternyata, cukup hanya tiga bagian ini saja. Kanis dan seorang teman bernama Afroza Banu membantuku memakai Sari.

1. Kain Sari sepanjang 6 (enam) meter


2. Blus pendek warna merah. Blus ini agak kedodoran di tubuhku karena aku yang kurus kering seperti emping :D  Afroza bilang, mengenakan blus ini mestilah ketat dan menempel di tubuh. Blusnya sendiri berlengan pendek dan biasanya hanya sampai beberapa sentimeter di bawah (maaf) payudara


3. Rok warna merah, sebenarnya hanya rok biasa, hanya saja berfungsi sebagai bagian dalaman, karena biasanya kain Sari tidak cukup tebal menutupi bayangan tubuh di bagian bawah. Mereka menyebutnya Pettikot.

Maka, dimulailah tutorial memakai Sari ini :D
1.   Aku memakai legging dan baju manset warna hitam. Seperti biasa, jika memakai rok, aku selalu memakai legging, meskipun sehabis memakai rok, aku akan pakai Sari lagi. Blus ini dominannya berlengan pendek, ketat di badan, ketat di bagian lengan, dan… bolong  di belakang *Sundel Bolong mode on* Yeah, seperti yang kau lihat di film-film India. Perut terbuka, punggung juga terbuka. Oleh sebab itu aku memakai baju manset. Temanku, Afroza Banu, memintaku untuk memakai manset tangan saja, nanti pada bagian baju yang terbuka di bagian perut dan bagian belakang tubuhku akan ditutup dengan Sari. Dia bilang, kalau aku pakai manset baju, itu seperti aku tidak pakai Sari saja. Tetapi aku minta maaf, aku harus memakai manset baju, aku tidak yakin dengan bagian belakang tubuhku akan tertutup sempurna oleh Sari. Aku takut ketika aku lengah lalu tampaklah bagian tubuhku. Apalagi Sari pilihanku terbuat dari jenis kain yang tipis, semakin membuat aku tidak yakin. Akhirnya dia mengerti.   

2.   Afroza mengikat bagian ujung kain Sari di pinggangku–seperti memakai sarung–dengan menyisakan bagian kain beberapa meter.
  
3.   Satu meter disisakan di bagian depan untuk dibentuk menjadi opnaisel (lipit-lipit) besar, lalu bagian atas lipit tersebut dimasukkan ke kain terlilit di pinggang tadi.

4.   Sisanya dibawa ke belakang, lalu dibawa lagi ke depan melalui  lengan kanan bawah, dan terakhir sisanya diselempangkan di bahu kiri.

5.   Selesai


Maaf ya, foto tutorialnya buram, jadi cuma ada satu foto saja :D

Dan inilah hasilnya. Begitu selesai, aku langsung selfie di depan kaca besar. Untung ada kaca yang besar sekali itu, jadi aku bisa selfie dengan memperlihatkan seluruh tubuhku seperti ini. Aku sengaja selfie di depan kaca, rugi ya kalau selfie hanya tampak muka semntara sudah dandan cantik begini.


Bagaimana penampakanku dalam balutan Sari? Apakah aku terlihat keren? Apakah aku sudah terlihat seperti orang India?

Dan, mari kuperkenalkan mysmartfren, Kanis.
Selfie depan kaca dengan Kanis
Mari kuperkenalkan juga teman-temanku yang lain.
Serasa sedang di Bangladesh

Sehabis narsis dengan Sari, tidak lengkap rasanya kalau belum upload ke medsos. Lumayan bikin heboh, hahahaaaaa….


Pakai Sari sudah, selfie juga sudah, lalu diakhiri dengan joget India, tetapi pakai lagu Selfie :v  




Well, ini cerita selfie-ku, mana cerita selfie-mu?



Koran Indonesia Diberitakan di Media Korea Selatan

$
0
0
Koran Indonesia diberitakan di media Korea Selatan?

Wow, sungguh mengagumkan dan membanggakan!

Adakah yang reaksinya kurang lebih begitu? Atau sebaliknya, menganggap “biasa aja keleuus..”

Oh well, sebelum menyimpulkan, mari saya tuliskan kronologisnya terlebih dahulu.

Ini semua terjadi karena Lee Min Ho(sebenarnya saya tidak berniat menulis tentang Lee Min Ho, setidaknya belum untuk saat ini. Sedang menunggu waktu yang tepat menulis tentang cowok kece ini. Saya bukan fans berat Lee Min Ho, tetapi entah kenapa saya selalu terjerat oleh pesonanya, hahaa… Setiap kali melihat fotonya yang sedang tersenyum bertebaran di internet, saya tak pernah bisa untuk tidak menatapnya lama-lama, lalu senyum-senyum sendiri seolah saya sedang membalas senyumnya. Memang agak lebay :D *kemudian dijambak sama mbak Erry*)

Lanjut.

Ini semua terjadi karena Lee Min Ho!

Ya, Lee Min Ho; aktor-Korea-Selatan-pendongkrak-rating, aktor yang paling terkenal dari negeri Ginseng, aktor yang mendapat julukan Prince of Asia, aktor yang karena ketampanannya menjadikan gelombang Hallyu menyebar hingga ke Amerika dan Eropa. Ah, tidak cukup kata untuk menuliskan tentang Lee Min Ho, terlalu banyak berita dan hal apa saja tentang dirinya. Gerak-geriknya selalu menjadi sasaran empuk para pencari berita, gosip-gosip tentang dirinya adalah berita yang laris manis, drama dan filmnya dipastikan akan menjadi hot topic bahkan sebelum tayang.  

Minggu ini, nama Lee Min Ho kembali menjadi trending topic di dunia maya; di portal-portal media Korea, portal-portal berbahasa Inggris khusus berita Korea, portal-portal berita Asia, dan terakhir, tentu saja para netizen!

Ada apa dengan Lee Min Ho kali ini?

Senin pagi (23/03/2015), Dispatch, sebuah media entertainment Korea Selatan––yang tentu saja dalam bahasa Korea––merilis beberapa foto Lee Min Ho dan Suzy Bae. Beberapa di antaranya, adalah foto kebersamaan dua selebritas Korea Selatan tersebut. Bersamaan dengan itu, Dispatch juga menurunkan berita bahwa Lee Min Ho dan Suzy sudah berpacaran sejak sebulan lalu. Sebagai tambahan informasi, Suzy Bae adalah personel girlband Miss A yang tahun lalu masuk dalam jajaran ‘The 100 Most Beautiful Faces of 2014’.

Hanya dalam hitungan menit, semua media yang saya sebutkan di atas, menurunkan berita mereka dalam bahasa Inggris, dan mengejutkan para penggemar hiburan dari negeri Ginseng. Bagi sebagian orang, mungkin berita artis berpacaran adalah hal yang teramat sangat biasa. Bagi sebagian artis, berita tentang  mereka berpacaran mungkin akan menjadi hot topic hari itu, lalu besoknya sudah berganti dengan berita lain.  Tetapi tidak dengan berita berpacarannya Lee Min Ho dengan Suzy. Pekan ini, berita tentang mereka masih menjadi trending topic, dan diprkirakan akan masih sama untuk pekan depan.
Lee Min Ho dan Suzy. Aiiiihh...gantengnya kau, bang! 
Semua ini terjadi tidak lain dan tidak bukan adalah karena pengaruh nama Lee Min Ho dan Suzy Bae. Lee Min Ho adalah bintang Hallyu, Suzy Bae juga demikian. Fans Hallyu dari seluruh dunia mungkin tidak banyak yang tahu dengan aktor atau artis lain, tetapi mereka dipastikan tahu dengan dua nama ini.

Berita Lee Min Ho di Indonesia
Media Indonesia yang berbahasa Indonesia tidak ketinggalan memberitakan tentang Lee Min Ho dan Suzy. Untuk media online, jangan ditanya jumlahnya, banyaaaak. Untuk media cetak, saya tidak tahu. Sampai tadi pagi, di timeline saya ada yang men-shareberita dari salah satu portal berita Korea Selatan, allkpop.com. Saya tertarik dengan judul beritanya; Local Indonesian Newspaper Claims SHINee’s Minho and Suzy are dating?  


Karena bawa-bawa nama Indonesia di judulnya, saya tertarik untuk membacanya. Kemudian, saya mendapati diri saya tertawa terpingkal-pingkal setelah membaca beritanya.

Koran yang diberitakan dalam berita tersebut ternyata salah meletakkan foto dalam berita!


Foto koran tak bernama tersebut diunggah oleh seorang netizen asal Indonesia melalui akun twitternya, dia sendiripun tidak menyebut nama surat kabarnya. Seperti yang tampak di foto, pada judul berita tertulis Lee Min Ho sementara gambar dalam berita adalah Cho Min Ho, personil boyband SHINee. Keduanya memang memiliki nama panggilan Min Ho/Minho. Sebagaimana umumnya nama orang Korea, nama depan adalah nama keluarga (nama marga) dan nama di belakangnya adalah nama mereka yang umumnya menjadi nama panggilan.

Di manakah letak kesalahannya? Sementara kita tahu, dalam sebuah berita, kadang foto hanya dijadikan ilustrasi saja. Misalnya berita tentang pemerkosaan, umumnya foto yang ditampilkan bukanlah foto korban pemerkosaan melainkan hanya gambar ilustrasi saja. Begitu juga dengan berita-berita tentang artis, tak jarang kita melihat foto yang ditampilkan adalah foto yang diambil tiga tahun lalu misalnya. Yang menjadi esensi adalah beritanya, bukan fotonya. Tetapi, banyak juga berita yang menampilkan foto sesuai dengan isi berita.  

Terkait dengan koran yang terlihat dalam foto di atas, mungkin saja koran tersebut menganut paham ‘yang penting adalah beritanya dan bukan fotonya’. Tidak masalah. Tetapi masalahnya adalah jelas sekali bahwa penulis berita tersebut sedang mengalami gagal paham. Mungkin dia tidak tahu bahwa Minho dengan marga Lee dan Minho dengan marga Choi adalah orang yang berbeda. Atau, mungkin dia tidak mengerti berita bahasa Inggris tetapi tetap ingin menulis berita tersebut lalu menerjemahkannya melalui Google Translate dengan hasil terjemahan yang kacau balau.  Atau, mungkin saja dia adalah hater Lee Min Ho dan lover Choi Min Ho yang mana dalam harapannya  Choi Min Ho lah yang berpacaran dengan Suzy dan bukannya Lee Min Ho, sementara kenyataannya adalah sebaliknya. Maklum, boyband SHINee lumayan terkenal di Indonesia.

Yang jelas, ada kefatalan pada berita tersebut sehingga media sekelas allkpop.com sampai menurunkan berita tentang koran Indonesia yang sedang gagal paham.

Ini jelas membanggakan!

Di era digital dengan semua informasi begitu mudah diakses, ternyata masih ada penulis berita yang malas, kalau tidak bisa dibilang bodoh. Ah, bahkan saya sungkan menuliskan kata ‘wartawan’ pada penulis berita tersebut. Kita tahu bahwa wartawan adalah mereka yang mewartakan sebuah berita setelah data-data yang cukup, terkumpul. Kalian mungkin saja tidak tahu siapa Lee Min Ho atau Choi Min Ho, tetapi saya yakin, jika diminta menuliskan tentang mereka, minimal kalian pasti akan membuka google dan membaca banyak info tentang mereka, yang disertai foto-foto tentunya. Tidak mengerti Bahasa Inggris? Jangan khawatir, berita-berita tentang mereka tersedia dalam Bahasa Indonesia, puluhan jumlahnya––jika menyebut ratusan adalah sebuah ke-lebay-an.

Begitulah, jika penulis-penulis berita kita hari ini adalah penulis-penulis berita yang malas mencari tahu, penulis-penulis berita pengejar rating dan bukannya pencari sebanyak-banyaknya informasi. Prinsip media kita saat ini adalah; tuliskan berita cepat-cepat, soal benar salah belakangan. Hantam duluan, klarifikasi belakangan.  

Merdeka!

The Palace (2013): Kisah Pelayan Istana Menemukan Cinta Sejati

$
0
0

Do not pick the flowers when only twigs are left
Chenxiang dan Liu Li adalah salah dua dayang kerajaan yang tinggal di istana sejak masih kecil. Karena kesamaan nasib, juga karena sering bersama dari kecil hingga remaja, mereka menjadi sahabat dekat. Bagi perempuan di masa itu, ketika memutuskan masuk ke istana, maka jiwa dan raga mereka adalah milik istana, bukan lagi milik keluarga mereka, sampai ketika usia mereka 25 tahun, barulah mereka boleh meninggalkan istana jika tidak ada yang menikahi mereka. Maka, bagi Chenxiang dan Liu Li, persahabatan mereka adalah segala-galanya, Namun, tidak ada yang abadi di dunia, termasuk persahabatan mereka. Liu Li sangat berambisi bisa menjadi istri dari salah satu pangeran, dan untuk melakukannya, Liu Li mengkhianati persahabatan mereka.

Film ini mengambil setting masa kepemimpinan Raja Kangxi, raja keempat dinasti Qing (China), salah satu dari tiga raja dinasti Qing yang setting-nya paling sering dipakai dalam serial TV, film, dan novel. Baik film atau drama Hongkong, Taiwan, maupun China. Ya, karena tiga negara ini dulunya memang satu, sehingga sejarah dinasti-dinastinya pasti sama.

Itulah kenapa Raja Kangxi termasuk Raja yang paling dikenal oleh masyarakat China, selain Raja Sunzhi dan Raja Qianlong. Film, drama, dan novel-novel yang mengambil setting kepemimpinan mereka, menjadikan mereka lebih dikenal. Bagi yang masih ingat dengan drama Putri Huan Zhu, nah ini setting-nya adalah pada masa Raja Qianlong.

Di antara semuanya, kisah hidup Raja Kangxi-lah yang paling menarik untuk diceritakan ulang, baik oleh sutradara maupun penulis buku. Jumlah selirnya lebih dari 30 orang, anaknya 27 orang. Semakin banyak istri, semakin banyak anak, maka akan semakin banyak intrik di dalam istana, semakin disukai pula oleh mereka yang bekerja di dunia kreatif perfilman dan perbukuan. Semua intrik dan apapun peristiwa yang terjadi selama kepemimpinan seorang raja, tercatat dengan rapi dalam riwayat hidup mereka masing-masing. Salah satu intrik di masa Raja Kangxi adalah perebutan kekuasaan menjelang Raja Kangxi meninggal.

Drama semasa kepemimpinan Raja Kangxi ada banyak sekali judulnya. Yang saya tahu cuma sedikit, di antaranya adalah drama berjudul Gong. Cuma tahu saja, tapi saya belum pernah menontonnya :D. Kalau di Indonesia, Gong ini hampir sama kayak sinetron Cinta Fitri, tidak habis-habis dan berlanjut ke beberapa season. Habis Gong 1 dengan jumlah episode yang sangat banyak itu, masih lanjut dengan Gong season 2. Sekarang baru saja selesai Gong season 3.

Itulah kenapa saya lebih memilih menonton filmya saja. Ya, film The Palace adalah filmisasi dari drama Gong. Meski demikian, film The Palace bukan merupakan bagian dari drama Gong. Film ini adalah cerita yang sama sekali berbeda dan tidak memiliki keterkaitan apapun dengan drama Gong. Meskipun cerita The Palace mengambil latar belakang intrik anak-anak Raja Kangxi, film ini sendiri lebih berfokus pada cerita kehidupan dayang istana, yaitu Chenxiang dan Liu Li.


Sejak kecil, mereka sudah diberitahu bahwa meskipun hanya sebagai dayang, derajat mereka bisa naik tingkat seandainya raja mengambil mereka menjadi selir, atau minimal menjadi istri dari salah satu pangeran. Dua sahabat ini, meskipun memiliki nasib yang sama, sifat mereka sama sekali berbeda. Dibanding Chenxiang yang tidak berharap menjadi istri dari salah satu pangeran karena dia cukup tahu diri, Liu Li justru sebaliknya, dia adalah orang yang sangat berambisi menjadi istri pangeran. Dengan memanfaatkan kepolosan sahabatnya, Liu Li berhasil terpilih menjadi calon istri.

Secara keseluruhan, saya suka sekali film ini. Meskipun happy ending, tetapi perasaan saya campur aduk ketika menonton film ini. Plot ceritanya tidak tertebak. Saya bisa mengerti bahwa bagi Chenxiang, Liu Li adalah segala-galanya. Tetapi menyerahkan orang yang dia cintai untuk sahabatnya, adalah hal terbodoh yang dilakukan Chenxiang. Saya mengerti jika awalnya dia melakukan itu adalah untuk menyelamatkan sahabatnya dari hukuman sang ratu, tetapi bahkan sampai di akhir film, sampai orang yang dicintainya sudah begitu dekat dengannya, Chenxiang masih saja menjadi gadis yang polos. Zhou Dongyu, pemeran Chenxiang, benar-benar telah membuat saya gusar setengah mati karena keluguan dan kepolosannya. Hampir di sepanjang film saya memakinya; ‘Bodoh! Bodoh! Bodoh!’


Seharusnya yang menjadi calon istri pangeran ketiga belas (disebut pangeran ke sekian saking banyaknya anak Kangxi :D) adalah Chenxiang dan bukannya Liu Li. Chenxiang bertemu pangeran ketiga belas di suatu malam. Mereka kemudian saling jatuh cinta. Tetapi saat itu Chenxiang menutup wajahnya dengan sapu tangan sehingga pangeran tidak mengenali wajahnya. Di saat yang sama, Liu Li baru saja dicampakkan oleh pangeran kesembilan.

Beberapa waktu kemudian, pangeran ketiga belas meminta ratu untuk mencari tahu siapa perempuan yang ditemuinya malam itu. Semua dayang dikumpulkan. Terjebak pada kondisi yang tidak menguntungkan, Liu Li menipu Ratu dan pangeran ketiga belas dengan mengaku bahwa perempuan yang ditemui pangeran ketiga belas malam itu adalah dirinya, sementara kenyataannya yang ditemui pangeran adalah Chenxiang.

Kalau boleh saya bilang, ceritanya hampir mirip dengan cerita Cinderella, di mana pangeran mencari siapa perempuan pemilik sepatu kaca sementara dalam film The Palace, sang pangeran mencari siapa perempuan yang menutup wajahnya dengan sapu tangan. Bedanya, film ini lebih menitikberatkan pada cerita persahabatan Chenxiang dan Liu Li. Kehadiran pangeran ketiga belas sebagai orang yang diam-diam dicintai oleh Chenxiang, adalah bagian dari menghadirkan sebuah pengkhiatan (konflik) persahabatan mereka.
Kaki perempuan keluarga kerajaan atau bangsawan dinasti Qing, yang  sengaja dibebat supaya kecil. Mereka memakai 'Flower Pot' Shoes. 
Buat penggemar film-film romance seperti saya, film ini highly recommended. Meskipun saya tulis kalau film ini mirip dengan Cinderalla, itu hanya di bagian pangeran yang tidak mengenal Chenxiang saja, selebihnya, ceritanya lebih dari itu. Bikin geram dan termehek-mehek saat menontonnya.

Film ini masih lumayan fresh, dirilis tahun 2013. Pemainnya masih muda-muda namun sangat berbakat. Peran dua aktris muda pemeran Chenxiang dan Liu Li, saya kasih dua jempol. Keren dan memukau. Mereka berhasil mengeluarkan aura karakter masing-masing. Chenxiang diperankan oleh Zhou Dongyu, dan Liu Li diperankan Zhao Li Ying. Di mata saya, Zhou Dongyu adalah titisan dari Vicky Zhou di masa depan, dan Zhao Li Ying adalah titisan dari Zhang Ziyi.  Karena film ini, saya jadi ingin melihat akting Zhou Dongyu dalam film-film lainnya.  

Aturan dalam istana
Saya mau menulis tentang ini sedikit saja :D

1.  Dalam film ini, para dayang disebut juga ladies-in-waiting. Ini sama seperti aturan di dinasti Joseon, di mana para dayang istana, selain bertugas melayani keluarga kerajaan, mereka juga menunggu kalau-kalau Raja akan menjadikan mereka sebagai selir. Mereka sangat menantikan akan dipilih oleh raja. Maklum, jika bisa terpilih, hidup mereka akan jauh lebih baik dibanding saat menjadi dayang istana. Bedanya, di dinasti China, dayang boleh menikah dengan pangeran atau keluarga kerajaan lainnya. Sementara di Joseon, dayang adalah milik raja sepenuhnya, tidak boleh menikah dengan anggota kerajaan lain selain raja meskipun raja tidak memilih mereka misalnya.

2.   Dayang dinasti China boleh meninggalkan istana pada umur ke-25 jika saat itu belum ada yang menikahi mereka, sementara dayang dinasti Joseon tidak demikian adanya, mereka adalah milik Raja sampai mereka mati. Tetapi saya agak ragu dengan aturan dinasti China soal boleh meninggalkan istana ini, sebagaimana yang terlihat dalam film ini. Betulkah demikian? Kalau di Joseon, memang benar begitu aturannya. Masih perlu baca-baca sejarah China lagi :D  


Moral of the Story
Karaker tokohnya memang terlalu hitam putih, Chenxiang yang terlalu baik, dan Liu Li yang (menjadi) terlalu jahat.  Hikmah yang bisa diambil dari film ini bisa dibilang sama seperti film putri-putrian ala Disney, yaitu tentang kebaikan yang akan selalu menang terhadap kejahatan. Nilai-nilai persahabatan juga menjadi poin utama. 

Rating: 4 out of 5.

[Musical Sunday] Heart of Palm

$
0
0
Cari-cari theme song film The Palacetapi saya nggak nemu. Entertainment Media dan Production House di China tidak segencar Korea atau Jepang dalam hal publikasi film dan musik mereka ke dunia luar.

Masih terbawa efek film The Palace yang sempat bikin saya termehek-mehek, maka Musical Sunday hari ini adalah lagu dari negeri tirai bambu, cuma fanmadesih, tapi lumayanlah mengobati kerinduan pada Chenxiang. 

Lagu ini sebenarnya adalah ost drama Prince Lan Ling, tetapi judul, lirik, dan musiknya masih relevan sama film The Palace.

Spoiler alert!!
Videonya menampilkan potongan-potongan film dari awal sampai akhir.

This is it; Heart of Palm by Ding Dang.  


Pengalaman Menemukan Baju Korea Favorit Bersama Shopious

$
0
0
Dalam hal berpakaian, terutama pakaian (emak-emak) muslimah––karena aku berjilbab, boleh dibilang seleraku agak anti mainstream jika dibanding dengan pakaian emak-emak muslimah pada umumnya. ‘Agak’ yang aku maksud adalah tidak terlalu ‘anti mainstream’, yang mana selama pakaiannya bisa ‘di-mix-and-match’, bisa disesuikan dengan jilbab, dan sesuai dengan tubuh mungilku, kalau aku sudah suka meskipun modelnya dianggap terlalu-anak-muda-sekali, maka langsung sikat saja. Oh, satu lagi yang tak kalah penting saat menyikatnya, yaitu asal ada uang, bhahaha… Misalnya, beberapa waktu di kalangan muslimah atau emak muslimah Indonesia, lagi tren gamis jersey sepaket dengan jilbabnya (yang mana jilbabnya umumnya senada dengan bajunya) atau jilbab jersey yang ada tangannya sehingga memiliki dua fungsi sebagai jilbab yang kelihatan seperti baju juga.

Tren ini masih sampai sekarang, padahal udah sejak lebih setahun lalu dimulainya, kalau nggak salah. Tetapi, aku tidak berminat untuk membelinya. Terlalu mainstream, aku memang agak malas pakai baju yang sama dengan orang-orang, bhahaha. Tetapi yang paling penting adalah, setelah kukaji-kaji *astagaaa…beli baju aja pakai dikaji :v* jenis baju-bajuan tersebut memang tidak cocok untuk tubuhku.

Lalu jenis baju yang bagaimanakah yang aku suka?
Aku orangnya girly abis walaupun kurang suka pakai gamis. Sejak dulu aku suka gaya kasual walaupun bajuku nggak banyak, hehee… Tetapi, mau gimanapun gayanya, mau se-mutakhir apapun modelnya, pola dasar inilah yang  menjadi favoritku; opnaisel(lipit) dan pita-pita, baik atasan maupun bawahannya. Opnaiseldan pita-pita ini mungkin sudah dikenal sejak jaman nenek moyang kita ratusan tahun lalu, tetapi pola ini tetap bertahan hingga era digital ini. Tentu saja, dengan telah menyesuaikan jamannya dong, ya.  Iyap, opnaisel termasuk model yang nggak ada matinya.


Terobsesi dengan fashion Korea
Ketika aku ‘terdampar’ ke Kdrama Land, aku menyadari bahwa aku tidak hanya terobsesi dengan film atau drama-dramanya, tidak hanya terobsesi sama aktor-aktor gantengnya, ternyata aku juga terobsesi sama fashion-nya.

Entah kebetulan, entah apa namanya, baju-baju yang mereka pakai dalam drama, adalah baju-baju yang masuk dalam kategori yang aku suka. Di blog ini, aku sudah pernah menampilan fashion mereka. Begitu aku selesai menulis review dramanya, aku tak lupa mereview fashion-nya. Salah satu contohnya bisa dibaca di SINI. Yeah… ecek-eceknya kayak designer professional lagi mereview fashion gitu deh, bhahaha.

Kalau ditanya, drama mana yang fashion artisnya paling menginspirasiku, wah, bunyaaak… Sejauh ini, The Best-Dressed KDrama Female Character versi aku adalah Yoona SNSD. Sudah pada nonton dramanya yang berjudul Prime Minister and I’? Di situ, Yoona tampil maksimal. Ya aktingnya, ya fashion-nya.

Apapun yang dipakai Yoona dalam Prime Minister and I, aku suka semuanya. Di sini dia berperan sebagai istri perdana menteri yang mana mengharuskan Yoona berpakaian yang sopan sesopan-sopannya.

Kebetulan pula, busana Yoona di sini didominasi oleh opnaisel dan baju dengan pita-pita gitu. Gimana aku nggak mupeng cobak!

Ini aku kasih nampak beberapa ya.
Aku jatuh cinta setengah mati sama rok yang dipakai Yoona. Opnaisel penuh depan belakang bahkan sampai ke pinggang. Dipadu dengan baju Cheonsam, Yoona terlihat begitu sempurna. Oh Tuhan, cantiknya dia. 
T-shirt pink berlengan panjang dan berpita di bagian leher.
Cakeeeeeep
Rok opnaisel dan baju dengan berpita di leher. Perfecto!

Kalian suka yang mana?
Kalau aku, suka semuanya, of course, haha…
Tetapi, ya masih menjadi wishlist aja, belum terbeli karena belum mampu.

Menemukan Shopious
Aku baru tau ada lomba blog yang diadakan oleh toko online Shopiousini. Beneeeer.. baru tau tadi dan menulisnya malam ini *ngebut* yang mana hadiahnya selain uang, juga dikasih barang apapun yang menjadi wishlist kita selama itu tersedia di Shopious.


By the way, selain aku baru tahu info lomba ini, aku juga baru tahu nama toko online Shopious. Jadi tahu ya karena ada lomba blog ini, yang mana teman-temanku di facebook yang rata-rata blogger keren seperti akusejak tadi pagi pada nge-sharewishlist barang tertentu atau cerita-cerita tentang Shopious. Wah, mantap nih strategi Shopious, bikin lomba blog. Kalau sebuah perusahaan atau toko online ingin maju di dunia maya, maka rangkullah blogger. Sering-sering gitu bikin lomba blog, nggak cuma sekali aja, bhahaha.   
Baiklah, aku juga pengen dikasih yang gratis-gratis, yaitu baju Korea gratis *perlu disebut gratis beberapa kali, biar dapat, Aamiin*. Maka seharian ini aku ngubek-ngubek website Shopious. Aku mau cari baju yang kayak dipakai Yoona. Mirip-mirip dikiiit saja, nggak masalah, yang penting ada opnaisel-nya atau pita-pitanya.
Yang pertama aku lakukan adalah klik Kategori, langsung klik bagian ‘Wanita’ lalu klik ‘Atasan’, ‘Dress’, dan ‘Bawahan’. Aku ubek-ubek sampai ke halaman sekian sekian, tapi nggak nemu apa yang aku inginkan.
Terus, terpaksa tepok jidat sendiri. Duuuuh…kok aku dodol banget, sih? Kenapa juga aku nggak langsung klik ‘Baju Korea’, padahal sudah terpampang gede-gede di sebelah kanan.

Ada 76 halaman untuk kategori ‘Baju Korea’ aja. Klik terus dan terus, tetap belum nemu apa yang aku inginkan. Aku hampir menyerah, soalnya halamannya banyak banget, hehe. Untung aku orangnya sabar, sampai juga deh di halaman-halaman akhir. Dan yes, di halaman 70-an, aku ketemu sama ini, taraaaaa….
Kelihatannya seperti dua potong kan, ya? Tetapi ini maxi dress, lho. Karena warna atasan dan bawahan yang beda, makanya terlihat seperti dua potong. Memang nggak ada opnaisel-nya sih, tapi ada pita di pinggang itu yang bikin aku nggak mengedipkan mata ketika melihatnya. Mana warnanya merah lagi, warna favorit aku. Mana roknya berbentuk flare skirtgitu, yang mana flare skirt adalah bentuk rok favorit aku. Aku punya beberapa rok flare skirt.
Maxi dress ini adalah kombinasi yang sempurna untuk kumiliki. Sesuai dengan selera fashion aku; feminin, girly, dan trendy. #eeaaa
Udah Shopi, jangan lama-lama mikir, langsung bungkus aja dan kirim ke aku, ya. Ntar bakal aku masukin ke postingan  OOTD di blog aku, bhahaha *merayu Shopi :D*

Masukan untuk Shopious
Sebagai calon pelanggan baru *aheuuum*, aku punya beberapa masukan nih buat Shopicious.

1.  Untuk setiap foto barang yang dijual, kalau bisa menampilkan gambarnya dari berbagai sisi. Misalnya kalau baju, ada gambar dari depan, belakang, samping kiri, dan samping kanan. Minimal depan belakang lah ya. Jadi puas gitu bisa melototin barang dari banyak sisi.

2.  Foto barangnya jangan terlalu kecil. Meski kursornya dipake buat ‘menyenter’ barangnya, tetap tidak maksimal. Nggak klihatan serat-serat kain. Yang ada, makin ‘disenter’ makin buram gambarnya.
Gambar bajunya keciiiil. kalo 'disenter', gak nampak detail dan kalo di-zoom malah buram
3.  Terakhir, aku terganggu banget sama tab ‘DAFTAR’ yang di sebelah kiri iniiii…

Masalahnya, dia nongol berkali-kali, nggak hanya di ‘Homepage’ aja. Bayangkan, aku ngeklik 76 halaman ‘Baju Korea’, setiap kali pula tab itu nongol. Ini annoying banget, sudahlah tab-nya gede banget, dia nongol lagi dan lagi, walau aku sudah klik ‘Close’. Maksudku, mungkin bisa di-setting nongol sekali aja.

Segitu aja masukan dariku. Jangan marah ya, Shopi! Masukan adalah ‘asupan’ yang baik untuk tumbuh dan berkembang.
Semoga Shopious berjaya di dunia maya.
 Videonya lucuuu...

#BeraniLebih Tegas Demi Ketenangan Jiwa

$
0
0

Suatu ketika, terjadilah proses utang-piutang di antara tiga orang; aku, Mawar, dan Melati (bukan nama sebenarnya)
Beasiswa kami belum keluar, jadi aku meminjam uang pada Melati. Sementara Mawar sudah meminjam pada Melati di bulan sebelumnya. Bedanya, Mawar meminjam dalam jumlah yang lebih banyak dibanding jumlah pinjamanku pada Melati. Meski demikian, Melati mewanti-wanti hal yang sama pada kami; bulan depan harus dikembalikan. Itu artinya sebulan kemudian setelah aku meminjam dan dua bulan kemudian setelah Mawar meminjam.

Dalam rentang masa itu, tahu-tahu Mawar kehabisan uang (uang yang dipinjamnya dari Melati). Tidak tahu mau meminjam ke mana, akhirnya Mawar meminta pinjaman padaku. Karena Mawar memelas dan berjanji akan mengembalikannya minggu depan saat dia kembali ke Indonesia, akupun luluh.
Seminggu kemudian, saat Mawar sudah kembali ke  Indonesia, dia berkata belum ada uang. Aku maklum.

Sebulan kemudian, tibalah saatnya kami harus mengembalikan uang Melati. Mawar mencari bantuan dari mana-mana untuk mengembalikan uang Melati. Melati dulunya adalah senior kami di kampus, yang sekarang menjadi pimpinan kami, makanya kami agak segan jika sampai berutang lama.     
Saat Mawar mengusahakan uang untuk melunaskan utang-utangnya, aku sempat merasa lega karena tak lama lagi  Mawar akan mengembalikan uangku, begitu pikirku. Ternyata aku salah! Mawar hanya mengusahakan uang Melati dan tidak mengusahakan uangku. Yang aku tidak habis pikir, pinjaman sebesar 4 juta rupiah pada Melati, sanggup diusahakannya dari mana-mana, tetapi pinjamannya padaku yang jumlahnya tak sampai 500 ribu, tak masuk dalam daftar ‘usaha’nya tersebut. Mendapat perlakuan yang berbeda begini, di situ kadang aku merasa sedih.

Setiap kali Mawar berkata ‘tunggu’, aku selalu luluh. ‘Tunggu’ lagi, luluh lagi. Begitu seterusnya hingga hari ini.
Sekarang, sudah lebih setengah tahun dari waktu dua minggu yang dijanjikannya, namun uangku belum dikembalikannya.

Meski aku selalu luluh pada Mawar, sesungguhnya aku merepet panjang lebar pada suamiku. Ya, suamiku-lah tempat curhatku. Kukatakan; Mawar begini Mawar begitu. Tidak pengertianlah, tidak punya perasaanlah. Suamiku hanya mendengarkan saja.
Sampai hari ini, Mawar masih berkata ‘belum ada uang untuk membayar uangku’. Sementara dalam masa-masa itu aku mendengar kabar; dia lumayan sering membeli baju baru, anaknya masuk TK swasta yang mahal, beli ini beli itu. Diperlakukan seperti ini, sakitnya tuh di sini *tunjuk jidat*

Merepet lagi aku pada suamiku. Mungkin karena sudah cukup sering mendengar repetanku, akhirnya suamiku berkata;
“Kamu tahu nggak kenapa Mawar seperti itu? Karena kamu nggak tegas. Coba kamu bilang sama Mawar seperti yang kamu bilang sama Abang, kondisi kamu, keberatan kamu. Ini malah yang ada, setiap kali dia bilang nggak ada uang, kamu mengiyakanlah, oke-lah.”

Betul sekali apa yang suamiku katakan. Aku mencoba tersenyum setiap kali  Mawar meminta tenggat waktu,  tetapi batinku meringis. Satu lagi, aku tidak pernah menagih.
“Nggak usah pura-pura jadi malaikat tetapi akhirnya kamu makan hati sendiri. Harus berani lebih tegas, bilangin kalau dia harus segera mengembalikan uangmu. Lihat Melati, dia tegas kan sama kalian?”

Bismillah. Aku mencoba apa yang suamiku sarankan. Harus #BeraniLebih tegas, demi ketenangan jiwa.
‘Mawar, kapan kau membayar utangmu?’ *message sent*

“Oh kakak lagi butuh uang, ya? Bentar ya kak, aku usahakan’. *Mawar replied*
‘Harus dalam minggu ini, ya!’ *message sent*


Facebook: Fardelyn Hacky
Twitter: @fardelynhacky1

Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Tulisan Pendek #BeraniLebih



[Musical Sunday] Review MV Single Girls' Generation; Catch Me If You Can

$
0
0



Akhirnya, single terbaru Girls’ Generation (GG) dari album terbaru mereka di tahun ini, rilis juga pada 10 April lalu. Berita ini memang sudah digadang-gadang oleh SMTOWN–selaku pihak manajemen tempat Girls’ Generation bernaung–sejak jelang akhir tahun lalu. Inilah single pertama mereka selepas Jessica Jung meninggalkan grup ini terkait berita skandalnya tahun lalu.
Sebagai fans berat Girls’s Generation (atau disebut SONE), saya termasuk yang tidak sabar menunggu single terbaru mereka diirilis.

I am very excited to see their newest singledan tidak sabar ingin segera membuat reviewnya.

You may first watch this MV before reading my very short reviews :D  



Setiap kali GG akan mengeluarkan single terbaru, salah satu yang membuat penasaran adalah tentang konsep apa/bagaimana yang akan mereka gunakan untuk video klipnya.  Sebagai girlbandnomor 1 di Korea Selatan, mereka tak jarang menjadi acuan bagi girlband-girlbandpendatang baru. Ketika satu persatu gaya dance mereka diadaptasi oleh girlbandlainnya, mau tak mau GG harus selalu menampilkan sesuatu yang baru.
Konsep pekerja konstruksi menjadi  pilihan GG di single terbaru ini. Secara lirik dan musik,  saya merasa ini tidak terlalu berbeda dengan singledi album sebelumnya, Mr. Mr. 

Memang saya perhatikan, makin ke sini, musik GG semakin ‘menggila’ saja. Sebetulnya, jenis musik seperti  ini bukan jenis musik favorit saya. Tetapi entah faktor apakah yang membuat saya tidak bisa lepas untuk terus mendengarkan lagu mereka, sejak hari pertama dirilis. Mungkinkah karena saya Sone sejati ? Karena terkadang faktor menjadi fans sejati tak bisa lepas dari penilaian yang akhirnya jatuh pada penilaian subjektif.  Mungkin, jika bukan GG yang menyanyikannya, sayapun malas mendengarnya, hahaa… Mungkin bisa juga karena faktor umur yang tak muda lagi, yang mana kecenderungan orang menikmati musik di umur-umur jelang uzur begini biasanya adalah  jenis musik penina bobo sejenis  lagu-lagu Ratih Purwasih atau Broery Marantika, dan bukannya lagu-lagu dugem seperti ini, hahaa… 
Tetapi setelah saya kaji-kaji secara mendalam, faktor yang membuat saya tetap  menyukai jenis musik yang sebenarnya bukan gue banget ini, adalah lebih karena koreagrafinya yang, sumpah, keren banget!

Video ini syuting di lokasi yang sama namun pada waktu yang berbeda. Sesi pertama adalah di siang hari, dan sesi kedua di malam hari.  Secara keseluruhan, saya lebih suka dengan sesi pertama di siang hari. Semua terasa pas; kostumnya, ekspresi wajah mereka juga lebih jelas, dan gerakan mereka juga terlihat lebih lincah dibanding dengan sesi video di malam hari. Sementara untuk sesi malam hari, meski dancemereka masih terasa maksimal, namun entah kenapa tidak terlihat terlalu  menarik di mata saya.
Bandingkan menit ke 1:30-1:40 dengan menit ke 3:40 pada lirik ‘Catch me if you can…

Saya menduga, mungkin karena pengaruh kostumnya. Kostum pekerja konstruksi pada sesi malam hari terlalu pendek menurut saya. Berbeda dengan kostum siang yang meskipun sama seksinya, kesan sangar lebih ditonjolkan sehingga terasa klop dengan dance dan musik yang menghentak.

Secara keseluruhan, lagunya keren. Koreografinya KEREN KEREN KERREEEENN!!!
What do you think?

Berani Lebih Nekat Saat Membeli Rumah

$
0
0
Ada kalanya kita harus nekat, demi meraih impian. Seperti saat kami membeli rumah, modalnya cuma nekat.
Saya dan suami ingin cepat-cepat punya rumah, meski kami baru menikah dan mengontrak sebuah rumah mungil. Pertimbangannya; (1) kami sudah tinggal menetap dan Insya Allah tidak pindah-pindah, (2) karena sudah sama-sama menetap di satu kota, maka semakin cepat bisa punya rumah semakin baik, jika punya uang, hahaa… Masalahnya, kami tidak punya cukup uang. Tetapi, uang memang tidak akan pernah cukup kan, ya.
Begitulah, sampai suatu hari kami mendengar ada yang menjual rumah di komplek tempat kami mengontrak rumah. Kami langsung tertarik. Kami sudah kadung cinta dengan lingkungan tempat kami tinggal sekarang. Meski komplek perumahan tersebut ada di pelosok, justru suasana perkampunganlah tempat yang paling ingin kami tinggali.
Kabarnya, rumah tersebut dijual seharga 55 juta. What???55 juta? Ya, kalian tidak salah baca. Karena, meski kompleks kami tinggal ini dekat dengan kota Banda Aceh, tetapi daerahnya benar-benar sangat kampung sekali, lho. Kalau orang Aceh bilang, tempat jin buang anak. Itu maksudnya, saking kampungnya dan saking terpelosoknya. Makanya kenapa jika ada yang menjual rumahnya, dipastikan harganya jauuuuh lebih murah dibanding dalam kawasan kota Banda Aceh, meski dengan tipe, luas tanah, dan bentuk yang sama. Penasaran dengan rumah super murah tersebut? Ini dia; tipe 36, tetapi masih ada sisa lahan di samping dan belakang.

Meskipun terkesan seperti gubuk derita, masih bisa dibilang murah karena harga rumah di situ berkisar antara 60-65 juta.
Saat itu kami cuma punya tabungan sebesar 30 juta. Tetapi, didorong rasa ingin segera punya rumah sedini mungkin, maka dengan rasa percaya diri dan nekat abis, kami minta bertemu langsung dengan pemilik rumah. Ceritanya, mau ngobrol-ngobrollah dululah, siapa tahu bisa menawar, atau siapa tahu ada kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Setelah bertemu, diketahuilah bahwa sang pemilik rumah sedang  kepepet uang. Ada tiga anaknya yang sedang kuliah di perguruan tinggi swasta, juga istri yang sedang sakit-sakitan, tetapi sampai saat itu, belum ada yang tertarik membeli rumahnya. Yeah, kami maklum, orang-orang lebih suka tinggal di kota dibanding di kampung, mana pelosok lagi. Siapa yang mau tinggal di tempat jin buang anak?  
Kami langsung berterus terang bahwa kami ingin membeli rumahnya, tetapi hanya punya uang setengahnya. Tentu saja pemilik rumah menolak. Yaaaaahhh… penonton kecewa, lalu balik ke  kontrakan. Belum rejeki bisa punya rumah sendiri.
Beberapa hari kemudian, pemilik rumah menelepon kami. Beliau berkata kami boleh membayar setengahnya dulu, dengan sisanya boleh dibayar tidak lebih dari enam bulan. Kami menawar harga, jadinya 52 juta. Deal!
Bahagia, akhirnya bisa rumah sendiri. Tetapi di satu sisi, kami seperti kembali ke nol, sebagaimana ketika pertama menikah. Hampa karena tak lagi punya uang sedikitpun, dan bahagia karena bisa  punya rumah. Hampa tapi bahagia, bahagia tapi hampa. Memang absurd.
Utang ke sanak saudara, akhirnya rumah lunas. Ya, lunas sama pemilik rumah, menyisakan utang di tempat lain, hahaa… Tetapi, jika tidak #BeraniLebih nekat, mungkin sampai sekarang kami belum punya rumah. Alhamdulillah, meski (masih) hidup tertatih-tatih, akhirnya kami bisa punya rumah. Itu yang penting.
Sekarang, ‘gubuk derita’ kami sudah kami ‘sulap’ menjadi lebih baik. Taraaaa…. 



Facebook: Fardelyn Hacky
Twitter: @fardelynhacky1



Berani Lebih Sabar dengan Tetangga

$
0
0
Kehidupan bertetangga, penuh dengan dinamika. Tidak jarang kita mendengar ada pergesekan di antara dua keluarga atau lebih yang saling bertetangga. Sejak kecil, saya sudah sering menyaksikan pergesekan tersebut, karena saya tinggal di asrama polisi. Pergesekan tersebut umumnya terjadi di kalangan ibu-ibu. Macam-macam bentuknya, mulai dari persaingan membeli perabotan/pakaian, salah paham yang berakhir adu mulut, sampai pada perkelahian duel face-to-face ala smackdown hanya gara-gara masalah anak, LOL. Bisa dibayangkan ya boooo’, bagaimana ibu-ibu Bhayangkari yang tinggal di satu komplek asrama, penuh dengan persaingan dan drama :D  Seorang anak  berantem dengan anak tetangga saja bisa membuat ibu mereka ikut-ikutan berantem. Tetapi ketika anak-anak sudah berbaikan, ibu mereka malah bisa sampai tidak bertegur sapa selama bertahun-tahun. Dunia orang dewasa memang rumit -_-

Kini, ketika saya punya kehidupan sendiri, satu komitmen yang sejak awal saya dan suami inginkan adalah berusaha tetap menjalin hubungan baik dengan tetangga. Islam sudah mengatur bagaimana kita seharusnya bersikap dengan tetangga. Saking pentingnya menjalin hubungan baik dengan tetangga, bahkan Rasulullah sampai mengaitkan kesempurnaan keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir dengan sikap memuliakan tetangga. Dalam salah satu hadist-nya disebutkan;
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia memuliakan tetangganya.” (HR. al-Bukhari). 

Namun terkadang, kehidupan bertetangga gampang-gampang susah. Kalau tetangganya baik-baik semua ya Alhamdulillah, tapi kalau tetangganya suka mencari-cari masalah hanya soalan sepele, mungkin dengan cara beginilah Allah ingin menguji keimanan kita; sejauh mana kita bisa bersabar dengan tetangga. Pada akhirnya, pergesekan dengan tetangga memang sulit dihindari, karena perbedaan sifat dan tingkah manusia. Adakah yang tidak punya pergesekan dengan tetangga? Minimal mungkin pergesekan soal daun mangga pemilik tetangga sebelah kiri jatuh ke halaman rumah tetangga sebelah kanan, atau, sampah plastik tetangga sebelah kanan jatuh ditiup angin ke rumah tetangga sebelah kiri. Perkara remeh temeh begini, bisa menjadi besar dan lebih besar jika tidak disikapi dengan bijak. Kalau saya pribadi mah, pas lihat dedaunan pohon rumah tetangga atau sampah di sono jatuh ke halaman rumah saya, ya saya biarkan saja *iya, saya pemalas soalnya :p*, atau kalau kalian rajin ya tinggal disapu aja, tho? Nggak perlu misuh-misuh sama manusia. Memang tuh pohon atau sampah bisa ngatur-ngatur angin yang menerbangkan mereka?  

Namun bagaimana jika persoalan yang terjadi dengan bertetangga adalah bukan hanya tentang daun atau sampah plastik yang diterbangkan angin melainkan lebih besar dari itu? Kamipun pernah mengalaminya. Mulai dari kesalahpahaman soal penggunaan mesin air sampai ke soalan anak-anak yang bertengkar. Kalau tentang salah paham, kami berusaha untuk mencoba mengkomunikasikan secara baik dengan tetangga, sementara soalan anak-anak yang bertengkar, wah, saya nggak ambil pusing tentang ini, malah cenderung cuek. Saya belajar banyak dari lingkungan tempat saya tinggal waktu kecil.  

Sabar menghadapi tetangga bukan berarti cuek terhadap mereka. Tetangga adalah saudara terdekat kita, makanya kenapa Rasulullah menekankan begitu pentingnya memuliakan tetangga. Menjaga lisan, mengunjungi mereka ketika mereka sakit, membagi makanan atau rejeki kepada tetangga yang kurang mampu, itulah beberapa adab terhadap tetangga.
Karena #BeraniLebih bersabar, Alhamdulillah, selama enam tahun tinggal di kompleks sekarang, hubungan kami dengan tetangga kiri kanan depan belakang, bahkan dengan semua warga kompleks, berjalan baik-baik saja.  


Facebook: Fardelyn Hacky
Twitter: @fardelynhacky1




Berani Lebih Berbesar Hati Meminta Maaf dan Memaafkan

$
0
0
Sejatinya, meminta maaf dan memaafkan tidak mesti menunggu hari raya. Buat saya pribadi, jika saya memiliki salah sama orang lain, saya tidak sungkan untuk segera meminta maaf. Begitu juga jika orang lain yang meminta maaf pada saya, saya pun akan segera memaafkannya. Ini bukan pencitraan lho, ya. Tetapi lebih karena pada dasarnya saya suka merasa tidak enak jika ada sesuatu yang mengganjal di hati, hidup serasa tidak tenang jika masih dihantui perasaan bersalah. Saya juga tidak memiliki sifat pendendam. Kadang ya, ingin juga sesekali kayak orang-orang; disakiti atau dizalimi, ya udah cuekin aja seumur hidup, masih banyak teman lain. Tetapi entah kenapa, saya tidak pernah berhasil melakukannya. Ujung-ujungnya, saya ajak ngomong deh :D

Misalnya, ketika baru-baru ini Papa saya berselisih paham dengan adik perempuannya, alih-alih saya ikut-ikutan Papa memusuhi adiknya karena sudah menyakiti Papa saya, yang saya lakukan justru datang ke rumah adik Papa dan saya meminta maaf atas nama Papa. Kalau Papa yang lakuin itu, ya nggak mungkin tho, yaaaa. Selain Papa saya orangnya agak keras kepala, secara norma, harusnya yang muda sungkem ke yang tua. Ealah, yang muda sama keras kepalanya seperti yang tua. Kalau dibiarkan terus, nggak akan ketemu titik temunya. Saudara sekandung, sampai kapan akan tidak saling bertegur sapa? Maka sayalah–­–yang sok berhati malaikat ini, hahahaaaa––yang datang meminta maaf. Dan ya terbukti ampuh,  tak pakai lama, Tante sayapun meminta maaf pada Papa.

Memang luar biasa sekali efek meminta maaf ini :D

Dan di era media sosial yang sudah begitu crowdedini, kitapun kadang tak luput dari yang namanya salah atau salah paham. Kadang maksud kita begini, tetapi diartikan berbeda oleh orang lain. Kemungkinan komunikasi tulisan untuk disalahpahami itu, sangat besar. Dan saya cukup sering mengalaminya. Maksud saya begini, dipahami si teman begitu. Yang sering kejadian sih, kalau pas lagi sensi trus baca komen yang nggak enak, saya malah balas dengan komen yang lebih nggak enak lagi. Ujung-ujungnya pasti hubungan pertemanan kami menjadi tidak enak. Kalau orang tersebut bukan bukan termasuk friendlist saya, saya cuek aja. Tetapi tidak untuk teman dekat. Saya––yang sering sok berhati malaikat ini, LOL––dengan #BeraniLebihberbesar hati, biasanya langsung meminta maaf karena sudah memberi komentar yang tidak mengenakkan, yang mungkin menyakiti hatinya.

Dan memang, sekali lagi, luar biasa sekali efek meminta maaf ini. Langsung merasa plong dan lega.



 Permintaan maaf si sok-berhati-malaikat di medsos, hahahahaa….. :p 
“Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dia aniaya untuk ditanggungkan kepadanya.” ––[HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a]

Sungguh meminta maaf bukan perbuatan tercela dan berarti selamanya kita salah. Sebaliknya, meminta maaf akan membuka pintu-pintu kebaikan dan menyambung tali silaturahmi. Insya Allah.
Kadang kita memaafkan orang lain bukan karena mereka layak dimaafkan. Tapi kitalah yang layak mendapat kedamaian.

Facebook: Fardelyn Hacky
Twitter: @fardelynhacky1

Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Tulisan Pendek #BeraniLebih

But You Didn't

$
0
0
Hello...

Anyone miss me? qeqeqee...

Ya, blog ini sudah lama terbengkalai. Buktinya, ini adalah postingan pertama bulan ini :D Tetapi ini bukan semacam postingan yang berisi tulisan panjang-panjang, ini lagi nggak sanggup mikir buat bikin tulisan. Setidaknya sampai akhir minggu ini. Ya, akhir-akhir ini aku agak sedikit sibuk. Bukan sok sibuk, tapi benar-benar sibuk :D Jadi, nanti tanggal 31 Mei aku akan menjalani  sidang akhir untuk thesisku (yeayy...akhirnya!), tetapi semua berkasnya termasuk thesisku sudah harus ku-submit akhir minggu ini. Trus nanti tanggal 16 Mei, aku akan mengikuti International Conference sebagai salah satu syarat kelulusan. Ya, kampusku adalah salah satu kampus The Best International University di Thailand, jadi mahasiswa S2 dan S3 yang mau lulus, salah satu syaratnya adalah harus mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal-jurnal yang teringrasi dengan International Journal. Untuk mempublikasikan artikel atau hasil peneltian mahasiswa, memang nggak harus ikut International Conferene sih, tetapi kalau mau cepat, ya ikut conference-lah, karena biasanya ada proceeding-nya dan ini biasanya nggak lama. Beda gitu kalau kita kirim saja artikel atau hasil penelitian kita ke sebuah jurnal tanpa mengikuti sebuah conference misalnya, prosesnya agak lama. Setidaknya begitu hasil pengamatan saya terhadap teman-teman. 

Ya, semoga saja semua berjalan lancar dan aku bisa wisuda di bulan September nanti, Aamiin. Pulang ke Indonesia, jika diijinkan sama atasan, rencananya aku mau ngambil cuti agak lama. Nggak lama-lama amat sih, paling dua atau tiga bulan. Udah jenuh euy, melototin jurnal dan mereview artikel. Rasanya mau aku telan aja itu artikel-artikel, hahaa... Aku mau menenangkan diriku tanpa harus disibukkan dengan kerja. Aku juga mau puas-puasin ikut lomba blog ini itu dan melirik kembali tulisan-tulisan lama yang  dulu mau kukirim ke media (umumnya cerpen dan tulisan-tulisan pendek). Selama ini, cuma bisa gigit jari lihat orang bisa ikut ini itu. Mupeeeeng, tapi ya gitu deh, semua lewaaaat, lol.

Udah, cuma mau curcol itu aja :D Trus, ini beberapa waktu nemu puisi bergambar (atau gambar berpuisi?), yang pas aku baca, langsung bikin meweeeeeeek. Iya, sebut aku terlalu melankolis, aku memang suka tersentuh dengan kisah cinta yang berakhir tragis. Ini bukan kisah, ini hanya sebuah puisi, hanya beberapa bait, tetapi bercerita banyak. 

This poem is actually just a love poem. These pictures will tell you a lot.



Bahasanya so simple sekali, tetapi dibaca-baca berulag, tetap bikin mewek, huaaaa....
One of the most emotional, melancholic yet beautiful poem I've ever read :'(

Happy reading, guys. 

Marriage Not Dating | A Review

$
0
0

Seorang cowok, dokter bedah plastik, takut dengan pernikahan karena trauma melihat hubungan kedua orangtuanya yang tidak bahagia namun mencoba untuk selalu terlihat bahagia di depan banyak orang. Ayahnya sudah lama berselingkuh dengan perempuan lain namun ibunya tetap berpura-pura menjadi istri yang baik, sang ibu hanya menyimpan luka hatinya seorang diri. Entah apa yang membuat si cowok dokter bedah plastik ini menjadi begitu takut dengan pernikahan; apakah dia takut tidak akan bisa membahagiakan istrinya kelak sebagaimana ibunya yang selalu disakiti oleh ayahnya, atau murni karena takut menikah saja, yang jelas, setiap kali ibunya menyuruhnya menikah, ada saja alasannya untuk menolak. Di tempat lain, ada seorang cewek yang sangat ingin menikah tetapi kekasihnya selalu menghindar setiap kali si cewek memintanya menikahinya. Menghadapi sang kekasih yang belum ingin segera menikahinya, si cewek merasa frustasi. Maka ini adalah cerita tentang si cowok-yang-takut-menikah dengan si cewek-yang-sangat-ingin-menikah, yang tiba-tiba menjalani sebuah hubungan pura-pura karena sebuah ‘kecelakaan’. 


Jangan kalian bayangkan kecelakaan di sini adalah hamil, bukan sama sekali, hehehe. Hubungan pura-pura mereka terjadi karena keduanya dalam kondisi tak tahu harus berbuat apa mengatasi rasa frustasinya. Sebagai tambahan informasi, kekasih si cewek-yang-sangat-ingin-menikah adalah sahabat karib si cowok-yang-takut-menikah. Sementara sahabat si cewek-yang-sangat-ingin-menikah sudah lama naksir berat ke kekasih si cewek-yang-sangat-ingin-menikah. Belum lagi kehadiran dua tokoh lainnya yang sama pentingnya, yaitu mantan cowok-yang-takut-menikah dan seorang koki yang naksir ke cewek-yang-sangat-ingin-menikah. Koki tersebut bekerja pada kekasih cewek-yang-sangat-ingin-menikah *dududuuu…dunia ala drama memang sempit sekali pacman emotikon *. Maka ini adalah cerita yang berputar di antara enam orang ini saja, pusing kan? LOL. 

Kenapa saya hanya menyebut cowok-yang-takut-menikah, cewek-yang-sangat-ingin-menikah, sahabat karib si cowok-yang-takut-menikah, dan sahabat si cewek-yang-sangat-ingin-menikah dan bukannya langsung menyebut nama tokoh? Karena saya yakin kalian pasti akan bertambah puyeng membaca sinopsisnya kalau enam pelaku yang saya sebut tadi saya ganti menjadi nama peran masing-masing. Kalian pasti puyeng siapa pacar siapa, siapa sahabat siapa, siapa mantan siapa, belum lagi puyeng apakah ini nama cewek atau nama cowok? LOL. Ya, saya sedang mengurangi menulis review dengan terlalu banyak menyebut nama peran di sebuah drama atau film Asia, kecuali nama asli. Nama-nama Asia (khususnya Jepang, Korea, Taiwan, Thailand, China) memang suka bikin puyeng. Akui sajalah, nama-nama mereka susah dilafalkan, susah dibedakan jenis kelaminnya, susah diingat, kecuali kalau kalian atau saya fans berat grin emotikon

Sebenarnya, aku tak tertarik menonton Marriage Not Dating. Aku tak suka dengan cowok pemeran utamanya, Yeon Woo Jin (jangan ditanya ini nama cewek atau cowok, ya. Itu sudah kusebut ‘cowok pemeran utama’ :v). Aku pernah melihat akting Yeon Woo Jin dalam Arang and The Magistrate, dan sukses memutuskan bahwa aku tak menyukainya. No offense ya buat yang suka sama dia, namanya juga selera tongue emotikon Aku juga tak suka dengan pemain lainnya yang rata-rata masih baru dalam bermain drama. Oke, mungkin aku bisa saja salah, pemain baru bukan berarti akting mereka buruk. Tapi kiranya aku ada benarnya juga. Akting mereka di sini lebay semua, wkwwkk *dilempar sandal*. Ceritanya sendiri juga nggak kalah lebay *wow…tampaknya ini review yang blak-blakan ya :D* 

Bayangkanlah ya, masak cuma gara-gara seorang cowok brengsek dan tidak mau menikahinya, trus si cewek nangis-nangis seolah-olah dunia mau kiamat. Masalahnya, kelakuan cowoknya itu amit-amit deh. Udah nggak ada tampan-tampannya sama sekali, dianya mata keranjang pulak, dan si cewek tahu banget gimana cowoknya. Ya ampuuun, kalau aku yang jadi ceweknya, nggak akan bertahan berpacaran sampai lama. Begitu jadian dan tahu dia songong begitu, langsung kudepak dia ke planet Mars, LOL *pengalaman pribadi, aheeuumm pacman emotikon * Aku bilang ceritanya lebay, iya banget! A-B-C-D-E-F, walaupun tokoh utamanya adalah si A dan si B, tetapi keenamnya adalah tokoh yang melengkapi cerita cinta yang berputar di situ-situ saja. Ceritanya asik urusan cinta, cinta, dan cinta. Hidup mereka sungguh membosankan. Sumpah! 

Belum lagi soalan yang janggal-janggal. Misalnya kamu udah punya pacar, tapi ada cowok yang mengejar-ngejarmu. Sudah tahu bahwa ada ancaman dari pihak lain terhadap hubunganmu dengan kekasihmu, harusnya yang dilakukan adalah menghindar si cowok yang mengejar-ngejarmu, kan? Iya, kan? Tapi si cewek pemeran utama ini malah bekerja di restoran si cowok yang mengejar-mengejarnya. Ini namanya mengundang masalah. Belum lagi tokoh cewek lainnya, udah punya suami yang punya restoran, tiba-tiba jadi investor untuk restoran cowok yang barusan kusebut. Kenapa tidak menginvestasikan ke restoran suaminya saja? Sudah jadi investor, kenapa jadi ikut-ikutan bekerja kayak pegawai? Kalau mau bekerja, kenapa bukan di restoran calon suaminya aja? Cerita yang sangat aneh! *penonton yang cerewet* 

Drama ini menampilkan gaya hidup yang kebarat-baratan. Adegan ciuman si cewek tokoh utama di sini agak banyak, dan masalahnya bukan hanya dengan cowok tokoh utama sebagaimana tipikal drama Asia. Ciuman dengan mantan pacar, ciuman dengan orang yang dia suka, juga ciuman dengan orang yang menyukainya. Lama-lama aku melihat, nih cewek kok kayak orang murahan, ya, LOL. Padahal akting Han Goo lumayan bagus. Cute, walaupun aku menangkap kesan dia agak meniru ke-cute-an Yoon Eun Hye saat main Princess Hours

Daaaan, dari semua keanehan, yang paling aneh adalah AKU. Ya, aku, bukan kamu tongue emotikon Udah tahu ceritanya absurd begitu, kenapa coba aku tetap menontonnya? Bhahahaaa… Itu tak lain dan tak bukan adalah karena judulnya Marriage Not Dating. Aku pernah bilang kalau aku menyukai cerita dengan tema-tema pernikahan tiba-tiba atau tanpa pacaran terlebih dahulu (dijodohkan, hamil di luar nikah, menikah tiba-tiba karena sesuatu, dan sejenis itulah). Tapi ternyata, aku tertipuuuu…. Mana juga cerita menikah tanpa pacaran? Yang ada, mereka menikah pas ending. Kalau pas ending, semua drama yang happy ending juga gitu keleus. Huh! Aku merasa ditipu!

Intinya, Marriage Not Dating gak recommended menurut versi aku ya grin emotikon Setidaknya kau sudah tahu bagaimana ceritanya, ya kayak yang aku bilang di atas tadi. 

Supaya nggak terkesan sentiment, mari dengarkan OST-nya yang aku suka sekali ini



OOTD: Orange Marmalade

$
0
0
Meskipun judulnya Orange Marmalade, ini sama sekali bukan membahas drama Korea yang berjudul Orange Marmalade yang mana sekarang lagi tayang di Korea sana.

Ini adalah postingan pertamaku bertema OOTD (Outfits of The Day), biar ikut kekinian gitu lho grin emotikon

Jadi ya, kalau lihat orang-orang yang kekinian, yang mana upload foto OOTD-nya di instagram, maka aku cukup di blog saja. Alasannya just simply karena aku belum punya akun instagram, bhahaha. Etapi, kalau seandainya nanti aku punya instagram, belum tentu juga aku akan sering ber-OOTD ria atau narsis ala-ala di situ. Kondisinya kuyakin gak akan jauh beda sebagaimana di facebook atau twitter, yang mana update-anku adalah berupa link ini itu dan kadang kenyinyiran *wkwkwk* dan bukannya foto-foto narsis. Begitu jugalah di blog, ber-OOTD sesekali saja. Karena aku bukan beauty blogger grin emotikon

Yang pasti, aku senang difoto. Sejak masih imut-imut sampai amit-amit begini, pantang lihat orang pegang kamera, langsung minta dipotret dan gegayaan, walaupun hasilnya mungkin rada ajaib. Begitu ada rombongan foto bareng, pasti gak mau ketinggalan grin emotikon Asiknya jaman sekarang, kalau misalnya hasil fotonya nggak bagus, bisa dihapus dan ulang foto lagi sampai hasilnya maksimal, hahaa… Beda dengan jaman dulu, hasilnya baru akan ketauan kalau film-nya udah dicuci. Udah mahal-mahal beli film, hasilnya belum tentu bagus squint emotikon 

Foto OOTD ala aku adalah foto ala-ala, bukan foto yang memakai kamera bagus semacam DSLR *gak punya kamera bagus*, bukan juga khusus memakai outfits tertentu, apalagi mahal, supaya difoto seperti para beauty blogger. Bukan sama sekali. Aku sadar diri banget kalau aku nggak fotogenic kalau difoto. Jadi ya apa adanya saja grin emotikon

By the way, kalau baca-baca blog beauty blogger atau OOTD-nya seleb medsos, keren-keren ya. Ya fotonya, ya orangnya, ya gayanya, ya outfit-nya tentunya. Tapi, foto aku, like I say, apa adanya, foto ala-ala. Yeah, daripada cuma disimpan di laptop dan nggak dilihat sama orang, mending aku pamer di blog kan ya, hahahaaaa… tongue emotikon

Panjang ya pengantarnya pacman emotikon Ya sudah kalau begitu, OOTD edisi pertama bertema Orange Marmalade.
Top: Polly Collection
Skirt: Unbranded
Hijab: Unbranded
Shoes: Nana

Sebagai seseorang dengan kepribadian sanguin, aku menyukai warna-warna cerah dan kurang suka warna gelap. Dan kebetulan lagi, kalau aku memakai outfits dengan dominan warna gelap (hitam misalnya, dari atasan sampai bawahan), aku akan kelihatan kurang cakep difoto dan kelihatan lebih tua dari umur sebenarnya, yang memang sudah tua ini. Merah, hijau, dan pink adalah warna-warna favoritku, tetapi bukan berarti aku tidak menyukai warna-warna cerah lainnya. Baju-bajuku malah warna-warni banget meski tetap didominasi oleh si merah dan pink

Rok orange ini adalah rok khas Thailand. Roknya unik karena dijahit dengan tempelan beberapa corak kain, sehingga kesannya kayak rok dari kain perca. Yang bikin aku suka sama rok ini karena ini adalah flare skirt tapi dengan bahan kain yang jatuh sehingga ketika dipakai memang tidak nampak mengembang,
Berfoto sama yang motoin. Kompak dengan nuansa Orange
kecuali, kalau aku memegang roknya begini, barulah nampak mengembang.
Brasa seleb yang lagi di Red Carpet :p

Selain bahannya yang jatuh dan dingin, rok ini juga bisa dipakai untuk acara formil maupun hang out. Pokoknya, cocok untuk segala suasana. Yang aku suka lagi adalah, ketika memakai rok ini, aku akan terlihat sedikit lebih tinggi. Ya, aku memang agak pendek :ng Nggak tahu apa ini cuma perasaanku saja ya, tetapi kalau melihat foto-foto dengan rok ini, aku terlihat lebih tinggi dibanding jika aku memakai outfits lain grin emotikon
Terlihat agak tinggi, kan? Hampir sama tingginya dengan pohon natal raksasa di belakangku itu *boong banget*

Sementara atasannya adalah blouse yang aku beli di Thailand juga, warna pastel. Aku juga suka sekali sama blouse ini. Blouse ini transparan, jadi saat memakainya harus pakai baju inner duluan sebelum memakai blouse ini. Kainnya haluuuuus dan lembut, kayak bahan tissue gitu. Yang aku suka adalah bentuk ujung lengannya dan di samping lenngannya kayak ada tempelan lubang kancing gitu. Unik. Menyesal waktu itu aku cuma beli satu, maunya kan bisa beli warna lainnya, karena harganya murah banget. Thailand memang surganya belanja baju jika dibandingkan dengan harga di Aceh :ng

Hijabnya pashmina dong. Lagi-lagi beli di Thailand, hahaa… kapan lagi kan ya grin emotikon 
So, dengan rok orange dan blouse warna pastel ini, aku terlihat feminin kan, ya? Iya kan aja deh, qeqeqee..

Selamat hari Selasa semuanya, dan Sawadee Kha!

Project Berbagi Header Blog

$
0
0



Kalau melihat foto di atas, seperti mau ikut lomba ‘Berbagi Kebahagiaan’ yang udah lewat bulan lalu. Yes, betul sekali, blogpost tentang berbagi header blog ini awalnya mau aku ikutkan ke lomba tersebut, tapi akunya yang maju mundur cantik. Mau ikut nggak jadi, mau ikut lagi nggak jadi lagi. FYI dulu, aku buat project header blog ini bukan untuk ikut lomba sih ya, aku tahu lombanya malah setelah aku mengerjakan setengah dari projectheader blog ini. Kebetulan pas ada lombanya, lalu aku pikir, ikut lomba ‘Berbagi’ aja kali, ya. Lalu aku bikinlah gambar pengantar seperti di atas, hehe. Tapi pikiran negatifku berkata; “halaaaaah, ngapain juga postingan ecek-ecek dan nggak penting begini diikutkan ke lomba inspiratif begitu. Malu-maluin aja!” Gitu pikiran negatifku, haha. Maksudnya, biar untuk postingan regular saja.

Kemudian, seorang teman memintaku untuk ikut aja.

“Lha, header hasil bikinannya memang mau dipamer di blog, tho? Ya udah, ikut ajalah, iseng-iseng aja.”

“Ceritanya nggak menarik, ah. Cuma segitu doang, cuma cerita soal berbagi header blog doang, trus nanti fotonya yang banyak daripada tulisannya, di mana cerita menariknya coba, hahaa” kataku.

“Taroh aja banyak-banyak quote soal berbagi, biar tulisannya nampak banyak, hahaa. Karena memang mau ‘dipamer’ sebagai postingan regular tho, nothing to loseajalah.”

“Iya juga, ya. Okelah kalau begitu, aku siapin beberapa header blog lagi deh biar sekalian dipamer.”

Trus, bikin beberapa header blog lagi. Bikin lagi. 

Terus saja bikin lagi… Tahu-tahu sudah lewat deadline. Akhirnya, nggak jadi ikut lomba, bhahaha… Memang dari awal udah malesin :D

Nah, cukup sekian behind the scene foto di atas :D
    
Well, sejak blog ini berganti ‘baju’ secara keseluruhan, aku mulai belajar mengedit-ngedit foto. Sebelumnya aku  sama sekali buta tentang hal ini. Yang aku tahu cuma bagaimana nge-crop dan resize doang, LOL. Dulu mengedit foto saja aku gagap. Andalanku dulu cuma Power Point, hahaa… Sebrnarnya, mengedit foto itu gampang, asal mau belajar.  Apalagi jaman sekarang, asal mau menyediakan waktu untuk sedikit belajar, mengedit foto jadi gampang sekali karena  sudah tersedia banyak sekali aplikasi atau online editor di internet. Aku pakai yang gampang-gampang saja, online editor :D soalnya laptopku yang sekarang adalah pinjaman yang mana ternyata tidak ada program Photoshopnya.  Sejauh ini pickmonkey adalah andalanku. Icon-nya banyak soalnya. Lebih gampang lagi karena di freepik tersedia icon yang leeebih banyak lagi *jingkrak-jingkrak* 

Hasilnya? Lumayanlah untuk mengisi  postingan di blog sendiri, atau coba-coba membuat headeruntuk dua blog-ku yang lain. Ya, aku punya lebih dari satu blog; ada blog buku, blog keluarga, dan blog berbahasa Inggris. Blog-blog yang aku sebutkan itu, headernya aku buat sendiri lho dari hasil belajar otodidak di bulan kemarin, kecuali blog ini, yang mana headernya dibuatkan oleh temanku.    

Memang hasilnya masih kurang rapi sih, tapi lumayanlah untuk pemula, dan itu sudah cukup membuat aku bahagia. Awalnya, ini hanya untuk diriku sendiri saja. Tapi pas teman-teman di medsos pada suka, jadi pada ada request deh :D Sempat nggak pede, tapi Bismillah, aku coba aja. Ini beberapa hasilnya.

Blog bukuku. 
Seleraku masih sama, ingin penampilan blog yang minimalis tapi elegan. Sudah mewakili belum ya? :D


Blog Aini Aziz.
Konsep headernya; minimalis dengan penampakan pena. Editnya cuma sebentar, buatnya juga nggak pakai mikir lama.




Ini header (calon) blog anak kicik anaknya mama Liza Fathia. Kubuat iseng-iseng saja biar mau jadi calon mantu, LOL. mau dipakai silakan, nggak juga gak apa-apa. (Calon) yang punya blog masih bayi soalnya :D 



Nurul Fauziah
Awalnya Nurul minta dibikinkan header blog yang mirip kayak header di atas. Maksudnya ada fotonya juga. Pas udah jadi, eh ternyata, karena gak dapat restu dari yayangnya untuk pajang foto, header pertama dibatalkan. Bikin  header kedua, yang  ini :D Ini juga gampang dan nggak pakai mikir lama memadumadankan icon.



Blog anaknya mamak Harie Khairiah, namanya Vincka.
Wuiiih…kecil-kecil udah punya blog. Konsepnya: pink dengan menampilkan foto Vincka yang sedang menggambar. Karena Vincka hobi menggambar, maka jadilah header blog yang seperti ini. Emaknya langsung suka, jadi norevisi. 



Amalia Masturah
Pengen header blog yang ada fotonya. Wah, ternyata banyak yang suka narsis di homepage blog masing-masing ya :D * Jadilah begini:



Syarifah Aini.
Aini minta dibikinkan header blog dengan latar warna merah apel.  Penggemar merah seperti halnya diriku. Trus, di headernya ada foto seluruh keluarga, wuiiiih, seruuuu…  langsung jadi begini.  Norevisi sama sekali, Aini langsung suka. Aku juga sukaaaa :D



Fida
Fida suka dengan header blog Aini, jadi dia minta dibikinkan kayak gitu  juga. Tapi nggak mungkin tho yaaa kalau harus sama persis :D maka aku ‘bersemedi’ dulu, mencari ide membuat header blog untuk Fida, yang sama cakepnya tapi penampakannya berbeda dari yang sudah ada. Maka jadilah yang ini. 

Fida langsung sukaaaa… Katanya, warna-warna pastel adalah warna favoritnya tahun ini. Dia ingin header blog itu dijadikan kartu nama. FYI, Fida punya usaha penjualan mukena. Jadi tinggal ganti tulisan aja, jreeeeng…



Mbak Nunung. 
Dengan tagline ‘Travelling with Kids’ sudah cukup menggambarkan seperti apa blog mbak nunung ini. Awalnya aku bikin suasana nature travelling, tapi ternyata mbak Nunung kurang suka. Rombak total, lalu jadi seperti ini. Mbak Nunung suka dengan yang ini, aku juga :D Headernya lucuuuuu… 



Haya Nufus
Haya Nufus pengen punya header kayak mbak Katerina (travelerien.com) tapi  malah jadi nggak pede menampilkan foto yang kayak gitu. Akhirnya foto sebuah desa di Madagaskar aja. Cakep juga. Ini cuma nambahin tulisan di gambar yang sudah ada kok, dan sedikit icon, gampang banget :D




Dwi Aprilytanti Handayani
Konsepnya gimana aja terserah, yang penting jangan bunga-bunga. Eh kemudian, katanya bolehlah kalau ada sedikit nuansa alamnya. Jadilah seperti ini.



Leyla Hana.
Mbak Leyla minta dibuatkan header untuk dua blognya; blog buku dan blog utama. Keduanya mesti ada nuansa pink, maklum, penggemar pink :D
Jadi inilah penampakan blog bukunya 

Untuk header blog utamanya, konsepnya simpel dengan cuma nama dan profesinya, maklum untuk personal branding, karena doi kan penulis yang sudah terkenal. Harus ada nuansa pink juga. Tambahin bunga dikit, langsung jadi begini. By the way, paling enak bikin header dengan nuansa yang girly abis. Idenya banyak soalnya :D



Citra Rahman
Citra si traveler cilet-cilet (traveler pura-pura) minta dibikinkan header blog juga, tapi nggak ngasih tau brief-nya gimana. Yang aku tahu dia seorang traveler dan suka camping. Jadilah begini, orangnya langsung suka. 



Dyah Prameswari.
Ini blog khusus kuliner. Awalnya bikin kayak gini. 

Tapi ternyata mbak Dydie kurang suka sama font dan warna font-nya. Maka ganti font, juga warnanya. Jreeeeng… 



HM Zwan
In my opinion, blog mbak Hanna adalah blog paling simpel dari deretan blog emak-emak yang pernah kudatangi. Dengan template masih bawaan dari blogger, headernya juga tidak mengalami modifikasi sama sekali. Jadi aku menawarkan diri membuat header blog untuk beliau. Headernya simpel saja, sebagaimana blognya. Simpel tetapi elegan.



Shabrina WS
Konsepnya pagi. Entah header ini mewakili pagi atau tidak karena memang ini kesannya tidak terlalu pagi kali sih, mungkin sekitar jam 9-10 gitu, di mana matahari udah mulai naik, LOL. Kupikir mbak Shab minta revisi jadi pagi kali atau abis subuh,  tapi ternyata mbak Shab langsung suka. Cuma revisi font doang :D



Atria
Selain mbak Leyla Hana yang minta dibikinkan dua header blog, Atria juga minta dua header blog, blog curhatnya  dan blog buku. Sejatinya, Atria ini adalah bookaholic dan blog buku adalah blog utamanya.  Dapat ide untuk header blog buku memang agak lama ini. Begitu jadi, orangnya langsung suka, jadi no revisi, cuma dia pinginnya dua-duanya ditambahin alamat blognya. Tinggal tambahin, gampang.




Yudi Randa
Permintaannya adalah header untuk blog keduanya. Terserah, asal tulisannya biru. Duh, paling gak bisa kalau dibilang terserah, apalagi punya cowok, sama sekali nggak ada gambaran. Judulnya kayak di bawah ini. Pertama aku bikin dengan nuansa yang anak-anaknya, rupanya kurang cocok katanya. Revisi jadi begini; simple blue.



Elfira Syuhada
Pingin yang ada istananya. Jadi kayak gini.



Saptorini
Konsepnya; buku dan kopi dengan seorang cewek lagi baca buku di taman. Dengan konsep seperti itu, aku agak lama dapat ide untuk blog mbak Rien ini. Bukan apa-apa, aku bingung gimana cara menyatukan cewek yang lagi baca buku di taman trus ada kopinya. Pokoknya nggak nemu aja. Lalu kuinbox mbak Rien, kutanyakan, gimana kalau tempatnya diganti di rumah atau semacam kafe saja? Doi setuju, langsung deh eksekusi meski agak lama juga eksekusinya. Maklum kadang suka lemot, haha. Begitu jadi, mbak Rien langsung sukaaaa…. Dan akupun juga sukaaaa banget! Jadi pingin punya jugaaa header kayak begini. Cakep yaaa :D



Fitri Gita Cinta
Sebagai sahabat lama, aku ingin memberikan hasil terbaik untuk Fitri :p Tempat curhat yang girly abis, begitu yang dia inginkan untuk header blognya. Header bikinan pertama, sukses membuat Fitri nggak suka karena ternyata dia nggak suka warna hijau. Aku baru tahu, huhuu. Aku berjanji akan membuat header blog yang lebih cantik lagi. Setelah ‘bersemedi’, jadilah header yang benar-benar girly abis dan mencerminkan Fitri banget; penyuka buku dan penyuka high heel.




Ratna Farida
Konsepnya buku dan movie. Maklum, doi seorang bookaholic dan moviefreak, hehe. Request-nya, background header mestilah dengan warna merah karena mbak Ida penggemar warna merah. Toss mbak, sebagai sesama penggemar merah, hehe. Paduan merah dan hijaunya cakep, yak.




Vincensia Naibaho
Gimana aja, terserah, gitu kata Eda Vincent. Nah aku bingung kalau dibilang terserah. Kulihat2 blognya, memang masih bawaan dari blogger, belum diapa-apain. Kubuatlah header seperti ini. Awalnya aku ragu jangan2 beliau nggak suka, soalnya ini penampakannya girly banget gitu. Tapi ternyata beliau suka :D 




Well, itu dulu beberapa, ya. Request untuk header-header di atas  dilakukan melalui facebook, tapi sekarang sudah close dulu karena nggak sempat lagi bikinnya :D Masih ada sekitar 5 ‘klien’ lagi yang permintaan headernya belum sempat kukerjakan. 
 
Semua header itu kukasih gratis. Itung-itung untuk belajar. Palingan dibayar dengan membuat tulisan ‘sekilas pandang’  tentang header baru di blog masing-masing, dengan backlink ke blog aku tentunya. Lumayan kan dapat backlink gratis, wkwkwk. Tapi kalau tak ada postingan sejenis itu, juga tak mengapa. Yang penting mereka suka :D 

Kalau melihat penampakan header di atas, kelihatannya gampang banget bikinnya ya. Tapi… ternyata tidak mudah lho. 

Setelah menerima konsepnya apa, aku mikir dulu sebelum eksekusi, atau kadang mikir sambil mengeksekusi. Bongkar pasang icon, juga mikir bagaimana mencocokkan font. Perkara cocok mencocokkan font ini, meski kelihatannya sepele, ternyata tidak mudah sodara-sodara :D  Fontnama blog harus sesuai dengan tagline blog juga background juga icon, warnanya apa, ukurannya, dan sebagainya. Aku brasa jadi seorang desainer grafis, wkwkwk. Tapi aku dengan senang hati mengerjakan semuanya. Inilah ajang buatku untuk belajar. Jika aku hanya membuat untukku sendiri, tidak karena permintaan teman-teman yang maunya begini atau begono, aku mungkin akan berhenti di tiga atau empat gambar saja, lalu cukup. Jadi, terima kasih ya teman-teman :D

Membuat gambar-gambar di atas, persis seperti tugas membuat cerpen. Dikasih ide tertentu, lalu kerjakan. Sebelum mengerjakan, mikir dulu sekian waktu, bagaimana mengeksekusi ide tersebut agar cerpennya jadi bagus. Setelah cerpennya, dikasih masukan, lalu revisi supaya hasilnya bagus. Terus dan terus dengan latihan-latihan seperti ini, Insya Allah menulisnya akan bagus *sokPenulis* hahaa… 

Apa aku pernah kehilangan ide? Sering! Kalau sudah begini, aku ‘jalan-jalan’ dulu ke toko etsy dot com, lihat-lihat header blog yang dijual di sana dan mulai deh menerapkan sistem ATM; Amati, Tiru, dan Modifikasi, bhahahaaaa...

Enjoooooy :D

P.S:
Btw, beberapa foto header di sini agak beda penampakannya dengan aslinya, terutama yang background-nya putih. Aslinya pakai background transparant,  tapi nggak tau kenapa penampakannya di post ini jadi abu-abu, jadinya sedikit mengurangi keindahan -_-

Angelina dan Tindak Kekerasan Pada Anak

$
0
0


Kisah pilu yang dialami Angelina, bocah manis korban Child Abuse, membetot pikiranku kali ini. Hal yang juga pernah terjadi di tahun 2011 lalu, saat di tengah malam ketika hendak memejamkan mata, tiba-tiba aku teringat dia.

Tetapi yang kuingat kali ini, bukan hanya seorang, melainkan dua. Dia dan dia. Seluruh tubuhku seperti dililit tali masa lalu dan membuat aku tidak bias bernapas.

Aku ikuti perkembangan kasus Angelina seharian itu sampai kemarin lewat internet, bak mengikuti sebuah acara live show. Dari mulai berita ditemukannya mayatnya, divisum, ketika ditangkap keluarga angkatnya, pokoknya semua, yang mampu aku ikuti.

Saat itu, alam bawah sadarku belum memberi sinyal apapun. Dia dan dia belum muncul di ingatanku. Sampai saat kemudian aku membaca dua postingan blog yang ditulis oleh seorang blogger. Seorang blogger yang menyebut dirinya sebagai child abuse survivor karena pernah mengalami kekerasan oleh ibu kandungnya.  Silakan baca kisah hidupnya di SINI dan lanjutannya di SINI.

Baru membaca tulisan part 1 saja, airmataku langsung tumpah. Dia muncul kembali di ingatanku, setelah aku mencoba melupakan peristiwa itu lebih dari 25 tahun lalu. Membaca rangkaian kisah hidupnya, membuat aku tergugu dan tersedu-sedu, untuk kisah hidupnya yang memilukan dan untuk masa kecilku yang menyakitkan.  

Dia yang kedua muncul ketika tak lama kemudian status seorang teman diberi judul child abuse muncul di beranda. Aku pikir beliau sedang menulis sebuah opini tentang child abuse––seperti yang beliau lakukan saat menanggapi sebuah isu, ternyata beliau menuliskan kisah hidupnya saat mengalami kekerasan masa kecil yang dilakukan oleh ibu kandungnya, bahkan SAMPAI SEKARANG.

Ini ceritanya.

Saya sejak SMP mengalami kekerasan berupa kekerasan verbal yang melukai emosional saya. Tapi sampai saya dewasa dan punya anak, ternyata saya ga bisa lepas dari kekerasan dari ibu saya.Ketika saya kabur demi melindungi anak-anak sayapun, posisi saya secara kultur disalahkan... karena saya jadi ‘durhaka’ karena mengabaikan ortu yang sudah tua.Padahal sebelum ibu saya tua, beliau sudah segalak itu, makin tua makin menjadi-jadi.Ketika ada anak-anak, saya tidak mampu menghadang kekerasan ibu saya yang mulai mengarah ke anak saya karena berupa verbal yang kalo ibu saya teriak udah pasti anak saya dengar. Belum lagi karena saya single parent, saya diharuskan kerja pula. Di saat saya kerja sudah pasti saya tidak bisa berbuat apapun untuk mencegah ibu saya melakukan kekerasan verbal.Saya tidak tau sebelumnya pernah separah apa, tapi suatu hari ibu saya pernah membentak putra saya karena menjatuhkan semangkok nasi. Nasi yang dimasak dari beras yang saya beli. Mangkok yang terjatuhpun saya yang beli dan mangkok itupun tidak pecah. Dan tentu saja anak saya tidak sengaja menjatuhkannya. Dia menjatuhkannya didalam rumah yang saya tanggung sewanya, bayaran listriknya dan pengeluaran gasnya.Tapi ibu saya meneriakinya dan tidak berhenti ketika saya memintanya untuk berhenti. "Sudah... sudah..." kata saya dengan pelan berkali-kali. Tapi suara ibu saya makin meninggi sehingga saya makin panik. Akhirnya kami adu suara. Ibu saya makin marah karena saya ‘berani melawan ibu yang melahirkan’.Saat itu kemarahan yang saya pendam meletup dan saya menampar ibu saya agar diam. Malah ibu saya makin menghebat dan menyerang saya. Memukuli kepala saya. Menarik dan merobek jilbab saya lalu menginjak2nya tentu dengan makian "anak durhaka! Percuma berjilbab tapi kamu ga menghormati ibumu!"Haloooo. You abusing my kids!!! And i may not defend them???Di depan anak saya, saya menutup kepala saya dengan kedua tangan dan ibu saya membabi buta memukuli saya. Sakit! Sakit ya sodara-sodara. Sehingga saya kemudian menangkis. Ibu saya makin kalap sehingga saya mendorongnya keluar pintu dapur untuk menutup pintu. Saya udah lupa waktu itu akhirnya gimana. Yang saya ingat jelas saya lalu lari ke rumah teman saya. Menangis ga bisa berhenti dengan kepala dan hati yang sakit. Dan anak saya masih di rumah!Dan coba tebak, buat orang yang datang nonton ‘sinetron live show’ gratisan kami itu.... siapa yang salah??? SAYA!Ketika anak saya masuk RS karena keracunan hingga saya nekad kawin lari lalu kabur membawa anak saya, yang salah siapa? SAYA lagi.Dasarnya cuma satu. Dia ibu yang telah melahirkan saya. Ga boleh dibantah. Dan saya ga boleh bilang "Yang minta dilahirkan itu siapa?" Karena bisa dijawab itu salah saya lagi, "kenapa kamu digugurin ga gugur sih!"

Oh, dadaku serasa dipukul-pukul ketika membaca kisah kedua.  Aku dihujam rasa sakit karena dia dan dihantui perasaan bersalah karena dia.  Tetapi aku belum setegar mereka ketika menuliskan seluruh kisah masa kecil mereka. Aku yakin mereka tentu telah melewati masa-masa sulit hingga sekarang mereka terlihat setegar karang. Entahlah, aku merasa belum siap dan takut ketika selesai menuliskannya, dunia akan tahu aib masa kecil dan masa remajaku. Mengingat masa-masa itu, sungguh terasa menyakitkan buatku. Perasaan sakit dan rasa bersalah berputar-putar di otakku. Aku ingin membukanya, mungkin suatu saat, tapi entah kapan, mungkin pun tidak akan pernah.

Dunia ini adalah hamparan surga, tetapi terkadang menjadi neraka untuk anak-anak. Kekerasan demi kekerasan adalah ‘santapan’ mataku nyaris setiap hari. Kita mungkin tidak manyadari bahwa kekerasan anak lebih banyak dan sering dilakukan oleh orang-orang terdekat; orangtua, kerabat, baby sitter, pokoknya yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari.

Yang bisa aku jadikan pelajaran dari kisah dua perempuan di atas dan masa kecilku yang sangat keras adalah bahwa aku tidak boleh begitu, apalagi ketika kini aku memiliki seorang putra. Aku harus lebih baik untuk anakku, aku juga tidak boleh seperti dia, dan anakku jangan sampai bertemu dengan seseorang seperti dia. Aku harus menjaga putraku. Biarlah dia menikmati dunianya dengan kegembiraan. Aku mungkin bukan ibu yang sempurna, tetapi aku ingin menjadi ibu yang terbaik untuk anakku. Keluarga dan orang-orang terdekat harus menjadi orang paling nyaman buat anak-anak.  

Peluk putra dan putrimu, moms
***
Ah, bahkan tulisanku kacau dan tak beraturan begini. 

Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba untuk Indonesia Lebih Baik

$
0
0


Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba
Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba


Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkoba (termasuk di dalamnya penyalahgunaan ganja/marijuana) merupakan permasalahan serius. Permasalahan ini tidak hanya menjadi permasalahan Indonesia dan beberapa negara saja, penyalahgunaan narkoba sudah permasalahan dunia. Sudah banyak kasus dari penyalahgunaan narkoba yang menyebabkan beberapa masalah hingga kerugian, baik materi maupun non-materi, mulai dari penelantaran, kejahatan berupa pencurian maupun pembunuhan sampai pada tingkat membahayakan tubuh sendiri akibat kecanduan obat-obatan.

Penyalahgunaan narkoba sudah tentu berdampak tidak baik bagi individu bersangkutan. Secara umum, dampaknya dikategorikan menjadi tiga1; (1) dampak fisik, salah satunya adalah gejala putus obat, (2) dampak psikis mental emosional, yang mana zat adiktif akan mengubah mood seseorang menjadi mood ekstrim yang bisa berujung pada perilaku kekerasan2 dan penyalahgunaan narkoba telah terbukti memiliki hubungan terhadap gejala awal psychosis seperti obsesif kompulsif, perilaku katatonik (agitasi, agresif), delusi, halusinasi, dan perilaku kekerasan3, dan (3) dampak sosial.

Menurut data dari Badan Nasional Narkotika (BNN) Indonesia4, prevalensi penyalahgunaan narkoba mencapai 2,2 % atau 4,2 juta orang pada tahun 2011. Mereka terdiri dari pengguna coba pakai, teratur pakai, dan pecandu. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Dan tahun ini, angkanya diperkirakan meningkat lagi menjadi 2,8 % atau setara dengan 5 juta orang.  Ini adalah angka-angka yang memprihatinkan, lebih-lebih karena setiap tahun jumlahnya terus meningkat.
Indonesia, tahun ini menjadi tahun darurat narkoba!
Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba
Indonesia Darurat Narkoba. Gambar: bnnkaro.wordpress.com
Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba
Ya, Indonesia memang pangsa pasar yang empuk bagi pengedar narkoba, terutama bagi pengedar dari luar negeri yang di negaranya sendiri memiliki hukum dan aturan yang ketat bagi pengedar narkoba. Maka disasarlah Indonesia. Tentu kita masih ingat bagaimana kasus Duo-Bali, pengedar narkoba dari Australia di Indonesia. Selain karena hukum di negara kita yang masih lemah, jumlah penduduk Indonesia yang besar (peringkat empat di dunia) merupakan target utama para pengedar narkoba. Jumlah penduduk yang besar sering seiring sejalan dengan masalah yang besar, salah satunya adalah kemiskinan. Salah satu iming-iming untuk memperkaya diri dengan jalan pintas adalah terbujuk rayuan untuk menjadi penjual narkoba. 
Ketika akhirnya pengedar narkoba dari Australia di atas, diputuskan hukuman mati oleh presiden Jokowi, saya termasuk yang sangat mendukung hukuman mati tersebut. Hukuman mati mungkin terlalu kejam untuk diterapkan di era kini, tetapi buat saya, ada dua kasus yang mendapat pengecualian, yaitu pelaku pemerkosaan perempuan atau anak-anak yang mengakibatkan hilangnya nyawa (termasuk di dalamnya pembunuhan) dan pengedar narkoba. Pengedar narkoba mungkin tidak melakukan pembunuhan secara langsung, tetapi pekerjaannya telah membuat banyak nyawa yang melayang.
Remaja dan kaum muda sering menjadi target utama para bandar narkoba dan kroni-kroninya. Sedikit saja mereka menemukan celah pada remaja, mereka langsung akan melakukan pendekatan dan bujuk rayu. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), seperti yang diliput oleh media harianterbit.com5dan sindonews.com6, bahwa dari keseluruhan kasus narkoba, 22 persen pengguna narkoba adalah pelajar, menduduki urutan kedua setelah kalangan pekerja. Mungkin angka 22 persen ini bukan angka yang fantastis dibanding sisanya. Namun, masih menurut hasil penelitian BNN seperti dilaporkan oleh sindonews.com6, ternyata mereka yang dikategorikan sebagai pengguna dari kalangan pekerja adalah mereka yang merupakan pemakai lanjutan, artinya sejak menjadi pelajar mereka sudah menggunakan narkoba.
Usia remaja memang usia yang rentan untuk tersentuh narkoba. Ini adalah masa-masa di mana mereka sedang dalam masa pencarian jati diri, yang mirisnya sering kali bablas pada gaya ikut-ikutan. Lemahnya kontrol sekolah dan kurangnya perhatian keluarga disinyalir menjadi faktor utama seorang remaja bias tersentuh narkoba.
Kita tentu mengapresiasi apa yang telah dilakukan Presiden Jokowi terhadap pengedar narkoba, tetapi adanya program pemulihan dan rehabilitasi juga tak kalah penting. Sebagaimana pernyataan Menteri Kesehatan;
“Kementerian Kesehatan menyadari bahwa penyalahgunaan narkoba tidak bisa dengan penangkapan bandar-bandar saja, tetapi juga melalui terapi kepada pengguna.”
Bahwa mengingat dampak buruk dari penyalahgunaan narkoba, bahwa melihat angka-angka yang terus meningakt setiap tahunnya, bahwa menyadari akan pentingnya perhatian yang besar terhadap generasi muda saat ini sebagai pemegang tonggak Indonesia di masa yang akan datang, maka penting dicanangkan program wajib yang berfokus pada pemulihan dan rehabilitasi.
Yang menggembirakan, tahun ini pemerintah bersama dengan BNN, TNI/Polri, pegiat anti-narkotika, dan berbagai lembaga lainnya, mendeklarasikan Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba. Deklarasi ini dilakukan di  Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta, pada Sabtu, 31 Januari 2015. Sebuah program baik untuk program awal tahun 2015. Sebuah rencana awal yang baik untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Pentingnya Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba Melalui Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna NarkobaIndonesia 2015
Sejatinya, rehabilitasi termasuk ke dalam program pengobatan (treatment) pada pasien dengan penyalahguna narkoba.  Menurut WHO7, pengobatan pada penyalahguna narkoba adalah: the processthat begins when psychoactive substance abusers comeinto contact with a health provider or any other communityservice, and may continue through a successionof specific interventions until the highest attainable levelof health and well-being is reached”. Ini berarti bahwa rehabilitasi adalah bagian dari proses pengobatan. 
Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba
Drug Treatment and Care Process. Disarikan dari buku Drug Abuse Treatment and Rehabilitation: A Practical Planning and Implementation Guide. (2003). United Nations Office On Drugs And Crime, Vienna. (Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba). Designed by Fardelyn Hacky
Sebenarnya, poin penting dari gerakan rehabilitasi penyalahguna narkoba adalah untuk mencegah terjadinya relapse atau kekambuhan atau menggunakan kembali narkoba setelah masa tertentu mereka sembuh. Mereka yang pernah memakai narkoba, jika tidak mendapat penanganan yang baik selama menjalani pengobatan atau dukungan yang besar dari orang-orang terdekat, mereka mungkin saja akan kembali menjadi pemakai narkoba begitu selesai pengobatan. Jadi di sinilah peran program rehabilitasi terhadap penyalahguna narkoba.

Di Indonesia, program rehabilitasi terhadap penyalahguna narkoba telah diatur dalam Undang-Undang No. 46 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu, Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan Narkotika. Program ini dilaksanakan di berbagai lembaga rehabilitasi. BNN sendiri juga punya pusat rehabilitasi yaitu Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disebut Balai Besar Rehabilitasi BNN, yang terdiri dari: Rumah Detoks (2 minggu), Entry Unit (2 minggu), Green House, House of Hope dan House of Change(4 bulan), dan Rumah Re-entry (1 bulan). Jadi, total program normal adalah 6 bulan8. Ini adalah program yang bagus sekali, sehingga penyalahguna narkoba tidak perlu sampai bertahun-tahun untuk tinggal di balai rehabilitasi. Selepas mereka sembuh, mereka bisa kembali ke masyarakat untuk melanjutkan perannya masing-masing sebagai anggota masyarakat. 

Saya tidak tahu, apakah Balai Besar Rehabilitasi BNN sudah ada di tiap-tiap provinsi meskipun kita tahu bahwa di Aceh sudah ada lembaga Badan Narkotika Nasional. Sebagai perawat jiwa, program rehabilitasi yang saya tahu dan saya pernah juga berkunjung ke tempat tersebut adalah pusat rehabilitasi narkoba Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh. Meskipun namanya pusat rehabilitasi narkoba Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh, bukan berarti bahwa semua orang yang ada di tempat tersebut adalah mereka yang sakit jiwa atau pernah sakit jiwa, meskipun pada kenyataannya, persentase mereka yang menjalani rehabilitasi di tempat tersebut adalah mereka dengan riwayat sakit jiwa karena penyalahguna narkoba. 

Maka dengan dideklarasikannya program Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba, diharapkan program ini bisa bersinergi dengan program-program rehabilitasi yang telah dijalani selama ini. Mengingat prevalensi pengguna narkoba yang kian tahun kian meningkat, sementara program rehabilitasi yang dijalani  selama ini belum mencakup banyak pihak karena berbagai keterbatasan, maka jumlah ini adalah jumlah dengan sasaran penyalahguna narkoba yang lebih besar. Dan ini untuk pertama kalinya dilaksanakan di Indonesia. Menurut Kepala BNN Komisaris Jenderal Anang Iskandar, program ini mencakup rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pasca rehablitasi. Beliau menambahkan bahwa rehabilitasi ini akan dilakukan melalui dua sistem yaitu melalui rawat inap dan rawat jalan. Polanya sendiri adalah dengan pendekatan pola counseling agar mereka berhenti sama sekali dari menggunakan narkoba saat kembali ke masyarakat dan kembali menjadi manusia yang produktif.

Sekali lagi salut untuk Bapak Preisedn RI, yang tidak hanya melaksanakan program hukuman mati untuk pengedar narkoba, beliau juga memikirkan bagaimana nasib korban penyalahguna narkoba. 

Penjara atau Rehabilitasi?
Selama ini, kita sering mendengar, bahkan saya melihat sendiri bahwa mereka yang tersangkut dengan kasus narkoba sering berakhir dengan dipenjara. Saya setuju hukuman penjara hanya untuk kasus pengedar. Bahkan untuk bandarnya, jika tidak mendapat vonis hukuman mati, mereka layak mendapat hukuman seumur hidup. Mereka telah meraup keuntungan besar dengan menyebabkan kerugian dari pihak lain, bahkan tak jarang kematian. Ibarat kata pepatah, bandar narkoba adalah mereka yang menari-nari di atas penderitaan orang lain.

Tetapi sebagai pemakai dan sama sekali bukan pengedar, maka penjara bukan solusi yang baik. Di penjara mereka tidak akan mendapatkan kesembuhan. Dari berbagai berita yang kita baca, penjara bahkan menjadi tempat transaksi paling aman untuk menjalankan bisnis narkoba. Coba bayangkan saja, jika semua dikumpulkan dalam satu penjara, dari pengedar sampai pemakai, maka itu seperti memperpendek dan mempermudah jalannya bisnis haram ini. Beredarnya narkoba akan berputar di situ-situ saja. 

Maka rehabilitisi menjadi lebih penting dari penjara. Penjara lebih kepada memberikan efek jera di mana belum tentu banyak yang jera, tetapi rehabilitasi bertujuan untuk memanusiakan manusia.
Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba

Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba

Peran Masyarakat dan Pemuda Dalam Gerakan Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba
Sebagai masyarakat, apa yang bisa kita lakukan untuk menyukseskan Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba tersebut? Saya sedikit merangkumnya seperti berikut:

1.        Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkobaadalah program wajib yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Karena namanya wajib, maka program ini gratis tis tis alias TIDAK DIPUNGUT BIAYA APAPUN. Namun tidak semua masyarakat tahu akan gerakan ini. Dari mereka yang tahu, mungkin tidak semua tahu bahwa program ini gratis. Maka bagi kita yang sudah tahu tentang program ini, marilah kita beramai-ramai mengenalkan program ini secara masif. Salah satunya adalah dengan menuliskannya di blog, karena blog saat ini terbukti efektif dan cepat dalam penyebaran informasi. Didukung oleh berbagai lini media sosial, mudah-mudahan akan tercapai efek viral dari penyebaran informasi tersebut. Berbagai berita negatif telah menjadi viral di semua lini media dan media sosial, sehingga terkadang program-program positif seolah tiada gaunngya. Jadi, mari kita gaungkan bersama *pukul Gong*

2.        Jika di masyarakat kita menemukan ada tetangga kita, saudara atau kerabat kita, jangan sungkan-sungkan untuk melakukan pendekatan dan bukannya malah mengucilkan. Sikap mengucilkan akan membuat keluarga merasa malu dan merasa tidak diterima. Ujung-ujungnya, mereka tidak mau membawa anggota keluarganya menjalani rehabilitasi. Pendekatan dilakukan bertujuan untuk memberikan pemahaman bahwa si anggota keluarga harus dibawa ke rumah sakit untuk menjalani terapi dan rehabilitasi, jika keluarga tidak mengetahui hal ini. Kebanyakan kita lihat, sering keluarga tidak peduli apalagi jika harus berhubungan dengan rumah sakit. Seperti di Banda Aceh misalnya, ketika kita menyarankan berobat pada sebuah keluarga dengan penyalahguna narkoba, yang mana itu tempatnya adalah di pusat rehabilitasi Rumah sakit Jiwa Banda Aceh, belum apa-apa mereka sudah menolak duluan, karena image rumah sakit jiwa yang hanya untuk mereka yang dianggap ‘gila’. Padahal tidak begitu adanya. Tidak semua pasien di pusat rehabilitasi narkoba rumah sakit jiwa tersebut adalah pasien jiwa. Bahkan gedungnya sendiri terpisah dari kompleks rumah sakit jiwa, meski jaraknya memang lumayan dekat. Hal-hal yang beginilah yang mesti kita beri pengertian bersama.

3.        Ikut aktif dalam berbagai kampanye anti narkoba. Setiap kita bisa untuk aktif dalam kampanye anti narkoba tanpa harus menjadi bagian dari lembaga narkoba tertentu.
Having a stronng network is very important for people who are in recovery. It can be made up of family, friends, counselor, doctors, and anyone else who is interested in having a part in helping you preseserves your sobriety.

Barangkali ini slogan klise. Sama klisenya seperti slogan Menabung untuk Masa Depan, hehee. Tetapi jika ditilik lebih dalam, yang klise-klise inilah yang sebenarnya memberikan encouragement positif untuk manusia.

Bagi yang sudah terlanjur menjadi penyalahguna narkoba, semoga dengan adanya programRehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba, membuat mereka bisa kembali menjadi manusia seutuhnya pasca rehabilitasi yang dilanjutkan dengan pemberdayaan oleh pihak-pihak terkait. 

Tetapi bagi yang belum, satu pesan saya; jangan coba-coba! Sekali kau mencoba, kau mungkin akan menyesalinya kelak. Saya punya kerabat yang di masa mudanya dulu pernah menjadi pencandu narkoba. Kuliah terpaksa berhenti di semester dua karena harus menilep uang dari orangtua yang seharusnya digunakan untuk membayar SPP. Ketika kini saudara-saudaranya sudah sukses menjadi orang, hanya dia satu-satunya dalam keluarga yang menjadi orang tersisih, padahal tidak ada yang menyisikannya.  Padahal dia sekarang sudah bertobat dan berhenti menggunakan narkoba sama sekali. Dulu, orangtuanya sangat berharap dia bisa menjadi ahli hukum ketika dulu dia masuk ke Fakultas Hukum Unsyiah. Tetapi sekarang dia terpaksa menjadi petani serabutan. Bukan berarti menjadi petani adalah pekerjaan tidak bagus, tetapi lebih banyak penyesalan di dirinya sekarang. Dia meyesal kenapa dia dulu harus sampai terjerat narkoba. Jika saja tidak, mungkin dia tidak perlu merasa iri dan tersisih melihat keberhasilan saudara-saudaranya. Umurnya baru 33 tahun dan dia merasa dia sangat tua. Begitulah narkoba telah menghancurkan masa depan banyak orang. Karena:
Life doesn't warrant any excuse for drug abuse. The more you use, the less you live.
Meskipun program Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba telah dideklarasikan, namun tidak ada salahnya jika kita juga mengkampanyekan program Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati. Bagaimanapun program Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba tersebut menggunakan dana APBN dalam pelaksanaannya. Mulai dari penyediaan obat-obatan, fasilitas rumah sakit dan pusat rehabilitasi sampai pada tenaga ahli seperti tenaga counselingatau dokter. Ini tentu menghabiskan dana yang tidak sedikit. Maka penggalakan program Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati juga tidak kalah penting. Selain untuk menurunkan prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia, ini juga untuk menekan pengeluaran APBN secara maksimal. 

Pada akhirnya, mari kita sukseskan program-program ini bersama-sama. Kalau bukan kita, siapa lagi?
Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba
Family is the best support ever.  Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba. 
Salam sehat jiwa raga Indonesia. Mari sambut Indonesia bebas narkoba. Merdeka!
***
Bagi masyarakat Aceh yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang rehabilitasi, bisa langsung mendatangi kantor BNN Provinsi Aceh.



Referensi:
1.    Dampak Akibat Buruk Narkoba bagi Kesehatan. Retrieved from: http://www.newsfarras.com/2014/09/dampak-akibat-buruk-narkoba-bagi.html

2.    Dampak Langsung Dan Tidak Langsung Penyalahgunaan Narkoba. Retrieved from: http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/20/957/dampak-langsung-dan-tidak-langsung-penyalahgunaan-narkoba

3.     Kovasznay, B., Fleischer, J., Tanenberg-Karant, M., Jandor, L.,  Miller, A. D., & Bromet, E. (1997). Substance use disorder and the early course of illness in schizophrenia and affective psychosis. Schizophrenia Bulletin, 2, 195-201.

4.   http://www.bnn.go.id/portal/

5.    22 Persen Pengguna Narkoba Kalangan Pelajar. Retrieved from: http://megapolitan.harianterbit.com/megapol/2014/09/13/8219/29/18/22-Persen-Pengguna-Narkoba-Kalangan-Pelajar

6.    22 persen pengguna narkoba adalah pelajar. Retrieved from: http://nasional.sindonews.com/read/773842/15/22-persen-pengguna-narkoba-adalah-pelajar-1377080228

7.   Drug Abuse Treatment and Rehabilitation: A Practical Planning and Implementation Guide. (2003). United Nations Office On Drugs And Crime, Vienna.

8.    Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Indonesia. Retrieved from: http://id.wikipedia.org/wiki/Balai_Besar_Rehabilitasi_Badan_Narkotika_Nasional_Indonesia

9. www.bnnpaceh.com

Ramadan Terakhir

$
0
0

Alhamdulillah kita masih dipertemukan dengan bulan Ramadan tahun ini. Bulan penuh pengampunan dan limpahan pahala untuk amal saleh.

Puasa tahun ini saya jalani di negeri orang bersama keluarga tercinta. Apalagi sekarang memang sudah memasuki musim liburan sekolah di Indonesia.

Ramadan di negeri orang memang enak nggak enak. Dulu waktu awal-awal saya di sini, agak terkaget-kaget melihat suasana yang sama sekali tidak tampak suasana Ramadannya. Ini mungkin karena saya berasal dari daerah yang menerapkan syariat Islam ya, di mana bahkan seminggu atau dua hari menjelang Ramadan, ‘aroma’ Ramadan sudah begitu terasa walaupun belum Ramadan. Pegawai-pegawai dan para pekerja di Aceh pasti akan libur di dua hari menjelang puasa sampai hari pertama puasa. Barulah di hari kedua puasa, para pegawai masuk kantor kembali. Tidak ada libur dari pemerintah sebetulnya, juga bukan karena tanggal merah. Mana ada sih libur 1 Ramadan kecuali jika itu pas di pada hari libur nasional :D Ini terjadi lebih karena adanya kebiasaan masyarakat Aceh yang merayakan Meugang (beli daging dan makan besar) yang dilaksanakan dua hari sebelum puasa. Nah kalau di hari pertama puasa, ada yang libur ada yang tidak. Memang tidak ada lagi Meugang sih, tetapi ini lebih karena pengaruh hari pertama puasa saja yang mana hari itu kami anggap sebagai Hari Lemas Sedunia, hahaa… Kalau boleh saya bilang, liburnya kami orang Aceh di jelang puasa dan hari pertama puasa adalah libur yang meliburkan diri sendiri. Tentu saja, tidak ada yang marah atau dianggap melanggar aturan karena hampir semua melakukannya, hahaa.  

Belum lagi di siang harinya, tidak ada satupun warung-warung nasi yang buka, bahkan meski itu warung kopi. Pokoknya suasananya memang benar-benar ‘syariat’ :D Jadi godaan orang-orang berpuasa di Aceh memang lebih sedikit jika dilihat dari segi makanan sebagai faktor penggoda orang berpuasa.  

Tetapi di Thailand, di hari pertama dan kedua Ramadan, nuansanya biasa saja sebagaimana hari-hari sebelumnya. Bahkan saat Idul Fitri pun tidak ada libur nasional. Jika sudah begini, maka kerinduan akan suasana Ramadan dan Idul Fitri di kampung halaman menjadi tidak terbendung. Rindu berbuka puasa bersama keluarga  besar; orangtua-mertua-adik/abang/kakak--adik/abang/kakak ipar-keponakan, dan handai taulan lainnya. Juga rindu jalan-jalan di sore hari melihat-lihat orang berjualan aneka makanan di pinggir jalan. Di Banda Aceh, terutama di sore hari, hampir di semua ruas jalan akan dipenuhi para pedagang musiman Ramadan, baik jalan-jalan di kota maupun di kampung-kampung.

Tetapi apapun keadaannya,  harus selalu disyukuri, salah satunya adalah paling tidak secara iklim, negara-negara di Asia tenggara memilik iklim yang sama. Itu yang membuat nyaris tidak berbeda sama sekali dalam hal penentuan kapan waktu imsak dan kapan waktu berbuka, misalnya.  Bayangkan mereka yang tinggal di belahan negara-negara yang saat ini sedang musim panas, rentang waktu mereka berpuasa akan lebih panjang dibanding kita yang tinggal di negara-negara tropis.

Saat ini Thailand sedang memasuki Summer Season atau musim kemarau. Sekolah dan kampus-kampus akan libur selama tiga bulan ke depan. Di mana-mana terlihat orang-orang memakai payung. Sekarang memang sedang panas-panasnya. Kalau sudah begini, sayapun malas ke mana-mana meskipun di sini tersedia bus gratis. Saya orangnya cepat capek dan cepat merasa haus. Dan memang keadaan sedang mengharuskan saya tidak bisa ke mana-mana. Saya sudah hampir menyelesaikan tugas saya sebagai pelajar di sini. Hanya tinggal menunggu sedikiiiit saja lagi setelah saya menyelesaikan revisi ini itu, lalu saya akan kembali ke tanah air sebagai… orang bebas.  Mudah-mudahan bisa selesai semuanya sebelum lebaran tahun ini. Aamiin.

Dan yang juga membuat saya bersyukur adalah bahwa kenyataan saya tinggal tidak begitu jauh dari KJRI (Konsulat Jenderal RI). Kampus saya dengan markas KJRI, masih dalam satu provinsi. Hanya 40 menit saja dari kota tempat saya tinggal. Bisa bersama orang-orang Indonesia di luar negeri saat Ramadan begini, menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri. Jika ingin merasakan nuansa Ramadan yang ‘sakral’ ala Indonesia, maka KJRI menjadi tempat utama yang kami tuju. Ditambah dengan kenyataan, di kota tersebut terdapat lebih banyak muslim dibanding kota tempat saya tinggal, jadi nuansa Ramadannya lebih terasa di kota tempat KJRI berada.

Yang lebih membahagiakan lagi adalah mahasiswa Indonesia selalu diistimewakan oleh pegawai dan staf KJRI. Mulai dari bapak Konjen sampai bawahannya, mereka semua baik-baik banget. Benar-benar berasa seperti saudara. Tiap minggu mereka membuat ‘party’ buka bersama. Mereka mengundang semua mahasiswa Indonesia dan WNI yang ada di sini untuk mencicipi makanan yang lezat-lezat masakan ibu-ibu DW KJRI.  Tentu, semua masakan Indonesia dengan bumbu Indonesia.  Makanan tersebut memang disediakan dalam jumlah yang banyak sekali, itulah kenapa saya sebut ‘party’. Meskipun banyak yang datang, makanan selalu berlebih. Mubazir? Sama sekali tidak. Mereka memang sengaja menyediakannya dalam jumlah yang banyak, agar kami bisa membungkusnya lalu membawa pulang ke tempat masing-masing. Super-duper baik kan, yaaaa? Maka, nikmat mana lagi yang bisa dipungkiri. Alhamdulillah.

Ramadan kali ini akan menjadi Ramadan terakhir saya di negeri orang, tetapi semoga bukan menjadi Ramadan terakhir dalam hidup saya. Semoga kita masih dipertemukan dengan Ramadan tahun ya temans.

Selamat menunaikan ibadah puasa. Mohon maaf lahir batin kalau saya punya salah dan khilaf.


Duet Pertama Duo 'Jang' dalam The Successful Story of A Bright Girl

$
0
0
Bagaimana puasamu temans? Masih lancar? Semoga ya, lagian masih di hari kedua ini, perjalanan masih panjang *apasih*

Aku kembali hadir bersama drama Korea *yeaayyy*. Siapa yang kangen? :p  Tapi kali ini adalah drama yang jadul sekali, rilis di tahun 2002. Yak, jadulnya nggak tanguung-tanggung, 13 tahun lalu!

Latar belakang dulu ya kenapa pilihan reviewku kali ini jatuh pada drama  The Successful Story of A Bright Girl, selanjutnya aku singkat menjadi TSoABG *makin disingkat makin ribet ternyata*which is itu tayang 13 tahun lalu. 
Jang Hyuk dan Jang Nara dalam The Successful Story of A Bright Girl (2002)
Aku menonton TSoABG, itu tahun lalu ketika Fated to Love You (Korean version) sedang tayang di Korea. Sebenarnya aku duluan menonton Fated to Love You dibanding TSoABG.  Baru saja di menit-menit pertama aku menonton Fated to Love You, aku langsung jatuh cinta pada dua karakter tokoh utamanya yang mana itu diperankan oleh Jang Hyuk (laki-laki) dan Jang Nara (perempuan) *perlu aku tulis laki-laki dan perempuan karena pembaca blog ini beragam :D


Saat itu, aku langsung bisa merasakan chemistry yang kuat antara keduanya. Aku merasa mereka seperti ditakdirkan bertemu dalam Fated to Love You *halah*. Biasanya aku baru bisa merasakan chemistry peran sepasang kekasih setelah melewati waktu sekian lama atau setelah pertengkaran yang ke seratus kalinya atau setelah kecemburuan yang keseribu kalinya. Yeah… begitu begitulah :D  Itu pun jarang juga. Biasanya aku malah tidak merasakan chemistry apa-apa *absurd*
Jang Hyuk dan Jang Nara dalam The Successful Story of A Bright Girl (2002)
Jadi, aku bertanya-tanya pada diri sendiri, kenapa kok aku langsung suka sama pasangan Jang Hyuk dan Jang Nara. Aku mencari-cari informasi, ternyata… mereka sudah pernah berpasangan dalam The Successful Story of A Bright Girl.  Aku penasaran, dong. Jadi, sambil menunggu tayangan Fated to Love You di Korea selesai tahun lalu itu, aku balik ke cerita cinta mereka di tahun 2002. Cerita cinta a la drama, hihii…
***

The Successful Story of A Bright Girl ini ceritanya standar banget. Seorang cewek miskin, putus sekolah, anak broken home, (sudah miskin broken home lagi), secara tidak sengaja ketemu sama cowok kaya yang anak orang kaya (CEO sebuah perusahaan kosmetik dan obat-obatan–lagi-lagi CEO) tetapi… songongnya minta ampun. Ceritanya tipikal banget lah pokoknya. Cewek miskin ketemu  cowok kaya.

Mungkin yang membedakan adalah cara bertemunya yang unik. Suatu hari si tokoh ceweknya lagi mandi di luar pekarangan gubuknya dengan memakai ember gede *dia lagi ngayal jadi orang kaya yang mandi pakai bath tub*. Sementara di tempat lain ada seorang cowok lagi main para layang pakai parasut. *aku kurang tau apa namanya, aku sebut saja para layang :v* Tiba-tiba parasutnya tidak berfungsi dan dia melayang-layang nggak jelas di udara sebelum akhirnya dia jatuh ke ember mandi si cewek. Inilah pertemuan pertamanya. Selanjutnya yeaah… masih seperti cerita kisah cinta biasa kebanyakan drama.  Mainstream banget.

Meskipun jalan ceritanya  agak lambat dan bertele-tele, belum lagi men-shootbagian-bagian yang menurutku tidak penting sehingga kadang harus aku skip, but overall aku suka sekali sama pasangan ini. Karakternya kuat dan mereka terlihat saling mendukung satu sama lain agar tercipta chemistry yang kuat antara keduanya. Yang aku suka adalah meskipun si tokoh utama ceweknya adalah orang miskin, dia menjalani hidup dengan penuh semangat dan optimis yang tinggi. Aku sukaaaa sekali dengan karakter tokoh perempuan yang seperti ini. Baik dalam cerita komik, buku, maupun film. Lihat saja bagaimana semangat dan optimisnya dia melalui video OST-nya di akhir tulisan ini.  Bayangkan, si tokoh cewek ini sudah miskin, diabaikan oleh kedua orangtuanya, rela keluar dari sekolah lalu bekerja demi membayar utang-utang orangtuanya, dihina, dicaci maki, dan banyak lagi penderitaan yang dialaminya. Tetapi, itu semua tidak membuatnya menjadi cewek yang mewek. Sedih, siapa sih yang nggak? Tetapi karatkter Jang Nara di sini bukan tipe cewek yang sedih berlarut-larut sampai putus asa. Misalnya,  suatu malam dia bersedih, besoknya dia kembali lompat-lompat dengan ceria dan menyapa semua orang yang ditemuinya. Sedihnya dia juga bukan sedih yang sampai bikin nangis kejer ala Park Shin Hye *sungkem dulu sama penggemar Park Shin Hye :D*

Cerita The Successful Story of A Bright Girl mungkin terlalu biasa, terlalu mainstream, konfliknya sendiri kadang terlalu betele-tele sehingga melebar ke mana-mana, tetapi aku tidak ingin melihatnya secara keseluruhan. Aku lebih suka fokus pada lugunya kebersamaan Jang Hyuk dan Jang Nara dalam drama ini. 13 tahun lalu, mereka terlihat sangat berbeda dengan yang bisa kita lihat saat ini. Tentu saja, 13 tahun  bukan waktu yang singkat untuk mengubah seseorang dalam banyak hal. Yang sudah pasti adalah soal bertambahnya usia yang kini membuat mereka tampak lebih dewasa, juga kematangan dalam segi peran yang dimainkan. 

Tahun 2002, Jang Nara dan Jang Hyuk masing-masing masih berumur 21 tahun dan 26 tahun. Umur yang boleh dibilang tidak terlalu muda meski belum disebut tua. Tetapi minim sekali adegan dewasa seperti ciuman yang berlebihan dalam The Successful Story of A Bright Girl sebagaimana drama Korea di masa-masa sekarang. Bahkan saat Jang Nara bertanya, apakah Jang Hyuk menyukainya, Jang Hyuk mengangguk malu-malu antara iya dan tidak, dan ceweknya pun tersipu-sipu. Ah, so sweet lah pokoknya. Seingat aku, ada adegan ciuman sekali, dan itupun dengan pengambilan gambar ‘seolah-olah’, artinya seolah-olah mereka berciuman tetapi sebenarnya tidak.

Kalau sekarang kan tidak, aktor dan aktrisnya memang benar-benar melakukannya, malah sangat hot. Yang lebih gawat lagi, bahkan pemain yang masih remaja saat ini, seperti Yeo Jin Goo (main dalam Orange Marmalade) dan Kim So Hyun (main dalam Who Are You?) sudah beradegan berciuman meski tidak terlalu hotsebagaimana pemain dewasa. Padahal umur mereka masih belasan tahun. Entah, mungkin aku yang terlalu kampungan, hehe. Tunggu saja sampai mereka berumur 21 tahun (seperti usia Jang Nara saat bermain dalam drama ini), kurasa mereka juga akan melakukan hal yang sama.


Kesimpulannya, apa yang membuat aku suka terhadap drama ini bukanlah tentang dramanya, tetapi lebih kepada pasangan duo artis bermarga ‘Jang’. Seandainya aku menontonnya dulu sekali, di tahun 2002, mungkin aku berharap mereka akan jadian di dunia nyata dan menikah. Mereka cocok satu sama lain. Lihat saja dari foto-fotonya. Tetapi, peran tetaplah tertinggal dalam dunia peran. Mereka berpisah seusai melepaskan peran masing-masing dan mungkin setelahnya saling melupakan. Jang Hyuk pun kini sudah menikah dan memiliki dua anak. Sementara Jang Nara masih singlesaja. Sampai kemudian drama Fated to Love You mempertemukan mereka kembali, setelah 12 tahun berlalu. Dan.. sampai jumpa di review Fated to Love You:D

Berikut salah satu OST The Successful Story of A Bright Girl dan saksikanlah chemistry cinta yang dulu pernah ada antara keluguan Jang Hyuk dan Jang Nara *halah :D


Kartu Pos dari Madagaskar

$
0
0
Kartu Pos dari Madagaskar
Gambar hanya ilustrasi. Designed by Fardelyn Hacky 

Seorang tukang pos mengantar sebuah kartu poske rumahku beberapa waktu lalu. Dikirim oleh seorang teman yang saat ini berada jauh di benua Afrika. Namanya Haya Nufus (www.blog.hayanufus.com). Kartu pos tersebut sampai tepat sehari sebelum hari ulang tahunku, jadi aku anggap saja sebagai hadiah ulang tahunku. Perjalanan kartu pos ini sendiri memakan waktu lebih dari dua bulan, sejak dikirimkam temanku hingga sampai ke rumahku di Lambaro Angan. Lumayan lama ternyata.

Ya, temanku itu adalah seorang postcrosser. Aku tidak tahu apakah sejak dulu dia menjadi seorang postcrosser atau baru-baru ini saja. Yang mana saja, tidak masalah. Tetapi yang pasti, di mataku para postcrosser ini adalah orang-orang yang bahagia dan membagikan kebahagiaannya untuk orang lain. Mereka adalah sekumpulan orang-orang yang saling berkirim kartu pos ke postcrosserslain di seluruh dunia. Sebagian besar dari mereka tidak saling mengenal satu sama lain. Hanya kartu pos yang menyatukan mereka. Ketika mendapati sebuah kartu pos dari seseorang, si penerima biasanya akan membalas lagi dengan mengirim kartu pos yang bercirikan tempat yang saat itu sedang didiaminya.  

Melakukan sesuatu secara sukarela untuk orang-orang yang bahkan tidak mereka kenal, dengan menggunakan  uang sendiri untuk beli prangko dan kartu pos, hunting ini itu, ini jelas bukan hobi dan pekerjaan yang menguntungkan, bahkan mungkin merugikan, jika mau hitung-hitungan. Tetapi, bagi mereka yang passion-nya memang di situ, mereka tentu tidak melihat ini sebagai sesuatu yang merugikan. Yang mereka miliki adalah kebahagiaan. Tentu saja bahagia namanya jika bisa melakukan sesuai sesuai passion. Dan bisa membuat orang lain bahagia adalah cara paling mudah untuk membahagiakan diri sendiri.  Seperti ketika baru-baru ini aku membaca tulisan seorang teman bernama Katerina (www.travelerien.com),  tentang rencananya melakukan travellingbersama teman-temannya sekaligus kopi darat, dan itu bukan hanya di satu tempat saja. Beliau bilang, setelah hitung-hitung, biaya travellingkopdar  tersebut ternyata menghabiskan cukup banyak dana. Tetapi buat Katerina yang sejak dulu aku tahu bahwa travellingadalah passion-nya, ini bukan sesuatu yang memberatkannya.

“Kalau dihitung-hitung sih iya, pasti besar. Tapi manfaatnya juga besar, mendatangkan kebahagiaan. Jadi apalah arti duit dibanding rasa bahagia ketemu teman-teman akrab.” Begitu tulisnya di blognya.
Life is not about making others happy.  Life is about sharing your happiness with others.
***
Kartu Pos dari Madagaskar
Kartu pos dari Haya Nufus
Sampainya kartu pos ini ke tempatku mengingatkan aku pada hobiku di dua puluh tahun lalu; korespondensi. Kantor pos adalah tempat yang paling sering aku datangi selain sekolah tentunya. Hampir setiap minggu tukang pos mengantarkan surat ke rumahku, dari sahabat pena di seluruh Indonesia. Aku sampai akrab dengan tukang pos karena seringnya dia mengantar surat ke rumahku dan seringnya aku ke kantor pos. Ditambah dengan kenyataan tukang pos-nya masih bujang saat itu, ganteng pula (ehem… :p), jadi wajarlah jika dia dekat dan suka bercanda dengan anak sekolahan sepertiku :D Sebenarnya, aku bukan seorang pengoleksi kartu pos. Kegiatanku yang lain yang berhubungan dengan pos selain korespondensi adalah filateli (koleksi perangko). Tetapi aku bukan filatelis garis keras. Koleksi perangko-ku hanyalah dari apa yang aku dapat dari sahabat-sahabat penaku saja. Seingatku, di masa-masa itu, aku tidak pernah berkirim kartu pos, tetapi aku pernah menerimanya dua atau tiga kali. Aku lebih memilih saling berkirim surat dan menulis surat panjang-panjang, ditambah curhat :D dibanding kartu pos.

Tetapi, sejak dulu aku selalu senang menerima apapun yang diantarkan tukang pos ke rumahku, termasuk kartu pos. Terakhir kali aku menerima kartu pos adalah dari Baltimore Amerika Serikat, tahun 2006. Dikirimkan oleh seorang teman yang sedang studi di sana. Sampai akhirnya aku menerima kartu pos dari Haya Nufus.

Di hari-hari ini, di mana internet telah menghubungkan orang-orang dengan cepat, menjadi media tempat orang-orang memberi kabar hanya dalam hitungan detik, maka kegiatan berkirim surat sudah ditinggalkan. Untuk apa berkirim surat dan menunggu berhari-hari jika e-mail telah memudahkan. Betul? :D

Itulah kenapa aku terharu menerima kartu pos yang dikirimkan oleh seorang teman yang jauh. Aku salut dengan semangat mereka melakoni hobi ini. Bisa saja misalnya mereka saling kirim electronic post card, tetapi mereka tidak melakukannya. Tidak seperti berkirim surat yang sudah berubah bentuk menjadi electronic mail, kegiatan postcrossing saat ini masih dilakukan melalui darat dan dalam bentuk nyata (bisa disentuh), bukan dalam bentuk maya. Ada tetapi tiada, tiada tetapi ada, begitulah kondisi dunia maya. Dulu, ketika aku menjadi pelakon korespondensi, ada sensasi tersendiri ketika menerima sebuah surat atau kartu pos. Ada rasa berdebar-debar saat memegangnya, walaupun isinya cuma bertanya kabar dan entah apa-apa cerita a la remaja :D. Kemudian dicium-cium dulu (maklum, sesama korespenden remaja jadi kertas suratnya wangi :D), dibuka dengan hati-hati (supaya kertas suratnya tidak rusak), lalu dibaca sambil senyam-senyum. Hal-hal demikian sudah jarang–jika tidak bisa dikatakan tidak pernah–dilakukan oleh orang-orang di masa kini, termasuk aku sebagai mantan pelakon korespondensi dulunya :D.

Aku teringat status seorang teman saat menjelang Idul Fitri tiga tahun lalu. Dia mengatakan dia merindukan saat-saat seperti dulu. Menjelang Idul Fitri, ragam bentuk kartu ucapan Idul Fitri diantarkan tukang pos ke rumahnya. Di masa-masa sekarang, kita masih menerima hal yang sama sebenarnya, tetapi dalam bentuk foto yang diunggah ke media sosial. Tidak bisa disentuh. Tidak lagi istimewa karena satu foto dengan tagging ramai-ramai. Betul? :D
***

Kartu pos ini dikirim dari Madagaskar, sebuah negeri yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya bahwa itu adalah nama sebuah negera :D


Sebelum ini, ketika mendengar nama Madagaskar, yang terpikirkan olehku adalah cuma sebuah judul film animasi; Madagascar, film yang bercerita tentang sekumpulan hewan yang hidup di Central Park Zoo.

Sampai aku mendengar kabar dari seorang teman (dulu kami satu kampus bahkan satu gerbong saat koass di rumah sakit) bahwa ia akan pindah ke Antananarivo mengikuti tugas suaminya yang berdinas di Kementerian Luar negeri.
Kartu Pos dari Madagaskar

Sekarang sudah Juni 2015. Tidak terasa sudah tiga tahun dia tinggal di sana.

Nama Madagaskar terdengar seksi, indah, dan eksotik. Pantaslah jika kemudian nama negara ini menjadi judul sebuah film besutan Hollywood.

Terima kasih Haya Nufus untuk kartu posnya yang manis. Mohon maaf aku tidak bisa mengirimkan kartu pos balasannya untukmu.

Gagal Buka Puasa Pertama di Konsulat

$
0
0

Berbuka puasa di konsulat adalah salah satu kegiatan yang paling aku tunggu-tunggu dalam bulan Ramadan ini. Soalnya makanannya banyak dan enak-enak sih, wkwkwk. Tapi untuk Ramadan kali ini, alasannya bukan hanya soal makanan. Aku sendiri sudah lama aku tidak ke konsulat. Terakhir kali aku ke konsulat, kalau tidak salah itu tahun lalu saat mengikuti kegiatan silaturahmi di tempat tersebut. Selain karena berbuka bersama di hari pertama (meski bukan di hari pertama Ramadan), aku juga ingin berkenalan dengan Bapak Konsul yang baru. Ya, tahun ini KRI sudah dipimpin oleh Konsul yang baru, menggantikan Konsul sebelumnya, Bapak Heru Wicaksono, tetapi aku sama sekali belum mengenal beliau.  

Tahun ini, jumlah mahasiswa Indonesia di kotaku, mengalami peningkatan karena universitasku mulai membuka peluang beasiswa untuk mahasiswa di Indonesia. Jadi, Ramadan kali  ini agak lebih ramai dengan mahasiswa Indonesia dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dan kebetulan pun, di minggu pertama bulan Ramadan, semuanya masih di sini, belum pada mudik ke Indonesia.

Acara buka puasa pertama di konsulat diadakan pada Sabtu lalu (19/06/2015). Seperti biasa, kami yang tinggal di Hatyai berangkat ke konsulat di sore harinya. Perjalanan dari kotaku ke kota tempat kantor KRI berada bisa ditempuh dengan van atau tuk tuk, sekitar 40 menit. Karena kali ini jumlah kami lumayan ramai, maka perjalanan kami kali ini menggunakan tuk tuk saja. Naik tuk tuk dengan jarak tempuh yang jauh, sebenarnya sangat tidak nyaman, setidaknya bagiku, apalagi dilakukan pada waktu jelang malam dan malam harinya ketika balik lagi ke kotaku. Cuma karena sudah dikoordinir bahwa semua akan naik tuk tuk saja, ya sudahlah, ikut saja. Nggak rame nggak seru :D

Tuk tuk adalah sebutan untuk angkot di Thailand. Tuk tuk di Hatyai agak berbeda dengan tuk tuk di Bangkok. Di Hatyai tuk-tuknya agak gede-gede, sementara di Hatyai kebalikannya. Namanya juga angkot yak, manalah sama di setiap daerah. Lha wong angkot di kota-kota di Indonesia saja berbeda bentuknya, apalagi namanya. Tapi kalau di Thailand, di mana-mana namanya tetap tuk tuk.

Lanjut…

Aku dan 10 teman kebagian tuk tuk yang paling jelek dan paling telat pula menjemput ke lokasi (kampusku, tempat kami menunggu jemputan). Sudahlah berangkat telat, malah telat dijemput. Hadeuuh.

Baru setengah perjalanan, tiba-tiba ada suara menderu-deru kayak kipas angin dari mesin tuk tuk. Yang pria-pria sudah pada ribut. Ini tuk-tuk bakalan kenapa-kenapa Kami yang wanita anteng-anteng aja, karena sudah biasa naik tuk tuk jelek dan bersuara seperti itu, dan perjalanan lancar-lancar saja. Sampai kemudian tuk tuknya mogok. Berkali-kali dihidupin sama sopirnya, tuh tuk tuk tetap nggak mau hidup. Akhirnya si supir terpaksa ngebengkel sendiri dan penumpang terpaksa turun. Kami mengira, kerjaan si supir cuma sebentar, jadi sabarlah kami menunggu tanpa ada inisiatif meminta balik tuk tuk yang sudah duluan sampai ke kantor konsulat. 5 menit, 10 menit, 15 menit, supir tuk tuk belum selesai dengan pekerjaannya utak atik ini itu. Wah, alamat gagal buka puasa di konsulat nih, begitu pikirku.

20 menit berlalu, si supir yang belum selesai dengan tuk tuk mogoknya itu lalu  menelepon supir tuk tuk pertama untuk balik lagi menjemput kami. Yaelah… kenapa juga mesti menunggu selama itu. Maunya kan ditelepon saja sejak tadi. Kami pun tidak menyuruhnya melakukan itu karena terus di-PHP-in :v Dibilang nggak lama lah, tapi tuk tuk-nya nggak hidup-hidup juga. Apes beneeer.

Masalahnya, bukan apa-apa, ini penumpang pada berpuasa iniiih dan waktu berbuka tinggal 5 menit lagi ketika dia memanggil temannya untuk menjemput kami. Sabaaaaar sabar. Orang sabar kebunnya lebar. Aamiin :D

Seperti dugaanku, kami akhirnya berbuka di jalan, dan bukanyna di kantor konsulat, wkwkwk. Untung ada toko kelontong di dekat lokasi tuk tuk mogok. Jadi akhirnya kami membeli apa yang bisa dibeli di situ sebelum tuk tuk jemputan datang.  
Sabar menunggu :D foto diambil oleh Bayu Adi Kusuma
Setelah selesai berbuka dengan susu kotak dan beberapa potong kerupuk (wkwkwk), akhirnya tuk tuk jemputan datang dan siap membawa kami melanjutkan perjalanan ke konsulat. Kami sampai di konsulat ketika orang-orang sudah selesai acara makan-makan sesi pertama dan bersiap-siap untuk salat magrib. Untung masih ada kue-kue dan minuman sisa, jadi bisa nyomot-nyomot dulu sebelum ikutan salat magrib berjamaah.

Masih untunglah yaaa, xixixiii

Well, itu ceritaku. Apa ceritamu temans? :D 
Viewing all 137 articles
Browse latest View live