Quantcast
Channel: Fardelyn Hacky
Viewing all 137 articles
Browse latest View live

Suasana Buka Puasa Pertama di Konsulat RI di Songkhla

$
0
0
Konsulat RI di Songkhla
Meski gagal berbuka puasa di konsulat karena Tuk Tuk yang mogok di perjalanan, sejatinya saya dan teman-teman satu tuk tuk mogok tersebut tetap mengikuti kegiatan berbuka di konsulat, tentunya setelah berbuka ala kadarnya terlebih dahulu di perjalanan.  Kami sampai di konsulat ketika teman-teman lainnya akan bersiap-siap melaksanakan salat magrib berjamaah.

Acara ‘party’ buka bersama di konsulat terbagi dalam dua sesi; sesi pertama adalah sesi berbuka dan sesi kedua adalah sesi makan malam. Sesi berbuka tentu sudah tahu lah ya, hehee. Pada sesi pertama kita biasanya disuguhi aneka minuman untuk berbuka (air putih, kopi, teh, dan aneka minuman buah yang manis-manis) serta ragam kudapan ala Indonesia. Tidak lama kemudian dilanjutkan dengan salat magrib berjamaah.

Saya dan beberapa teman yang kebagian tuk tuk mogok hari itu, otomatis menjadi peserta paling telat mengikuti sesi pertama. Untungnya, salat magrib baru ancang-ancang dilaksanakan, jadi kami masih bisa icip icip dulu, walaupun dengan makanan sisa, hahaaa. Tetap disyukuri masih bisa berkumpul dengan WNI di tempat ini.

Setelah itu kami bergegas melaksanakan salat magrib berjamaah.

Selepas magrib, kami melanjutkan sesi kedua, yaitu makan malam. Menu kali ini agak lebih ‘sederhana’ dibanding menu-menu berbuka tahun lalu. Di meja prasmanan tersedia pilihan makanan berupa nasi putih, ikan kembung goreng, sawi putih tumis, dan lalap. Hah? Menunya kok dikit banget? Begitu pertanyaan saya... dalam hati :D Ya, dalam hati saja, mana berani bertanya ke sesiapa, bisa-bisa saya dipentung, hahaa… Tapi untungnya masih ada soto di meja prasmanan lainnya *balada pencari makanan enak-enak :v :p*


Saya mencicipi menu yang dimasak oleh juru masak konsulat tersebut. Selain ada perubahan menu dalam hal jumlah, saya juga merasa menu malam itu sangat TIDAK Indonesia sekali. Sawinya dimasak ala Thailand dan sotonya sangat terasa bumbu Thailand.  Saya baru sadar, ternyata juru masak konsulat yang sekarang adalah warga  Thailand. Ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yang mana juru masaknya adalah seseorang yang didatangkan dari Indonesia. Bu Sri namanya. Di kalangan mahasiswa dan WNI di Songkhla, masakan hasil racikan Bu Sri ini terkenal enak.  Walapaun Bu Sri ini berasal dari pulau Jawa, tetapi beliau bisa memasak hampir semua makanan khas Indonesia. Tapi puasa kali ini, beliau sudah tidak lagi bersama kami. Ah, saya jadi rindu masakan beliau. Tapi ya sudahlah, apapun kondisinya, semua harus tetap disyukuri kan ya :D

Selain Bu Sri yang sudah kembali ke kampung halamannya di Indonesia, Pak Konsul sebelumnya, Bapak Heru Wicaksono, juga sudah kembali ke Indonesia karena pensiun. Bisa dibilang suasana Ramadan kali ini sedikit berbeda dengan sebelumnya. Mungkin, ganti atasan ganti kebijakan kali ya, hehee…

Dengan Konsul sekarang, terus terang ini pertama kali saya bertemu beliau. Beliau sudah bertugas sebagai Konsul di Songkhla sejak Maret lalu, tetapi karena saya sudah lama tidak ke konsulat, makanya baru malam itu melihat langsung Bapak Konsul yang baru sekaligus berkenalan tentunya. Mohon maaf belum ada foto kami bersama beliau dan ibu, hehee (kan katanya no picture = hoax :D).

Yang berbeda lagi adalah, berbuka kali ini adalah buka puasa dengan WNI paling banyak. Malam itu konsulat kedatangan mahasiswa Indonesia (yang sedang menjalani pendidikan S1 di Indonesia) yang sedang magang di beberapa provinsi di kawasan Thailand Selatan. Asik juga mereka ini ya, magang ke luar negeri, hehee.


Sehabis sesi makan malam, kami melaksanakan salat Isya dan Tarawih di tempat yang sama, lebih tepatnya di bagian dalam kantor Konsulat. Usai salat Isya, tiba-tiba ada acara perpisahan dadakan yang diselingi dengan ceramah pembukaan dari bapak Konsul, memanfaatkan waktu yang sedianya dipakai untuk kultum. Sebagai gantinya, kultum dilaksanakan usai Tarawih.

Ternyata acara perpisahan yang dimaksud adalah perpisahan dengan salah satu staf Konsulat Indonesia di Songkhla yang akan kembali ke Indonesia bulan depan. Namanya Bu Fifi. Buk Fifi adalah staf yang paling dekat dengan mahasiswa, ya dengan kami ini, saya dan teman-teman mahasiswa yang sedang kuliah di Hatyai. Time flies, tidak terasa, orang-orang yang dulu pernah bersama, ternyata satu persatu akan kembali ke tanah air. Ah, bahkan bagi saya, Ramadan tahun ini adalah Ramadan  terakhir di kota ini karena harus kembali ke tanah air juga.  Keharuan menyeruak di antara jamaah, mengingat selama ini Bu Fifi dikenal sangat ramah dan melayani siapa saja, tanpa pandang bulu. Orangnya juga sangat murah senyum.

Ah, orang-orang baik memang selalu meninggalkan kesan khusus bagi orang lain. Seperti Bu Fifi.

Barulah setelah itu Bapak Konsul memberi sedikit ceramah sebelum kami melaksanakan Tarawih. Beliau berdiri di depan jamaah dengan berwibawa, menyampaikan ceramah pembuka Ramadan, ucapan perpisahan dengan Bu Fifi, sedikit kilas balik tentang tugasnya sebagai Konsul di Songkhla yang baru berjalan tiga bulan, dan suasana terakhir terkait masalah-masalah yang dihadapi WNI pekerja di Thailand, terutama mereka yang bekerja sebagai ABK (Anak Buah Kapal).  Saya baru pertama kali itu melihat beliau. Alamak! Bapak Konsul kami ini ganteng sekali. Suer! Beliau mirip seorang aktor Indonesia, tapi saya lupa siapa. Pokoknya gantenglah, hahaa…

Overall, sangat menyenangkan bisa berbaur dengan WNI malam itu, berbuka bersama dan berbagi cerita.

Well, apa cerita temans?

Happy fasting, ya.

Aku dan Kenanganku Bersama Komik

$
0
0

Semalam ketika pergi ke kawasan gerbang 108 kampusku (di bagian luar kampus), aku melewati sebuah tempat penyewaan bacaan. Terdapat banyak sekali komik di situ. Ada banyak orang di dalamnya.  

Sebetulnya sudah beberapa kali aku melewati tempat tersebut tetapi aku belum pernah mencoba untuk masuk. Bukan apa-apa, aku takut kecewa. Pasti komik dan bacaan di situ semuanya dalam Bahasa Thailand. Sewaktu aku masih tinggal di luar kampus, aku tinggal di sebuah apartemen berlantai lima. Kebetulan pemilik apartemenku adalah seorang pemilik sebuah usaha penyewaan bacaan, dan dia membuka usaha tersebut di lantai satu apartemennya. Pada awalnya aku senang sekali bisa tinggal di apartemen dengan tempat usaha penyewaan bacaan di bawahnya, tetapi kemudian aku kecele setelah mendapati kenyataan bahwa semua bacaan di situ adalah dalam abjad Thai.

Dan tempat penyewaan bacaan yang aku lewati semalampun begitu juga adanya. Sedikit kecewa, tetapi ya sudahlah. Toh, di tempat kita juga begitu kan? Pasti rental-rental buku kita juga menyediakan buku-buku dengan Bahasa Indonesia.

 Oh, kau boleh mengatakan aku payah karena sudah tinggal lama di negeri seribu pagoda ini, aku tidak bisa membaca abjad Thai. Ya, aku bahkan buta sama sekali dengan abjad Thai. Judme me payah, silakaaaan. I don’t care, hahaa :p

Perjalananku semalam melewati sebuah tempat penyewaan bacaan yang penuh dengan komik itu, mengingatkanku akan ‘kegilaanku’ lebih dari 15 tahun lalu; berburu komik Jepang!
***

Aku kenal komik sejak SMP tetapi baru  rajin membacanya ketika sudah kuliah di Banda Aceh. Yak, telat memang. Sudah tahu komik lama sekali tetapi baru rutin membacanya justru ketika kuliah (tahun 1998 ke atas). Komik yang aku baca waktu itu adalah komik-komik yang terbit antara tahun 80-an dan 90-an semacam Candy-Candy dan kawan-kawannya, yang mana aku seharusnya sudah membacanya saat masih SMP dulu :D  Bukan apa-apa, dulu kami tinggal di kampung. Toko buku tidak ada, satu-satunya sumber bacaan adalah perpustakaan sekolah yang bukunya bisa dihitung dengan jari. Itupun buku pelajaran semua.

Waktu  kuliah, aku ketemu dengan teman yang komik mania abis. Wah, pas sekali. Ketemu teman seperti dia, serasa ketemu jodoh yang lama dinanti-nanti :D Dan temanku ini, tahu banyak tempat-tempat penyewaan komik di Banda Aceh, bahkan sampai ke daerah-daerah yang tak terpikirkan olehku di situ ada penyewaan komik saking tempatnya di sudut-sudut kota. Dialah yang membawaku menjelajahi sudut-sudut kota Banda Aceh untuk… berburu komik, hahaa… *sebuah perburuan yang aneh!? :v*
Candy-Candy
Oh, jangan dikira karena dulu aku suka ngikut dia ke sudut-sudut kota, kemudian aku menjadi hapal seluruh kota Banda Aceh. Hohoho…salah besar. Bahkan sampai sekarang, aku kadang masih suka bingung dengan jalan-jalan di Banda Aceh, untuk kawasan-kawasan tertentu. Apalagi kalau bawa motor sendiri, masih suka tersesat dan bingung sendiri *tepokjidat.

Lanjut…

Komik-komik yang dulu aku  suka   adalah komik-komik yang girly banget, komik romance-lah seperti Candy-Candy, Topeng Kaca, Yokohama, Little Newyork,Pansy, Popcorn, dan buanyaaaaak lagi. Kalau lagi liburan kuliah, maka dimulailah perburuan kami. Kenapa aku sebut perburuan? Karena begini, kalau misalnya meminjam satu judul  dengan seri yang nggak lengkap, rasanya nggak seru. Misalnya, komik berjudul Cinta ada 30 seri (judul hanya contoh). Pas ke penyewaan A, adanya cuma 22 seri. Komik Aku Sayang Kamu ada 25 seri tapi adanya cuma 10, meski tidak lengkap, tetap diambil semuanya di penyewaan A. Maka untuk seri selebihnya, mulainya hunting ke berbagai penyewaan lainnya. Dicari sampai lengkaplah pokoknya. Sering suka dapat yang lengkap sehabis usaha hunting ke sana ke mari, tetapi sering juga nggak dapat :v Bukan apa-apa, kalau membacanya kemudian nggak sampai ending, itu kayak orang mati penasaran. Arwahnya akan gentayangan, LOL *halah, kok malah horor ini*  
Aku tidak ingin melepaskanmu!
Lebih baik waktu berhenti seperti ini!
Untuk selamanya... LOL.

Komik-komik Jepang tersebut meninggalkan kesan tersendiri buatku. Salah satu kesannya adalah aku pernah jatuh cinta pada salah satu tokok komik dan membayangkan akan mendapat suami seperti tokoh komik tersebut. Gila, kan? LOL.

Begitulah masa-masa yang penuh hao-hao itu :D

Sekarang, aku sudah jarang membaca komik, bahkan tidak pernah lagi. Bukan karena sudah tidak suka lagi, tetapi masa-masa perburuan dulu sudah berganti menjadi fase kehidupan lain. Orientasi bacaan pun sudah berubah. Tetapi aku tetap suka baca komik kok, kalau ada komiknya, hehee… Oh satu lagi, kalau komiknya kayak komik-komik Jepang terbitan 80-an atau 90-an ya, bukan komik terbitan  era sekarang. Tahun 2004 atau 2005, aku pernah dua atau tiga kali pergi ke beberapa tempat penyewaan bacaan di Banda Aceh dan melihat-lihat komik terbitan 2000 ke atas. Tetapi ternyata komik-komik terbitan baru berbeda dengan komik-komik Jepang jadul. Dari segi gambar kartunnya yang sudah berubah, ceritanya yang nggak asik lagi, bahkan ada yang sex-oriented story -_- Aku kurang suka.    

Kegiatanku membaca komik dulunya, kini sudah tergantikan dengan menonton drama Asia (Jepang, Korea, Taiwan, dan kadang China). Apalagi kalo drama tersebut adalah adaptasi dari komik. Wah, berasa sedang membaca komik deh, tapi versi hidupnya :D Makanya jangan heran kenapa aku suka menonton drama Asia, karena drama Asia, apalagi drama Jepang, itu komikal banget. Dan drama Asia itu benar-benar kayak komik. Kalau sudah habis ya habis aja, nggak akan dilanjutin serinya sampai ribuan episode kayak sinetron Indonesia -_-

Well, apa kau suka membaca komik temans?  Komik apa yang suka kau baca? Aku mungkin tidak membaca sebanyak bacaanmu, tapi aku bahagia pernah menjadi generasi pembaca komik Jepang :D

Pembunuh Angeline adalah Kita?

$
0
0

Kasus Angeline, gadis kecil yang ditemukan terbunuh dan terkubur bersama bonekanya di depan di rumahnya sendiri, masih bergulir hingga hari ini. Penyidikan demi penyidikan masih dilakukan oleh pihak berwajib. Membuka fakta-fakta baru, menyingkap tabir demi tabir yang selama ini tertutup rapat, menyentak banyak pihak, bahwa terkadang musuh anak-anak bukan berasal dari luar rumah, tetapi justru dari dalam rumah.  Sebenarnya, agak kurang tepat kalau saya mengatakan ‘menyentak’, apalagi di saat kasus Angelina mencuat seperti saat ini, karena ini kesannya seolah-olah bahwa kejadian seperti ini baru kali ini terjadi. Padahal, kasus-kasus kekerasan anak sudah lama sekali ada. Dan mirisnya, sebagian besar kasus tersebut adalah dengan pelaku kekerasan yang dekat dengan anak. Orangtua, keluarga besar, pengasuh, guru, teman, dan siapapun yang dekat dengan anak memiliki potensi untuk menyakiti si anak.  Tanpa mengabaikan fakta kasus kekerasan anak secara umum, baik dari internal maupun eksternal, saya ingin mengerucutkan tulisan ini pada kasus kekerasan anak yang dilakukan dari dalam rumah si anak.

Temans, masih ingatkah dengan kasus bocah bernama Ari Hanggara yang meninggal di tangan ayahnya di tahun 1984? Arie Hanggara meninggal karena hukuman ayahnya yang terlalu keras. Saya di tahun itu masih berumur 4 tahun, tetapi kasus Arie Hanggara menyita perhatian publik hingga kemudian difilmkan. Sebelum kasus Arie Hanggara, jangan dikira tidak ada kasus yang sama. Banyak, tetapi mungkin tidak sampai menjadi berita nasional. Dan setelah kasus Arie Hanggara, jumlahnya bertambah semakin banyak.  Sebelum Angeline, belum hilang dari ingatan kita akan kasus lima anak yang ditelantarkan oleh orangtuanya baru-baru ini.

Indonesia darurat kekerasan anak!

Ini menjadi fenomena gunung es di Indonesia. Terlihat (terdengar) sedikit, namun ada puluhan ribu kasus kekerasan anak secara umum. Googling saja ya jumlahnya, hihii :D :p
Terus dan terus saja ini terjadi, tidakkah ini menjadi pelajaran buat kita, pemerintah dan masyarakat?

Kita. Ya, Kita!

K-I-T-A!
***
‘Pembunuh Angeline adalah Kita’, begitu judul sebuah tulisan opini di sebuah portal. Judul ini menggelitik saya, terlebih lagi dengan fakta miris yang disampaikan oleh penulis artikel tersebut.

Benarkah K-I-T-A yang telah membunuh Angeline?

Agaknya saya sependapat dengan artikel tersebut.  Bahwa jika menilik lebih jauh akar persoalan yang menimpa Angeline, maka yang salah adalah K-I-T-A. Ya, kita. K-I-T-A. Kita yang kurang peka dengan kemiskinan, kita yang kurang peka dengan ketidakadilan sosial, kita yang kurang peka dengan kekerasan terselubung di sekitar kita. Terlalu banyak ketidakpekaan kita yang jika kemudian terjadi hal-hal yang tidak diinginkan setelahnya, barulah kita berucap ‘Ah, padahal harusnya bla bla bla….’, ‘Anaknya memang tak terurus selama ini, ah, ternyata bla bla bla…’, dan sejenisnya.  Itu terucap ketika sudah kejadian, lalu di mana K-I-T-A saat kejadian? Nggak di mana-mana, kita ada depan mereka, cuma ya, kita saja yang kurang peduli.

Sistem kita, hukum kita, ya kita semua yang terlibat di dalamnya.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana bisa sampai ada kejadian seorang ibu harus menyerahkan anak yang baru saja dilahirkannya kepada orang lain hanya karena tidak bisa membayar biaya persalinan sebesar 800 ribu rupiah. Saya yakin, tidak seorang ibupun di dunia yang tidak ingin merawat bayi merah yang baru dilahirkannnya, apalagi jika bayi tersebut dilahirkan dalam keadaan ‘normal’ jika dilihat secara norma. Tetapi siapa yang peduli saat bayi  Angeline lahir yang kemudian ditebus dengan menyerahkannya kepada orang lain? Well, jikapun kejadiannya tidak demikian adanya, misalnya seseorang dengan sukarela menyerahkan anaknya untuk diasuh oleh orang lain yang intinya berkebalikan dengan kasus orangtua kandung Angeline yang dalam keadaan terpaksa menyerahkan hak asuh anaknya kepada orang lain,  tetap saja diperlukan hukum untuk mengontrol proses pengadopsian anak. Tetapi pada praktik kebanyakan, hukum hanya apa yang tertera di selembar kertas. Saya tidak mengatakan bahwa hukum tidak ada gunanya, malah sebaliknya, hukum sangat diperlukan.

Di Indonesia, kita punya punya Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Mau anak kandung atau anak angkat atau anak tiri, mereka semua adalah anak-anak yang berhak menikmati masa anak-anaknya yang indah, hanya status anak kandung atau anak angkat sajalah yang membedakannya. Sebagai anak-anak adopsi, prosesnya sendiri harus didaftarkan melalui dinas sosial dan selama enam bulan dalam perawatan orangtua angkatnya, itu harusnya masih berada dalam pengawasan departemen sosial. Nah, terkadang di bagian inilah ada yang missing. Orangtua angkat tidak melaporkan perkembangan anak angkatnya karena memang selama itu mereka baik-baik saja, jadi mereka merasa tidak perlu melapor. Padahal seharusnya tidak boleh begitu, mau baik-baik saja atau tidak, orangtua angkat harus melapor. Begitu juga dengan petugas, karena tidak didatangi orangtua angkat untuk pelaporan, kadang ya terlewat begitu saja. Hal-hal (yang dianggap) remeh temeh begini, sudah sangat biasa terjadi di tempat kita. Belum lagi jika berbicara ada anak-anak adopsi dengan proses yang illegal, seperti halnya Angeline. Angeline mungkin masih agak lumayan di mana proses adopsinya pernah dilakukan melalui seorang notaris, meskipun tetap saja ini masih illegal. Di kampung-kampung, dengan pelaku yang buta hukum, ketika mengadopsi anak, mereka malah tidak melalui proses hukum apapun. Adopsi ya adopsi saja, cukup melalui kata-kata dan tidak tertulis sama sekali. Ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, tak jarang anak angkat, apalagi jika masih anak-anak, menjadi korbannya. 

Tetapi, yang perlu kita sadari bersama adalah sebuah hukum dan aturan mesti juga mendapat dukungan yang penuh dari masyarakat. Nah, masyarakat, yang mana itu termasuk kita semua, mungkin banyak yang belum sadar akan hal ini. Atau, menyadari ada sesuatu yang salah, tetapi takut untuk melaporkanya. Tidak usah jauh-jauh, saya mencontohkan apa yang terjadi di lingkungan saya saja. Selama kami tinggal di kompleks saya sekarang,  kami menyaksikan satu kasus kekerasan perempuan (yang dilakukan suami terhadap istri) dan dua kasus penelantaran anak. Yang dua kasus sudah tidak tinggal lagi di kompleks saya, namun masih menyisakan satu lagi kasus yaitu verbal abuse terhadap anak. Mirisnya, itu dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri. Saya akan menuliskannya di tulisan tersendiri nantinya. Tetapi inti yang mau saya bilang di sini adalah bahkan sampai si ibu ini punya empat anak dengan keempatnya juga mengalami verbal abuse, tak seorangpun tetangga yang melapor ke pihak-pihak berwajib. Lha, mau melaporkan apa ke polisi? Ibu mencaci maki anaknya? Jangan-jangan polisi akan tertawa terpingkal-pingkal mendengar laporan tersebut. Tetangga menasehati ibunya? Waaah… tetangga kok gitu? Kepo! Suka ikut campur urusan rumah tangga orang!

Begitu mungkin tanggapan keluarga jika kita ingin peduli terhadap anak yang mengalami physical abuse atau verbal abuse.

Dalam kasus Angeline, kita membaca berita bahwa semua aware terhadap kondisi Angeline yang memprihatinkan ketika masih hidup. Mulai dari guru, teman-teman di sekolahnya, tetangga, bahkan sampai anak kost yang ngekost di rumah ibu angkat Angeline. Mereka tahu ada yang salah dengan Angeline, tetapi mereka bungkam. Atau, mungkin saja mereka pernah melakukan sesuatu, tetapi akhirnya tak berdaya di ujung. Lihat saja bagaimana garangnya ibu angkat Angeline saat menghadapi pejabat di negeri ini, apalah lagi mereka yang saya sebutkan di atas tadi.

Belajar dari kasus Angeline, seharusnya hal-hal seperti ini tidak boleh lagi terjadi di masa yang akan datang. Pelayanan dan sistem kesehatan harus ditingkatkan, terutama perhatian untuk ibu-ibu hamil dengan taraf ekonomi menengah ke bawah. Mereka harus melahirkan dengan selamat dan bahagia. Di hari ini, sudah ada BPJS, yang bisa digunakan oleh semua lapisan masyarakat Indonesia. K-I-T-A juga harus lebih aware terhadap kondisi anak-anak di sekitar kita, apalagi jika sudah main fisik.

Saya teringat pada kalimat ‘It takes a village to raise a child’ (lupa ini quote siapa). Mendidik anak bukan sekadar tugas orangtua, tapi juga setiap orang yang ada di sekelilingnya.

Jika mendidik anak adalah tugas setiap orang yang ada di sekelilingnya, maka tidak salah jika ada tulisan opini berjudul ‘Pembunuh Angeline adalah Kita’. Dan ya, mungkin saja, pembunuh Angelina adalah kita. K-I-T-A.

Di Manapun Tempatnya, Pelangi Tetap Indah

$
0
0

Pelangi-pelangi… alangkah indahmu. Merah kuning hijau, di langit yang biru. Pelukismu agung, siapa gerangan? Pelangi… pelangi… ciptaan Tuhan 
Bahwa pelangi adalah ciptaan Tuhan, sejak kecil kita sudah diajarkan hal tersebut, melalui lagu anak-anak yang dimainkan dengan permainan alat musik yang bernada riang tersebut. Lalu, kenapa kaum LGBT harus menggunakan ciptaan Tuhan tersebut sebagai simbol keberadaan mereka? Bahwa menjadi homoseksual adalah takdir Tuhan? No way, mas bro, mbak sist! Takdir adalah apa-apa yang sudah terjadi atas diri kalian, bukan apa-apa yang kalian inginkan atau sedang rencanakan. Kaum LGBT –seperti halnya aku dan kalian, adalah ciptaan Tuhan juga. Tetapi Tuhan tidak pernah salah dengan ciptaannya. Tentu saja, Tuhan menciptakan manusia dengan kecenderungan tertentu, termasuk kecenderungan untuk menjadi tidak normal, tetapi Tuhan menyuruh manusia untuk melakukan sesuatu, agar berubah.

Menurut sedikit artikel dan hasil penelitian yang saya baca, bisa disimpulkan bahwa orang dengan kecenderungan seksual pada sejenis, bukanlah bawaan genetik. It’s not a nature, it’s nurture.

Dulu, saya punya guru pria dengan kecenderungan ‘melambai’ seperti itu. Beliau mengajar Kimia dan menjadi wali kelasku sejak kelas 1 SMA. Sekarang sudah meninggal (semoga beliau diterima di sisi Allah). Menurut orang-orang, beliau memang sudah begitu sejak kecil, ya melambai gitu. Ini adalah perilaku yang memang sudah ada sejak kecil, sebagaimana aku dan kalian yang memiliki perilaku khas bawaan sejak kecil. Semakin dewasa, beliau menjadi agak genit kepada pria. Tetapi, kecenderungan beliau menggoda murid-murid prianya, masih dalam batas wajar, tidak sampai mengarah pada aktivitas seksual. Samalah seperti pria lajang saat menggoda gadis-gadis. Tetapi semua tahu, ada batas-batas yang tidak boleh dilanggar, untuk menghindari potensial ‘akses rasa’ si bapak guru terhadap sesama pria. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika beliau tinggal di lingkungan yang mendukung akan kecenderungan tersebut? Bisa jadi beliau mungkin sudah menjadi gay. Tetapi Alhamdulillah, beliau akhirnya menikah dengan teman sekelas saya. Punya dua anak dan bahagia.

Kaum LGBT, bukanlah fenomena baru. Ketika Amerika melegalkan undang-undang pernikahan sejenis akhir bulan lalu, semua menghujat dunia mau kiamat. Padahal Belanda sudah melakukannya sejak tahun 2001, menyusul beberapa negara lainnya. Coba tengok ke rentang masa yang lebih lama lagi, di ribuan tahun lalu, ketika kaum umat Nabi Luth menjadi pelaku sodom. Cerita-cerita tentang kaum Sodom hampir sama tuanya dengan cerita manusia itu sendiri.  

Saya percaya Tuhan punya suatu sekenario positif atas fenomena ini. Jika dulu Tuhan menjadikan Nabi Luth sebagai utusannya untuk mengajak kaum Sodom ‘bertobat’–meski kemudian mereka membangkang, di hari ini, mungkin Tuhan ingin memberi kesempatan kita untuk lebih banyak menebar cinta dan kasih sayang kepada mereka, dan bukannya menghujat atau memaki. Sesekali tempatkan  diri kita pada posisi mereka. Apakah kita senang dimaki? 
Be a rainbow in someone's else cloud. –Maya Angelou.
However, in my opinion, merangkul mereka  bukan berarti harus mendukung atau mendorong mereka melakukan pernikahan sejenis. Call me kampungan, tetapi untuk pernikahan sejenis ini, entahlah, saya menolak. Saya tidak sedang berlaku seolah-olah saya ini seorang pendakwah agama, tetapi ini adalah sesuatu yang memang melawan kodrat alam.

Tuhan sudah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, agar seimbang. Siang dengan malam. Hitam dengan putih. Kanan dengan kiri. Jika itu semua tak bekerja dengan semestinya, hasilnya akan timpang. Salah satu ketimpangan dari pasangan sejenis ini adalah mereka tidak akan pernah bisa memiliki keturunan. Bukankah dipasangkannya laki-laki dan perempuan adalah bertujuan untuk melanjutkan generasi?  

Menyikapi bertebarnya profil pelangi yang digunakan oleh mereka yang ada di friendlist saya, pun saya tidak mau ambil pusing, apalagi sampai memaki mereka, apalagi sampai bertanya; ‘kau L atau G’? Itu adalah tindakan dan pertanyaan bodoh. Mereka adalah orang-orang dewasa, yang sadar dengan segala keputusan serta konsekuensi atasnya. We have our choice, they have their own choice too.

Tetapi dijadikannya pelangi sebagai simbol toleransi LGBT, sungguh tidak bisa saya toleransi sama sekali, jika tidak boleh saya katakan bahwa saya kesal, hehe.

Saya menyukai pelangi. Dan saya kira, siapapun menyukai pelangi. Pelangi adalah simbol keberagaman, keheterogenan, dan bukannya kehomogenan. Di sini saja mereka sudah kontradiktif. Pelaku ‘homo’, tetapi menggunakan simbol ‘hetero’. Seharusnya warna itu netral, bukan milik kelompok tertentu.

Lebih dari itu, saya agak khawatir dengan dampak yang ditimbulkan. Takutnya nanti lama-lama, tidak ada lagi orangtua atau guru yang mengajarkan lagu ‘Pelangi’ ke anak-anaknya. Padahal lagu tersebut sangat bagus maknanya, yakni mengajarkan akan keagungan Sang Pencipta. Takutnya nanti, anak-anak kita tidak mau lagi membaca novel Laskar Pelangi atau buku apapun yang berjudul Pelangi, padahal bukunya sangat menginspirasi. Lama-lama… lama-lama… segala apapun yang berwarna atau berjudul pelangi dienyahkan, dan akhirnya pelangi benar-benar sah hanya milik kaum LGBT. Hiks…

Bahkan beberapa logo perusahaan internasioanl juga menggunakan warna pelangi. Ini sudah lama digunakan, jauh sebelum pelangi dijadikan warna simbol kaum LGBT, jauh sebelum pro-kontra legalisasi tersebut.


Jadi, mari cerdas.

Saat besok-besok melihat pelangi dalam bentuk apapun, tak perlu lagilah kita berujar; “Hei… pendukung LGBT!”

“Plis deh, ah!”

The Best Gift

$
0
0

Dua tahun belakangan, saya sudah agak jarang ikut lomba blog. Bukan tidak ingin, tapi tidak sempat ya booo. Soalnya, thesis saya menunggu untuk direvisi :D sementara menulis untuk diikutkan ke lomba blog itu lumayan menguras pikiran lho, apalagi kalau temanya agak berat. Ini buat saya, ya.

Sebenarnya, menulis di blog itu sifatnya sangat fleksibel. Meski dengan tema berat misalnya, tetap tidak seberat menulis artikel ilmiah tho.  Tetapi mungkin karena saya saja yang tak bisa berkonsentrasi dengan baik. Konsentrasi saya menjadi terbelah antara merevisi thesis dan mengejar hadiah, bhahahaa… Saat memegang thesis, saya kepingin ikut lomba ini itu. Tetapi saat mulai menulis untuk lomba, thesis saya terbengkalai, akhirnya jadi kepikiran, akkhirnya tulisan untuk lomba menjadi tak maksimal. Tak jarang banyak yang hanya menjadi draft saja tanpa benar-benar selesai.

Saya ini orangnya tidak kreatif. Agak lemot malah. Ide suka datang terlambat, itupun setelah melewati proses berpikir yang lama. Yang saya pelajari (diam-diam) selama tiga tahun belakangan ini, bahwa salah satu trik untuk menjadi pemenang adalah dengan menulis yang out of the box(salah satu ya, artinya nggak selalu). Nah.. nah… saya ini termasuk penulis (blogger) yang susah untuk berpikir out of the box, saking lemotnya :v  Mestilah draft-nya sudah disiapkan agak lama, didiamkan agak lama, dicarikan data pendukung yang akurat. Cukup? Belum. Kalau mau yang out of the box, tulisannya ya harus unik, idenya harus sedikit nakal, agak nyeleneh, agak-agak mengajak berpikir. Nah… nah… ini niiih yang saya belum sampai ke tingkat itu. Itu adalah tingkatan menulis yang masih terlalu tinggi untuk orang selemot saya, LOL. Eh tapi, tidak semua lomba blog begitu yaaa… malah banyak juga kok yang lebih ke menuntut kreatifitas dalam mengelola konten (tulisan, foto, dan video). Kalaupun tidak menuntut harus out of the box, ada sesuatu yang menarik lah dari tulisannya hingga menjadi pemenang.

Tetapi, ada satu lagi kategori menang yang agak-agak susah dipahami nalar karena keterbatasan akal manusia. Itu adalah kategori menang karena keberuntungan, atau ‘mitos’ memang sudah rejekinya :D. Ada 'tangan' Tuhan yang bermain di sini. 

Pertengahan Juni lalu, saya memenangkan lomba blog dengan tema ‘Sehat Tanpa Narkoba’ yang diadakan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Aceh (BNNP Aceh). BNNP Aceh mengadakan lomba tersebut memang dalam rangka menyambut Hari Anti Narkoba Internasional yang diperingati setiap tanggal 26 Juni. Jadi pada tanggal 26 Juni lalu, saat memperingati Hari Anti Narkoba Internasional, acara penyerahan hadiah untuk pemenang blog adalah menjadi bagian dari selebrasi tersebut. Kegiatan tersebut dilaksanakan di kantor BNNP Aceh yang berlokasi di jalan Geuchik Ahmad Amin, Lamcot, Banda Aceh.  Dari keempat pemenang, hanya saya (perwakilan) yang bisa hadir ke kantor tersebut, mengikuti semua kegiatannya sedari pagi sampai acara selesai. Intinya tidak hanya mengikuti kegiatan menerima hadiah saja.




Boleh baca tulisannya di SINI.

Dengan kemenangan tersebut, bukan berarti saya sudah mencapai tingkat kemahiran mengolah ide yang out of the boxseperti yang saya tulis di atas. Bukan sama sekali. Kalau boleh saya katakan, saya mungkin masuk dalam kategori keberuntungan atau ‘mitos’ ‘memang sudah rejeki saya di situ’ :D. Kesannya agak mengenaskan sih, tapi ini adalah prasangka yang menyehatkan *mencoba sok bijak

Mengapa saya katakan hanya bahwa ini (mungkin) hanya soal keberuntungan saja? 

Pertama, saya menulis di hari terakhir lomba.   

Pengalaman (menjadi competitor lomba blog yang banyak kalahnya) mengajarkan saya bahwa, mengikuti lomba di hari terakhir lomba adalah tindakan bunuh diri. Mengikuti yang saya maksud adalah memulai semuanya di hari terakhir, mulai dari mencari referensi, membaca semuanya, membuat draf tulisan, lalu menuliskannya. Terbayang ya bagaimana repotnya :D Yang ada dapat capeknya saja, hasilnya nihil. Maksud saya, kalau tulisannya sudah maksimal tapi kemudian kalah, itu nggak sesakit kenyataan tulisan yang nggak maksimal (banget) tapi tetap saya daftarkan.

Kedua, mungkin karena pengaruh SEO.

Ya, ini adalah lomba semi SEO. Begitu di hari terakhir saya pontang panting menulis (referensi sudah saya siapkan dari kapan-kapan tapi belum saya baca *sama aja boong :p) lalu submit di detik-detik terakhir penutupan, saya terkapar, bhahaha… Bagaimana tidak? Selain baca-baca link ini itu terkait program Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba, saya juga baca sedikit jurnal dan buku terkait program rehabilitasi penyalahguna narkoba secara umum. Banyak membaca membuat saya pusing :D

Barulah besoknya ketika terbangun di pagi hari, saya buka lagi dashboard blog untuk optimasi SEO. Buat saya, konten harus yang utama saya bereskan sebelum didaftarkan, SEO mah belakangan. Bisa besoknya. Jadi ketika besok paginya selesai optimasi SEO, hanya dalam waktu setengah hari saja, tulisan saya langsung masuk ke halaman 2 Google. Dan dua hari kemudian, dia langsung masuk ke halaman 1 Google dengan berada di peringkat paling atas. Hari-hari selanjutnya, dia tetap di situ nggak pindah-pindah. Keren kan ilmu SEO abal-abal saya, wkwkwkk…

Jadi, itulah yang saya maksud dengan keberuntungan tadi :D Mungkin saja, ya mungkin saja, keberuntungan sedang berpihak pada saya. Mungkin saja, ini sudah ditakdirkan menjadi rejeki saya.

By the way, ini bukan postingan sok-sok-an ya, karena sadar diri saya tidak ada apa-apanya dibanding teman-teman yang sudah mengumpulkan pundi-pundi dari berbagai lomba blog, tetapi tetap saya ingin mengucapkan Alhamdulillah.

Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya buat teman-teman di grup BM (maaf, inisial saja karena ini adalah grup rahasia teman-teman akrab saja :D), yang telah sangaaat banyak berbagi ilmu tentang blogging, termasuk SEO. Langsung aku terapkan di blog dan berhasil. Horeee… *norak yeee :p

For me, spending days with you guys is the best gift ever, not that gift I got.
Each day provides its own gifts. –Marcul Aurelius

Hadiahnya apa?

Tunggu postingan selanjutnya *sok rahasia :p

ASUS Zenfone 5, Hadiah dari Badan Narkotika Nasional Provinsi Aceh

$
0
0
Kamis, 25 Juni 2015, saya menerima email dari Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh untuk pengambilan hadiah lomba blog yang diadakan oleh BNNP Aceh. Dalam email tertulis bahwa pengambilan hadiah adalah besoknya (26 Juni 2015). Karena saya tidak bisa menghadiri undangan tersebut, maka kehadiran saya diwakilkan saja.

Lomba blog ini sendiri adalah bagian dari rangkaian kegiatan menyambut Hari Anti Narkoba Internasional yang diperingati setiap tanggal 26 Juni. Meskipun lomba ini dilaksanakan oleh BNNP Aceh, tetapi ini adalah kegiatan nasional, artinya peserta (blogger) boleh dari mana saja, blogger Indonesia baik yang tinggal di dalam maupun luar negeri. Lomba ini dimulai sejak tiga bulan lalu (Maret) tetapi entah kenapa jumlah peserta agak sedikit (50-an blogger). 50 adalah jumlah yang agak sedikit menurut saya :D Mudah-mudahan saat diadakan lomba yang sama lagi di tahun depan, banyak blogger yang ikut, ya.

Saya tidak sendiri. Ada tiga peserta lainnya yang juga menerima email yang sama, yaitu Leyla Hana, Liza, dan Dini. Mereka adalah para jawara juga. Tetapi hanya saya sendiri (perwakilan) saja yang bisa hadir pada tanggal 26 Juni tersebut. Dari empat orang, dua orang berdomisili di pulau Jawa dan dua lagi adalah blogger Aceh (termasuk saya). Blogger Aceh satunya lagi (Liza) tinggal jauh dari ibukota provinsi Aceh.  

Pada 26 Juni, ternyata wakil saya tidak hanya datang untuk mengambil hadiah saja, melainkan diminta ikut juga dalam kegiatan peringatan Hari Anti Narkoba Internasional tersebut. Kegiatan tersebut dilaksanakan di depan kantor BNNP Aceh di Jalan T. Muhammad Hasan, Lamcot, Banda Aceh. Pagi hari dimulai dengan apel pagi, lalu dilanjutkan dengan seremonial peringatan Hari Anti Narkoba Internasioal. Semua kegiatan diikuti sampai selesai. Barulah kemudian serah terima hadiah.
BNNP Aceh
Penyerahan hadiah berupa sertifikat oleh Kepala BNNP Aceh, Bapak Drs. Armensyah Thay
BNNP Aceh
Penyerahan hadiah berikutnya oleh Kasie Pencegahan BNNP Aceh, Bapak Tarmizi, S.H 
Terima kasih BNNP Aceh :D

Hadiahnya adalah sebuah smartphoneASUS Zenfone 5 yang elegan dan sertifikat.
ASUS Zenfone 5
Itu nama asli saya :D

Boleh dibilang ini adalah smartphone idaman.

Sejak tahun lalu, saya punya keinginan bisa memiliki smartphone dan laptop gratis dari hasil ngeblog. Laptop saya sudah rusak sejak tahun lalu. Nanti akan saya buat postingan tersendiri. Sedangkan smartphone, saya sudah punya sebetulnya, tapi sudah agak jadul. Eh tidak jadul sekali sih sebetulnya, cuma saya saja yang ingin lebih kekinian, hahaa. Hape yang saya punya sekarang adalah Samsung Galaxy Young (touch screen) dan saya sangat puas menggunakannya. Tetapi kapasitasnya kecil. Saya berencana ingin punya dua nomor, jadi saya membutuhkan hape satu lagi yang agak kekinian. Agak lebih update dari yang punya sekarang lah ya :D Alhamdulillah bisa mendapatkannya tanpa harus membeli. Jadi, tinggal laptop saja nih yang belum didapat secara gratis. Ingin ikut lomba blog lain biar bisa dapat laptop juga. Semoga ya, Aamiin.

Berkenalan dengan ASUS Zenfone 5
Sejujurnya, ini pengalaman pertama saya mendapatkan gadget dengan merk ASUS. Dulu, kita tahunya ASUS adalah merek komputer jinjing. Kita? Atau cuma saya saja? :D Yang sering saya dengar, notebook atau laptop ASUS adalah merek yang direkomendasikan. Kebetulan pun saya mendapat rekomendasi yang sama saat saya ingin membeli laptop baru. Rekomendasi langsung dari tehnisi perkomputeran. Waktu itu saya jalan-jalan ke toko komputer untuk melihat-lihat saja (setelah laptop saya rusak) dan diberitahu akan hal tersebut.

Seiring perkembangan teknologi di mana orang-orang semakin mobile dan kebutuhan orang-orang akan smartphone kian meningkat, ASUS tidak hanya memproduksi notebook saja, tetapi juga smartphone.

ASUS Zenfone 5 bukanlah produk mutakhir ASUS saat ini, tetapi lumayanlah dibanding hape saya sebelumnya. Kualitas kameranya lebih jernih dan memiliki kapasitas yang lebih besar.  
Foto: eshop.asus.com
Desain: Desain yang ada pada ASUS adalah desain yang rapi, minimalis, dan elegan.
Wah, tampaknya saya memang berjodoh dengan ASUS. Saya adalah pencinta berat desain minimalis dan elegan. Simpel tapi menawan. Terlihat sederhana tapi mewah.

Spesifikasi lainnya:
OS: Android OS, v4.3 (Jelly Bean)
CPU: Dual-core 1.6 GHz
SIM: Dual SIM GSM GSM
RAM: 2/1 GB
WLAN: Wi-fi 802.11 b/g/n, Wi-fi Direct, hotspot.
Layar Display: HD 5 inchi dengan resolusi layar 1.280 x 720 pixel.
Baterai : kapasitas 2.110 mAh
Kamera : kamera belakang 8 MP, depan 2 MP.

Keren, ya :D

5 Komik Jepang yang Diadaptasi ke Dalam Drama

$
0
0
Komik Jepang yang Diadaptasi ke Dalam Drama

Setelah tempo hari aku menulis tentang kegilaanku pada komik Jepang ketika masih muda dulu (sekarang tetap masih muda, tapi dengan usia yang sudah bertambah :D), aku punya beberapa daftar komik Jepang yang diadaptasi dalam bentuk drama. Komik yang diadaptasi dalam bentuk drama, bikin aku senang banget. Kegiatan mantenginserial cantik komik Jepang waktu masih unyu-unyu alay dulu akhirnya tergantikan dengan media lain, yakni  drama. Drama Asia lebih tepatnya. That’s whykenapa aku suka nonton drama Asia. Ini sekaligus menjawab pertanyaan beberapa orang (sok seleb, wkwkk), kok aku suka banget sih sama drama Jepang atau Korea? Nah, itu dia latar belakang ya buk-ibuk :D

Di antara semua drama Asia (Jepang, Korea, China, Taiwan) yang diadaptasi diadaptasi dari komik, yang menurut aku sangat komikal sekali adalah drama Jepang. Bagaimana yang di komik, begitu jugalah versi dramanya. Misalnya nih; di komik kan kita suka lihat tuh orang diseret-seret di jalan, ada juga yang dipentung trus keluar bintang-bintang di sekeliling kepalanya, ada juga yang suka nonjok muka orang terus yang ditonjok matanya melotot kadang biji matanya sampai keluar. Ajaibnya, sehabis mendapat semua tindakan barbar tersebut, tokoh komiknya tetap segar bugar, bhahaha… Yeah… namanya juga komik. Agak-agak nggak masuk akal, tapi tetap disukai oleh banyak orang di hampir seluruh dunia. NGAKU NGGAK? Hihiii…

Kalau drama Korea, China, dan Taiwan, agak tidakfull bangetngikutin gayanya komik. Tapi nuansanya tetap seperti komik. Misalnya, adegan ciuman, adegan dipeluk dari belakang, adegan digendong (piggyback), adegan tertidur di bahu, adegan menangkap tangan seseorang yang lagi jalan secara tiba-tiba, adegan menarik tangan cewek oleh si cowok.  Adegan-adegan itu semua ada dalam drama Asia. Nggak Jepang, Korea, Taiwan, maupun China… samaaaaa, hahaa… Dan adegan itu semua ada dalam komik Jepang juga, terutama serial cantik atau serial romance sejenis Candy Candy. Buat yang pernah jadi penggemar Candy Candy, pasti tahu deh:D Malah sekarang, Thailand sudah mulai ikut-ikutan lho bikin drama dengan adegan-adegan yang nggak ada matinya tersebut, LOL.

Jadi, ini beberapa komik Jepang (Manga) yang diadaptasi ke dalam drama. Ohya, umumnya komik ini berseri, ditulis dalam waktu yang panjang (biasanya memakan waktu tahunan), sehingga saat diterbitkan pun tidak sekaligus semua seri, tergantung kapan penulisnya selesai menuliskannya.

Hana Yori Dangoatau Boys Over Flowers

Komik ini ditulis oleh Yoko Kamio. Jumlah semua serinya ada 37. Artinya, ada 37 buku komik. Dengan seri sepanjang itu dan ceritanya yang complicated, dari seri 1 sampai endingdi seri 37,  memakan waktu terbit selama 10 tahun. Seri 1 dirilis tahun 1993, dan seri ke-37 rilis tahun 2003. Meskipun ini adalah komik Jepang, tetapi negara  yang pertama kali mengadaptasi komik ini ke dalam drama adalah Taiwan. Hayooo… siapa yang masih ingat dengan serial Meteor Garden? Aku yakin kalian pasti ingat. Soalnya ini drama Asia ngehits banget di tahun 2001. Poster Jerry Yan sempat menghiasi dinding kamar lah, LOL. Barulah di tahun 2005, Jepang  mengadaptasinya juga dengan judul sama seperti judul versi Jepangnya, Hana Yori Dango. Terakhir Korea juga melakukannya, dengan judul yang sama versi Inggrisnya, yaitu Boys Over Flowers, tayang tahun 2009. Sudah tahu dong yaaaaa… siapa yang main. Siapa lagi kalau bukan bintang Asia yang sedang bersinar terang benderang sekarang ini, bintang yang paling diuber-uber oleh media paparazzi Disptach.  Tunjuk àLee Min Ho. Aheuuuum…

Komik ini termasuk komik Jepang terlaris di dunia, dengan penjualan 37 juta kopi (menurut Wikipedia). Semua serial adaptasi Boys Over Flowers (Taiwan, Jepang, Korea) sukses besar dan memiliki fanbase masing-masing. Ada yang lebih suka versi Taiwan, ada yang lebih suka versi Jepang, ada yang lebih suka versi Korea. Aku sendiri, lebih suka versi Korea. Kalian suka versi yang mana?

Indonesia juga pernah mengadaptasinya, tapi gagal total. Entah kenapa kalau PH kita yang mengadoptasi punya orang, jarang sukses -_-

Hana Kimi

Komik yang ditulis oleh Hisaya Nakajo ini bercerita tentang seorang cewek Jepang yang tinggal di Amerika. Suatu hari dia menonton TV dan melihat penampilan seorang atlit cowok di TV. Sejak saat itu dia ingin ke Jepang karena dia tergila-gila dengan atlit tersebut. Ceritanya agak absurd ya. Kok bisa gitu lho seseorang tergila-gila dengan seseorang yang lain hanya dari menonton TV. Well, mungkin bisa saja. Kayak seseorang yang tergila-gila sama Lee Min Ho, mungkiiiiin. Tapi, sampai harus mengejarnya dengan melintasi batas negara, itu yang bikin absurd. Walaupun dia orang Jepang, tetap saja absurd. Dari Amerika ke Jepang itu kan lumayan jauh. Tapi ya sudahlah, namanya juga komik, anggap saja dia sedang pulang kampung, LOL. Walapun ceritanya absurd, kita tetap suka, kaaaaaan? HAYO NGAKU!

Komik Hana Kimi ada 23 seri, terbit pertama kali tahun 1996 dan ending-nya terbit tahun 2004, dan diangkat ke layar televisi Jepang tahun 2007. Tahun 2012, menyusul Korea yang mengadaptasinya ke dalam drama (judulnya To the Beautiful You). Kabarnya, baik versi Jepang maupun versi Korea, kedunya sukses berat. Kenapa katanya? Karna aku belum menonton dramanya, haha…

Itazura Na Kiss

Komik ini ceritanya sangat klise sekali. Bercerita tentang seorang siswi SMA yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang cowok beken di sekolahnya. Cowok itu, sudahlah tajir melintir, pintar pulak. Sementara si cewek tadi, sudahlah hidupnya malang, oon pulak. Klise banget, kan? :D

Ditulis oleh Kaoru Tada, penerbitan komik ini memakan rentang waktu yang singkat dari seri 1 – 25.

Tapiii… walaupun ceritanya sangat klise sekali, komik ini telah diadaptasi dalam bentuk drama dan anime. Jepang, Taiwan, Korea, sudah membuat dramanya. Dan semuanya sukses berat dengan fanbasemasing-masing (mirip-mirip Hana Yori Dango ya, hihii). Saking suksesnya, Jepang sampai beberapa kali meremakedrama ini. Adaptasi pertama tahun 1996, terakhir tahun 2013 mereka adaptasi lagi dengan pemain yang masih fresh dan baru. Korea mengadaptasinya ke dalam drama di tahun 2010. Taiwan sampai bikin dua kali drama dari komik ini, yang pertama judulnya It Started with Kiss dan yang kedua versi Taiwan berjudul They Kiss Again. Dan, semua judul drama adaptasinya baik Jepang, Taiwan maupun Korea, semua ada kiss-kiss-nya. Cmiiw.

Sekarang kabarnya, Thailand akan menyusul Jepang, Taiwan, dan Korea.  Thailand juga akan mengadaptasi komik Itazura Na Kiss ke dalam drama. Sudah ditunggu-tunggu tuuuuh sama fans-nya Mike-Aom couple *lirik mbak Lia Nurmalasari :p :D

Antique Bakery

Komik ini ditulis oleh Fumi Yoshinaga dari tahun 1999-2002. Bercerita tentang empat pria yang bekerja di sebuah bakery dan cerita-cerita yang mengiringi hari-hari mereka. Telah diadaptasi ke dalam drama Jepang (2001) dan Korea (2008). Tapi di Korea dalam bentuk film, bukan serial TV.

Dari semua komik dalam list ini, cuma Antique Bakery yang aku nggak familiar karena aku nggak pernah melihatnya. Dari petualanganku huntingkomik dari satu rental ke rental lainnya, dulu, aku nggak pernah lihat komik ini. Nggak tahu juga kalau aku yang silap :D

Nodame Cantabile

Siapa sih penggemar komik romance yang nggak tahu sama Nodame Cantabile? Komik yang ditulis oleh Tomoko Ninomiya ini masuk dalam kategori komik Jepang terlaris (23 juta kopi menurut Wikipedia), sedikit di bawah Boys Over Flower. Yang bikin aku suka suka suka sama komik ini adalah karena Nodame Cantabile bercerita tentang dunia musik. Tokoh utama cowoknya yang bernama Chiaki Sinichi adalah seorang pianisyang berambisi menjadi conducter,  dan tokoh ceweknya, Nodame Megumi, juga seorang pianis. Sejak kapan-kapan, aku selalu jatuh cinta dengan tokoh cowok fiksi yang pianis *tiba-tiba ingat Alex Hirano-nya Sunshine Becomes You. Chiaki dan Nodame bertemu di sebuah sekolah musik dan melewati hari-hari dengan berbagai cerita. Chiaki gantengnya selangit sementara Nodame hancurnya minta ampun. Sudah nggak ada cantik-cantiknya sama sekali, Nodame adalah mahasiswa yang jorok. Bukan cuma dekil, tapi jorok! Dia nggak pernah mandi selama seminggu, kamar apartemennya kayak gudang nggak pernah dibersihkan, sisa makanan sampai jamuran lumutan di kamarnya, segala macam kecoa dan binatang kotor lainnya bersemayam di kamarnya. Siapapun yang masuk ke apartemennya, dijamin pingsan duluan, LOL. Ini nih apartemen Nodame Megumi versi dramanya, kayak di hutan ya :D

Di Jepang, komik ini diangkat ke drama pada tahun 2006. Semua pemainnya sangat pas memainkan karakter masing-masing, dan yang pasti komikal banget. Itu yang penting :D  
Drama ini sukses beratsss. Kalau aku diminta menonton ulang drama ini, dua kali lagipun aku rela. Demi Chiaki Senpaaai. Pokoknya ini one of the best Japanese dramas.
Haiiii... abang Chiaki ganteng :D
Tahun 2014, Korea membuat remake-nya, sayang gagal total. Bahkan sedari awal ketika KBS Korea mengumumkan hal ini, orang-orang banyak yang protes. Soalnya bukan apa-apa, banyak yang nggak rela tokoh Chiaki dan Nodame yang sudah melekat di benak mereka (termasuk saya) selama ini diperankan oleh orang lain. Ternyata, kekhawatiran orang-orang terbukti. Dramanya anjlok. Aku bahkan berhenti menontonnya saat di awal-awal. Kalau boleh aku bilang Nodame Cantabile versi Korea adalah versi maksa. Mungkin mereka juga dihantui oleh keberhasilan drama versi Jepang-nya. Sayang sekali, dari sekian banyak drama remake Korea yang sukses, sepertinya ini tidak berlaku untuk Nodame Cantabile.

Itulah beberapa komik Jepang yang sudah diadopsi ke dalam drama Asia dan menuai sukses yang sama sebagaimana komiknya.

Ada yang sudah menonton semua atau sebagiannya?

Pentingnya Hidrasi Sehat Saat Berpuasa

$
0
0
Pentingnya Hidrasi Sehat saat Berpuasa, Kiat Hidrasi Sehat saat Berpuasa

Seingat saya, seumur-umur saya tidak pernah berbuka puasa dengan air putih tok, kecuali tahun ini. Apa pasal? Mari kita tengok untuk tahun-tahun yang sudah lewat terlebih dahulu.

Yang bisa saya ingat, saat saya mulai berpuasa antara kelas 3 atau 4 SD, pengalaman puasa adalah pengalaman yang lumayan bikin horor. Sumpah. Itu adalah ibadah yang paling menyiksa buat saya! Bagaimana tidak? Dibangunkan sahur dengan susah payah–saya orang yang susah bangun pagi–lalu makan dengan ogah-ogahan lalu lanjut tiduuur lagi. Terbangun keesokan harinya, bukannya segar bugar, badan malah lemas karena… sudahlah makannya cuma beberapa suap, minumnya juga sedikit. Lemas di awal, membuat diri ini ‘barbar’ di akhir (waktu berbuka).  Semua menu digasak dalam satu waktu. Lega? No. Justru bertambah tak berdaya karena kekenyangan, LOL.

Itu baru perilaku saat berhadapan dengan makanan, belum berbicara tentang gaya hidup berbuka keluarga besar saya selama ini.

Ketika berbuka, salah satu yang tidak boleh tinggal dalam keluarga saya adalah es batu. Bukan cuma air dingin, tapi es batu ya booo! Es batu ini dicampurkan dengan minuman manis untuk berbuka. Eits, kalau boleh saya bilang, es batu bukan hanya menjadi sesuatu yang wajib di keluarga kami, tetapi di semua keluarga-keluarga lainnya yang kami kenal; tetangga, sanak-saudara-handai-taulan, kenalan jauh, siapapun. Ya, siapapun, sejauh yang bisa saya ingat, siapapun yang saya kenal dulu, pastilah menjadikan es batu sebagai pelengkap wajib di rumahnya saat berbuka. Sore hari, bisa dipastikan saya yang selalu disuruh Mamak membeli es batu ke lorong sebelah. Kewajiban anak tertua di bulan puasa; beli es batu. Di jaman itu, kulkas adalah barang mewah. Hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja.  Dalam satu lorong, mungkin hanya satu rumah yang punya kulkas. Maka bulan puasa menjadi bulan yang benar-benar penuh berkah bagi mereka yang memiliki kulkas saat itu. Panen ya, booo! Bayangkanlah, beli es batu saja harus antre, kayak antre sembako di jaman sekarang, LOL.

Bikin teh manis, mesti nyempulingin es batu. Dalam semangka kerok atau pepaya kerok, mesti itu ada es batunya. Pokoknya dalam minuman apapun, es batu wajib menjadi teman. Semakin banyak es batunya, semakin asoy dirasa. Padahal, sehabis glek glek glek dua gelas besar, langsung tuiiing…. pingsan! LOL.

Ada yang punya pengalaman seperti itu juga? Atau mirip-mirip seperti itu, misalnya berbuka dengan es batu menjadi sebuah kewajiban? Kalau ada, yuuk salaman. LOL.

Maka inilah salah satu pengalaman horor dalam bulan puasa, baru minum saja, rasanya sudah tidak sanggup untuk bergerak. Mamak saya nih yang paling ribut di saat-saat begini.

“Ekyyyyy… Salat Magrib sana!” suara Mamak menggelagar :D
“Uh… uh… uh… bentar Maaaak, masih pingsan.”
Lha, pingsan kok bisa ngomong? LOL.
Masih lanjuuuuuut, LOL
Yeah… begitulah bertahun-tahun gaya hidup berpuasa keluarga kami. Alih-alih niat beribadah lebih maksimal, gaya hidup yang salah selama bulan Ramadan malah membuat tubuh lemas loyo letih lesu dan mengantuk. Niatnya sih biar kenyang, biar ibadah tokcer, tapi kekenyangan berlebihan adalah penderitaan yang tak kalah mengerikan sebagaimana kelaparan. Ujung-ujungnya membuat kita malas. Salat magrib telat dan Salat Taraweh terabaikan. Padahal Mushalla jaraknya hanya sepelemparan batu saja dari rumah.

Sebenarnya kita dulu sangat tahu bahwa berbuka dengan air dingin, apalagi jika diminum dalam jumlah yang banyak sekaligus karena aksi balas dendam akibat kehausan seharian, bisa membuat tubuh lemas tak berdaya. Kita tahu karena kita mengalaminya, bukan? Kita? Atau saya saja? Tetapi, hal ini sudah menjadi kebiasaan yang turun temurun. Sepanjang ingatan saya berbuka di rumah-rumah orang, di rumah-rumah saudara, minuman dingin dengan es batu masih berwujud di dalam tempat minuman, wajib ada. Kita juga tidak belajar dari pengalaman. Ketika terkapar lemas hari ini setelah berbuka, besoknya kita lupa. Ya, ngulang lagi perilaku yang sama karena lupa. Begitu seterusnya. Minuman air putih nyaris terabaikan!

Kenapa kalau terlalu kenyang bisa menyebakan kita mengantuk, cepat lelah, dan malas?

Makan terlalu banyak dalam satu waktu membuat lambung harus mengeluarkan enzim pencernaan secara berlebihan. Ya, bagaimana ya, ini makanan sudah terlalu diforsir masuk ke lambung, mau tidak mau lambung harus bekerja secara ekstra. Baiknyooolambung kita ini. Coba kalau dia ‘ngambek’ gara-gara perilaku buruk di atas, bisa-bisa kita kolaps. Masalahnya, seberapapun ekstra lambung bekerja, dia punya keterbatasan juga. Karena ingin mencerna pemasukan yang terlalu banyak tadi, proses pencernaanya berjalan tidak sempurna. Bayangkan alat membuat mie, mana pernah orang memasukkan adonan sekaligus banyak. Pastinya sedikit demi sedikit, dihaluskan tahap pertama, dihaluskan lagi, lalu hasilnya berupa lebaran mie yang mulus. Kita lupa memperlakukan lambung kita seperti itu, karena terlalu memikirkan lidah. Dan, kerja ekstra lambung membuat tubuh menjadi lemas.

Itulah kenapa Rasulullah mengajarkan kita untuk makan secukupnya, yakni makan sebelum lapar dan berhenti sebelum (ke)kenyang(an). Ini adalah jurus jitu untuk menghindari kekenyangan.

Dan, kenapa kalau minum air dingin saat berbuka membuat kita lemas?

Jadi begini, ketika air dingin menyentuh perut, tubuh dipaksa menggunakan energi untuk menghangatkan cairanyang masukke dalam tubuh kitaagar sesuaidengan suhu normal tubuh. Suhu normal tubuh kita itu bervariasi, tergantung umur.

Nah, kegiatan ‘menghangatkan’ cairan dingin ini ‘mencuri’ energi yang seharusnya dibutuhkan untuk memproses makanan. Lebih sadisnya lagi, energi yang digunakan dalam proses ‘menghangatkan’ ini diambil dari energi sisa. Ya, sisa. Karena saat berbuka kita minum dulu kanbaru makan. Alih-alih bekerja untuk mengekstrak semua nutrisi makanan, sistem pencernaan kita bekerja hanya pada mengatur suhu minuman dingin.Inilah yang membuat tubuh kita lemas sehabis meminum minuman dingin saat berbuka.

Lihatlah kerja lambung saat bulan puasa. Harus bekerja ektstra untuk mengolah makanan yang over konsumsi dan gaya minum yang salah.

 So poor my body because of my bad habbit!:( 

Fakta tentang Air dan Cairan Tubuh

Tubuh kita terdiri dari 3 bagian yakni makanan, air, dan udara. Air menempati posisi dengan jumlah terbanyak di dalam tubuh. Persentasenya tergantung pada umur dan jenis kelamin. Semakin muda, maka semakin banyak jumlah cairan dalam tubuh seseorang, begitu juga sebaliknya. Dan jumlah cairan tubuh perempuan lebih sedikit dibanding laki-laki. Untuk mempertahankan agar cairan tubuh tetap seimbang, maka diperlukan cairan dari luar, yaitu air minum yang bersih dan sehat.

Air diperlukan untuk sebagian besar fungsi tubuh antara lain untuk [1]:
  • menjaga kesehatan dan integritas setiap sel dalam tubuh
  • menjaga cairan darah yang cuku agar bisa mengalir dengan mudah
  • membantu menghilangkan produk sampingan dari metabolisme tubuh, elektrolit berlebih (misalnya Natirum dan Kalsium), dan urea, yang merupakan produk limbah yang dibentuk melalui pengolahan protein
  • mengatur suhu tubuh melalui keringat
  • melembabkan selaput lendir paru-paru dan mulut
  • melemaskan sendi dan otot
  • mengurangi risiko cystitis dengan menjaga kandung kemih dari bakteri
  • membantu pencernaan dan mencegah sembelit
  • melembabkan kulit untuk mempertahankan tekstur dan penampilan
  • membawa nutrisi dan oksigen ke sel-sel

Begitu pentingnya air bagi tubuh, maka pastikan kita meminun air dalam jumlah yang optimal agar tidak terjadi dehidrasi. Setiap hari tubuh kita kehilangan air melalui pernapasan, urin, dan usus. Agar tubuh kita bisa berfungsi dengan baik, kita harus mengganti cairan yang hilang tersebut dengan minum air yang cukup dan mengkomsumsi makanan yang banyak mengandung air.

Seberapa banyak air yang dibutuhkan oleh tubuh? Semua pakar kesehatan dan kedokteran di seluruh dunia sepakat bahwa kebutuhan air pada manusia dewasa adalah 2 liter sehari atau 8 gelas sehari.

Lalu bagaimana saat kita berpuasa yang notabene kita tidak makan dan minun selama lebih kurang 13 jam?

Konsumsi Air Minum 2+4+2 di Bulan Ramadan

Berpuasa tidak menghalangi hak tubuh akan kebutuhan pemenuhan cairan tubuh. Sebagaimana di luar bulan Ramadan, maka kebutuhan air di bulan suci ini tetaplah sama. Tetap 2 liter alias 8 gelas sehari. Nah, fakta ini yang kadang sering diabaikan, termasuk saya dan keluarga dulunya, hiks.  Merasa sudah cukup ‘kenyang’ dengan cairan yang bukan berasal dari air putih, maka dicukupkan juga untuk tidak atau kurang minum air putih selama berbuka, sehabis berbuka maupun saat sahur. Minum air putih sangat sedikit sekali.

Di Indonesia, salah satu brand air minum terkenal yang sangat getol mengkampanyekan pentingnya minum air yang cukup saat Ramadan adalah Aqua. Sebagaimana yang dikemukakan oleh dr. Jack Pradono Handojo, MPH, dalam kampanye Program #Aqua242 saat konferensi pers di Jakarta awal Juni lalu [2]:
“Para ahli hidrasi Indonesia merekomendasikan pola minum #AQUA242, yaitu dengan meminum dua gelas air putih saat berbuka, 4 gelas saat makan malam hingga menjelang tidur, dan dua gelas saat sahur.”
Pentingnya Hidrasi Sehat saat Berpuasa, Kiat Hidrasi Sehat saat Berpuasa
Ferdi Hasan. Foto; Fanpage Sehat Aqua

Saya sudah mempraktekkan cara konsumsi minum 2+4+2 ini selama Ramadan dan Alhamdulillah puasa saya lancar-lancar saja sampai hari ini. Seperti hari ini. Tadi sore saya berbuka dengan segelas air putih dan dua buah mangga yang saya beli di Fresh Market. Mangga Thailand yang rasanya manis alami. Jadi anjuran berbuka dengan yang manis saya dapatkan dari manis alami dua buah mangga saja, bukan teh manis atau sirop seperti tahun-tahun sebelumnya. Setelah makan dua mangga dengan ukuran sedang tersebut, saya betul-betul merasa kenyang. Lalu saya tutup dengan minum segelas air putih sebelum melaksanakan Salat Magrib. Kenyang tapi tidak kekenyangan. Sangat pas. Ibadahpun tenang tanpa harus ah uh ahuh karena kecapekan yang disebabkan oleh kekenyangan. Alhamdulillah. Kenapa saya baru menyadarinya sekarang, ya? *tepok jidat. Tapi tidak apa-apa lah yaaa, lebih baik telat daripada tidak sama sekali :D

4 gelas selanjutnya saya lakukan saat malam. 1 gelas saat makan + 1 gelas setelah makan. 1 gelas di jeda waktu Taraweh, dan 1 gelas lagi saat akan tidur. Terakhir, 2 gelas air putih di waktu sahur (segelas sebelum makan dan segelas setelah makan). Jadi genap 8 gelas.
Tuh, Lee Jong Suk aja rela nenteng-nentang galon air minum biar hidup sehat katanya. Pantesaaan, kamu ganteng, ya. Rupanya rahasianya adalah rajin minum air puith. LOL.  

Sekarang, cara minum air yang benar selama Ramadan sudah tahu, sudah dilaksanakan juga, nah yang tak kalah penting setelahnya adalah bagaimana menghindari haus selama berpuasa. Iya, suplai air minum 8 gelas sudah cukup, tetapi kadang ada beberapa hal yang merangsang atau menciptakan rasa haus. Apalagi Ramadan tahun ini jatuh pada puncak musim kemarau, terutama pada negara-negara dengan iklim tropis dan hanya memiliki dua musim. Sementara di sebagian besar negara-negara dengan empat musim, kecuali Australia, Juni-Juli adalah puncaknya musim panas, sehingga mereka berpuasa selama lebih dari 20 jam. Bahkan di Rusia, matahari nyaris tidak tenggelam. Masya Allah,  betapa berat ujian Umat Muslim di Ramadan kali ini.

Ini beberapa tips menghindari haus selama Ramadan [3], selain minum 8 gelas seperti yang saya sebutkan di atas. Jangan salah lho, walaupun kita sudah maksimal minum 8 gelas air, tapi kalau tidak ditunjang dengan gaya makan dan minum yang sehat, maka kita akan tetap kehausan, karena faktor-faktor berikut. Jadi dihindari ya:

1.  Hindari makanan kombinasi pedas dan panas, terutama pada saat Sahur. Saya yakin kalian semua pernah makan bakso, kan? Walaupun makan baksonya tetap diselingi dengan sering minum air, coba tunggu setengah jam atau satu jam kemudian, kalian pasti akan merasa sangat kehausan. Padahal tadi, setelah makan bakso sudah minum banyak lho, tapi tetap saja sejam kemudian merasa sangat kehausan. Rasa kehausannya persis kayak kita sudah nggakminum selama beberapa jam.

2. Jangan makan atau memasak makanan dengan terlalu asin. Jangan makan ikan asin, ikan kaleng, atau apapun jenis makanan yang diawetkan. Penggaraman tingkat tinggi merupakan salah satu cara mengawetkan makanan. Natrium dalam garam disinyalir bisa menarik ion air tubuh dalam jumlah banyak. Sehingga belum lagi setengah hari berpuasa, kita sudah merasa kehausan (dehidrasi ringan). 

3. Hindari minum teh atau kopi saat sahur. Teh disinyalir mengandung zat yang akan membuat kita kehausan. Menurut Dr. Inge Permadi SpGk [4] kopi dan teh adalah jenis minuman yang bersifat diuretik yang bisa membuat kita sering buang air kecil. Bayangkan kalau kita sering buang air kecil ini pada saat kita sedang berpuasa, kita tidak serta merta bisa menggantikannya segera, bukan? Jadi BIG NO NO teh dan kopi saat sahur!
No Coffee! Kata Jung Yong Hwa
Pada akhirnya Ramadan bukan hanya tentang bagaimana mendisiplinkan diri untuk beribadah, tetapi juga  disiplin terhadap gaya hidup agar bisa melaksanakan ibadah dengan baik.

Selamat menunaikan ibadah puasa yang tinggal beberapa saja ke depan. Mari kita sambut hari Fitri nan barokah. 


Referensi:
1. http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/water_a_vital_nutrient?open
2. http://wartakesehatan.com/49957/242-rumus-sehat-dari-aqua-saat-puasa
3. http://www.nestle-family.com/my-ramadan/ramadan-articles/english/stay-hydrated-during-ramadan.aspx
4. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/15/06/19/nq6fww-jangan-minum-teh-saat-sahur-mengapa

Sumber pendukung:
http://www.aqua.com/
Fanpage Sehat Aqua

Takdir, Putra Aceh Pemenang Pertama Lomba MTQ Internasional di Turki 2015

$
0
0

Takdir, Putra Aceh Pemenang Pertama Lomba MTQ Internasional di Turki 2015
Judulnya seperti judul berita-berita di portal online, yak :D Tetapi ini bukan tulisan sejenis berita. Saya menulis tentang ini lebih karena saya mengenal Takdir secara pribadi.

Nama Takdir Feriza dalam bulan Ramadan ini menjadi hotnesw di hampir semua media-media di Aceh, baik portal maupun media cetak. Takdir juga menjadi bahan pembicaraan para netizen di Aceh, mulai dari rakyat jelata sampai pejabat. Bukan pembicaraan yang buruk, malah sebaliknya, sebuah prestasi yang membanggakanlah yang membuat orang berdecak kagum dan membicarakannya. Terbukti, tidak selamanya membicarakan orang bermakna negatif, tho. Ya, nama Takdir menjadi pemberitaan akihir-akhir karena dia baru saja mendapat juara pertama pada MTQ Internasional di Turki, yang berlangsung beberapa hari lalu di Istanbul.

Saya mengenal Takdir, boleh dibilang, baruuu saja, dalam dua tahun belakangan ini. Kenal bukan karena teman di dunia nyata (teman dalam arti dekat), bukan juga karena berteman di facebook. Malah, saya berteman dengannya di facebook, setelah mengenalnya di dunia nyata :D Dua tahun berkerabat, bukan berarti saya mengenal banyak seorang Takdir. Saya hanya tahu bahwa Takdir adalah seorang pemuda soleh di kampungnya, seorang Qori, dan sering menjuarai berbagai perlombaan MTQ, baik nasional bahkan internasional.

Takdir adalah pemuda kelahiran Aceh Besar, lebih tepatnya di Kecamatan Darussalam, kecamatan di mana saya juga menetap di situ, sejak menikah. Ya, kami tinggal di satu kecamatan tetapi berbeda gampong (desa). Kecamatan Darusaalam ini agak lumayan besar dan luas, sebagaimana kecamatan-kecamatan lainnya di Aceh Besar. Namanya saja Aceh Besar, tentu besar dan luas-luas wilayahnya :D

Kami–saya dan suami–kenal dengan Takdir adalah karena pernikahan. Adik ipar saya (adik suami) menikah dengan gadis Aceh Besar, tempat tinggalnya masih satu kecamatan dengan kami juga. Nah, istri adik ipar punya adik perempuan. Adik perempuan inilah yang kemudian menikah dengan Takdir. Bingung, ya. Kalau bingung, anggap saja kami ini kerabat jauh, haha. Kerabat karena pernikahan adik dari adik ipar, begitu kali ya kalau boleh saya sebut :D

Nah, cuma sebatas itu saya mengenal Takdir. Apalagi kami jarang tinggal di Aceh, hanya sesekali saja pulang ke kampung.

Sebagai seorang Qori yang tinggal di kampung, boleh saya bilang prestasi Takdir luar biasa. Dia bukan hanya sebagai Qori idola di kampungnya, Takdir juga sering membawa harum nama Aceh ke tingkat nasional maupun internasional. Jika sudah ke tingkat internasional, tentu saja nama Indonesia juga dibawanya. Sejak menjuarai MTQ Tingkat Remaja Se-Provinsi Aceh tahun 2007, Takdir meroket dengan prestasi yang lebih besar. Ke tingkat nasional, lalu ke tingkat internasional. Rata-rata Takdir menyabet juara 1. Bukan kali ini saja Takdir menjuarai Lomba Baca Qur’antingkat internasioal. Tahun lalu, persis di bulan Juli juga, dia juga menyabet juara pertama pada MTQ Internasional Antarbangsa Dunia Melayu Dunia Islam, di Malaysia.

Melalui beberapa portal berita, saya melihat takdir berdiri dengan gagah, didampingi oleh Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan, saat menerima penghargaan. Masya Allah. Saya sampai speechless.
Takdir, Putra Aceh Pemenang Pertama Lomba MTQ Internasional di Turki 2015

Sebagai informasi tambahan untuk jawara lainnya pada MTQ di Turki kali ini; juara 2 Tilawah diraih oleh kontestan asal Filipina dan Juara 3 oleh kontestan asal Iran.

Walaupun prestasi Takdir yang diekspos oleh media massa adalah sejak remaja, tetapi sejatinya Takdir telah menjadi Qori sejak kecil. Tiada prestasi besar tanpa prestasi kecil yang terus menerus dipupuk.

Namanya memang unik; Takdir. Kata Takdir, dia dinamai begitu oleh ibunya dulu karena takdirnya yang terlahir sebagai anak yatim. Ayahnya meninggal ketika Takdir masih dalam kandungan. Melihat Takdir tumbuh menjadi pemuda yang soleh, adalah kebahagiaan tersendiri buat ibunya. Ibunya adalah segalanya bagi Takdir. Setiap kali Takdir berangkat mengikuti lomba Baca Quran di luar Aceh, ibunya selalu mengantar Takdir ke bandara. Begitu besar jasa seorang ibu. Beliau membesarkan Takdir seorang diri tanpa suami. Sudah besar, menjadi anak yang membanggakan pula. Siapa yang tidak ingin?

Kemarin Takdir meninggalkan Turki untuk kembali ke Aceh. Senangnya semua keluarga menyambut kehadiran Takdir kali ini. Semoga tetap rendah hati ya, Takdir. Sekali lagi, selamat untukmu.

What To Do on ‘Eid

$
0
0

Alhamdulillah kita sudah berada di penghujung Ramadan tahun 2015. Hari ini adalah terakhir kita melaksanakan puasa. Dan besok kita akan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Hari Raya makan-makan, begitu kata Ustad Ahmad Sarwat, Lc., MA, dalam sebuah artikel yang saya baca baru-baru ini.

Ini beberapa hal yang disunnahkan untuk kita lakukan pada 1 Syawal besok.

Mandi Sebelum berangkat ke tempat pelaksanaan Ibadah
Kalau di kampung saya, mandi tidak hanya dilakukan pada pagi menjelang berangkat Salat, tetapi juga sore hari di hari terakhir puasa (hari terakhir bulan Ramadan). Tetapi kebiasaan ini tidak ada tuntunannya, ini hanya tradisi saja. Walaupun begitu, kami tetap meniatkan mandi di sore terakhir Ramadan tersebut dengan niat mandi menyambut Idul Fitri. Niatnya dalam Bahasa Indonesia atau bahasa daerah saja :D Namanya saja tidak ada tuntunannya, ya.  Nah, pagi-pagi sekali di hari Idul Fitri, tetap mandi lagi, dan ini memang Sunnah, sebagaimana bunyi sebuah hadist:
“(Mandi seyogyanya dilakukan) di hari Jum’at, hari Arafah (Wuquf), hari Iedul Adha, dan hari Iedul Fitri”H.R Asy-Syafii dalam Al-Musnad (114), dan Al Baihaqy (5919)

Memakai Pakaian yang Terbaik dan Berhias
Tidak harus baru, tetapi yang terbaik dari semua pakaianyang kita punya. Dan ini juga ada Sunnah, sebagaimana hadist-nya:
Umar mengambil jubah dari sutera yang dijual di pasar. Diapun mengambilnya lalu dibawa kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam seraya berkata: [”Ya Rasulullah, belilah ini agar engkau bisa berhias dengannya untuk hari ied dan para utusan …”] HR.Al-Bukhory dalam Shohih-nya (906), Muslim dalam Shohih-nya (2068)

Disunnahkan Makan Sebelum Berangkat ke tempat Salat
Ini yang kadang banyak lupa, termasuk saya, bahwa makan makan berangkat ke tempat Salat adalah Sunnah. Ini kebalikan dengan perayaan Idul Adha, yang mana Salat dulu baru makan. Sebagaimana hadist-nya:
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam tidaklah keluar di hari iedul Fithri sampai beliau makan, dan pada hari iedul Adh-ha beliau tak makan sampai beliau kembali”.
HR. Ibnu Majah dalam As-Sunan (1756). Di-hasan-kan oleh Syu’aib Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (5/352/no.23033)

Salat Sunah Idul Fitri
Kalau ini sudah jelas ya, Salat Fitri itu Sunat, bukan wajib. Walaupun Sunat, sebaiknya kita meramaikan jamaah salat di tempat kita tinggal. Kebetulan pula Idul Fitri tahun ini jatuh pada hari Jum’at. Setelah salat Idul Fitri, yang pria tetapm laksanakan Salat Jumat yang merupakan kewajiban. Alhamdulillah juga, tahun ini tidak ada perbedaan pendapat baik dalam memulai puasa maupun saat merayakan Idul Fitri. Tampakya semua kompak, nih :D

Perempuan Dianjutkan ke Tempat Pelaksanaan Salat ‘Eid Meski Sedang Menstruasi
Nah, ini yang saya baru tahu, bahwa perempuan tetap dianjurkan pergi ke tempat pelaksanaan Salat Idul Fitri meski sedang menstruasi. Ya, saya baru tahu soalan ini setelah membaca postingan Dr. Bilal Philipss, semalam.
It was narrated that Umm 'Atiyyah said: "The Messenger of Allah (saw) said: 'Bring out the women who have attained puberty and those who are in seclusion so that they may attend the 'Eid prayer and (join in) the supplication of the Muslims. But let the women who are menstruating avoid the prayer place. Sunan Ibn Majah , Chp 7 The Chapters of Establishing the Prayer and the Sunnah Regarding Them , Hd No.1308]
Dari diskusi-diskusi yang saya baca, bisa saya simpulkna begini; perempuan yang sedang haid cukup hadir saja ke tempat pelaksanaan Salat Idul Fitri, tetapi tidak melaksanakan Salat. Mungkin bisa duduk di luar batas Jamaah Salat (jika salatnya di lapangan) atau duduk di luar masjid jika salatnya di dalam masjid. Nah, setelah itu barulah sama-sama mendengarkan  khutbah dan bertakbir, sebagimana yang lainnya.
Wah, ilmu baru, nih.

Bertakbir Dari Pagi Hingga Imam Memulai Salat ‘Eid
Ya, sejak habis mandi, berpakaian makan, dan dalam perjalanan menuju tempat pelaksanaan Salat ‘Eid, kita disunnahkan untuk bertakbir. Setelah tiba di lapangan atau masjid, tetap bertakbir sampai Imam memimpin salat ‘Eid. Malah disarankan agar mengeraskan suara, bukan bertakbir dalam hati atau berbisik. Sebagaimana hadist-nya:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam keluar di dua hari raya bersama Al-Fadhl bin Abbas, Abdullah, Al-Abbas, Ali, Ja’far, Al-Hasan,Al- Husain , Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Aiman bin Ummi Aiman sambil mengangkat suaranya bertahlil dan bertakbir.
HR.Al-Baihaqy dalam As-Sunan Al-Kubro (3/279) dan dihasankan oleh Al-Albany dalam Al-Irwa’ (3/123).

Mencari Jalan Lain Ketika Pulang dari Melaksanakan Ibadah Salat ‘Eid
Ini artinya, jalan yang dilalui ketika pergi ke tempat pelaksanaan Salat ‘Eid berbeda dengan jalan ketika pulang. Saya juga baru tentangh hal ini, dari postingan Dr. Bilal Philips, bahwa ternyata ini adalah Sunnah. Sebagimana hadist-nya:
“Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam- jika keluar ied, beliau kembali pada selain jalan yang beliau tempati keluar.
HR.Ibnu Majah dalam As-Sunan (1301). Lihat Shohih Ibnu Majah (1076) karya Al-Albaniy.

Bersalam-salaman
Bersalam-salaman sambal meminta maaf.
Pada akhirnya, walaupun saya tak bisa bersalam-salaman dengan kalian, menyentuh tanganmu secara langsung, namun ijinkan saya mengucapkan:
Taqabbalalllahu minna wa minkum.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah.
Mohon maaf lahir batin.

Suasana Idul Fitri 2015 di Songkhla, Thailand Selatan

$
0
0

Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya dan teman-teman mahasiswa Indonesia yang sedang berada di Hatyai, Thailand, juga WNI yang ada di Provinsi Songkhla dan sekitarnya, melaksanakan Salat Ied di tempat yang sudah menjadi langganan WNI di di sini. Di mana lagi kalau bukan di halaman Kantor Konsulat RI di Provinsi Songkhla. Boleh dibilang, lahan kantor KRI di Songkhla tidaklah terlalu luas (jika saya bandingkan dengan kantor konsulat Thailand di Penang yang halamannya luas banget), tetapi tidak juga terlalu sempit (jika saya bandingkan dengan kantor konsulat Thailand yang ada di Medan yang sempit banget karena kantornya berada di deretan pertokoan). Secara lebar, mungkin tidak terlalu lebar, tetapi panjangnya lumayan, sehingga KRI di Songkhla bisa memiliki halaman yang lumayanlah jika dipakai untuk melaksanakan Salat Ied (baik Idul Fitri maupun Idul Adha). Bahkan jika seluruh WNI di Thailand Selatan berkumpul di hari itu, tempat ini masih cukup untuk menampunng mereka.

Tahun ini, Idul Fitri di Thailand sama seperti di Indonesia, yaitu jatuh pada tanggal 17 Juli 2015. Alhamdulillah bisa merasakan Idul Fitri di hari yang sama dengan keluarga di Indonesia, jadi bisa ber-say hello melalu telepon dan sama-sama merayakan Idul Fitri di hari yang sama, walaupun dengan jarak yang jauh. Tidak seperti dua tahun lalu misalnya, ketika kami melaksanakan Idul Fitri di Thailand, saya menelepon orangtua saya, eh ternyata orangtua saya masih berpuasa hari itu karena keputusan ulama di di kampung yang tidak mengikuti pemerintah.

Dan senangnya bisa ber-Idul Fitri di negara orang tetapi dengan sesama WNI juga. Jadi nuansa di Idul Fitri-nya tetap terasa ala Indonesia. Maklumlah, di sini liburannya hanya sehari. Setelah 1 Syawal, besoknya kembali beraktifitas seperti semula. Yang mahasiswa kembali sibuk dengan segala kegiatan di kampus sementara yang TKI kembali melanjutkan pekerjaannya.

Biasanya kami menghabiskan waktu yang hampir seharian di KRI Songkhla. Dari selesai salat Ied sampai pada acara halal bi halal. Makanan berlimpah ruah seharian itu.
Namun berhubung tahun ini Idul Fitri jatuh pada hari Jumat, maka sesuai dengan instruksi Bapak Konsul, pelaksanaan Open House dan Halal bi halal dilaksanakan pada hari Sabtu.
***
Pada hari Jumat (17/07/20150), pagi-pagi sekali saya sudah bersiap-siap. Mukena pink unyu saya lipat dengan rapi dalam tas. Sehari sebelumnya, ketua Permitha (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Thailand) sudah mengumumkan di grup facebook bahwa Salat Ied di KRI Songkhla akan dilaksanakan pada pukul delapan pagi, jadi sebelum pukul delapan, kami sudah harus sampai di KRI. Pukul 6.38, saya dan teman-teman dari kampus PSU (Prince of Songkla University) berangkat ke Songkhla dari kota tempat kami tinggal, menggunakan Tuktuk. Tahun ini Tuktuk menjadi langganan kami untuk berangkat ke Songkhla, baik selama Ramadan (dalam rangka berbuka bersama di KRI Songkhla maupun saat Idul Fitri dan halal bi halal tempo hari).

Ketika sampai di KRI Songkhla, saya kaget dengan jumlah orang yang lebih sedikit dibanding tahun lalu. Ternyata tahun ini banyak WNI yang mudik, baik mahasiswa, pekerrja maupun WNI yang memang tinggal di Thailand Selatan. Orang-orang yang saya jumpai  tahun lalu pun, tidak saya jumpai kali ini. Meski demikian, ini tidak mengurangi semangat kami merayakan hari kemenangan di negara orang.  

Salat Idul Fitri kali diimami oleh seorang ustad dari Songkhla dengan khatib seorang ustad dari Provinsi Narathiwat. Saya lupa namanya, hehee, tapi bahasa Melayu-nya sangat Indonesia sekali.  Bingung, kan? Bahasa Melayu kok Indonesia sekali, LOL. Kata seseorang yang duduk di sebelah saya, sepertinya khatib tersebut pernah mondok di salah satu pesantren di Pulau Jawa sehingga bahasa Indonesia-nya fasih sekali. Mungkin saja pendapat seseorang tersebut ada benarnya, mengingat ada banyak pemuda dari provinsi yang berbatasan langsung dengan Malaysia tersebut mondok di Indonesia selama bertahun-tahun. Dan fakta ini sudah lama sekali saya ketahui. Tidak hanya menjadi santri di pesantren-pesantern di pulau Jawa, mereka juga banyak yang kuliah di beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Usai Salat Ied, seperti biasa, kegiatan selanjutnya adalah bersalam-salaman. Yang wajib disungkemi setelah bersalam-salaman dengan sesama jemaah wanita adalah bersalam-salaman dan meminta maaf kepada Bapak dan Ibu Konsul, juga ke semua staf Konsulat RI.  Biasanya beliau dan stafnya berdiri dalam satu baris memanjang, lalu kami semua menyalami mereka satu persatu, untuk ibu-ibunya plus cipika cipiki tentunya :D

Tetapi kali ini, kacau sekali. Semua pria (maksud saya jamaah WNI selain staf konsulat) membentuk barisan dengan yang sama dengan bapak dan Ibu Konsul. Bapak Konsul di ujung sana dan barisan dimulai di ujung sini. Mana semua pria pulak berbaris begitu. Astaga! Jadi, untuk bisa sampai ke ujung sana, kami harus melewati barisan pria-pria.

Karena sudah bisa dipastikan para wanita dan pria tidak akan bersalaman, ya sudah kami lewat saja sambil salaman dengan menangkupkan kedua tangan masing-masing di depan dada. Masalahnya bukan itu sih, tapi ini seperti ‘setor’ muka saja ke depan pria-pria ini, kepada mereka, yang para santri, yang entah siapa-siapa yang tak saya kenal, duh malunya. Mau potong barisan saja, kok ya lebih malu lagi karena yang lain tetap jalan terus. Saya colek teman di belakanng saya, ternyata dia juga merasakan hal yang sama.   

Usai Salat ‘Ied, kami disuguhi sarapan berupa minuman dan kue-kuean, eh ternyata ada ketupat juga. Alhamdulillah, meski halal bi halalnya dilaksanakan keesokan harinya, masih bisa merasakan ketupat-opor ayam-rendang di hari pertama lebaran (tunggu tulisan selanjutnya yang khusus tentang makanan :D)

Begitulah suasana lebaran kami di Thailand Selatan. Semua berjalan lancar dan syahdu, serta sangat Indonesia sekali.

Bagaimana lebaran di tempatmu temans?


Indomie Jadi Menu Open House Lebaran 2015 di KRI Songkhla

$
0
0

Sebenarnya ini agak late post sih, sebenarnya ini sudah harus aku posting sehari setelah postingan tentang  Salat Idul Fitri, tetapi hapeku heng dan foto-fotoku tidak bisa dipindahkan. Kau tahu, terkadang bagiku menulis di blog tanpa foto asli sebagai penunjang cerita di dalamnya, seperti  makan tanpa garam. Hambar :D Terkadang sih, tak selalu :D

Tetapi tetap saja aku kehilangan banyak foto, dan sebagian besar buram :(

Jadi, sehari setelah merayakan Idul Fitri di halaman kantor Konsulat RI di Songkhla, pihak KRI menggelar acara Halal bi halal atau open house keesokan harinya (18/07/2015). Ini menjadi ajang tahunan untuk silaturahmi antar WNI yang ada di Thailand Selatan. Sebagaimana saat pelaksanaan Salat Ied dengan jumlah WNI yang tahun ini agak sedikit yang hadir dibanding tahun-tahun lalu, begitu juga saat acara open house. Tampaknya tahun ini banyak yang mudik ke Indonesia.

Seperti biasa, Open House Idul Fitri selalu dilaksanakan di Wisma Konsul Indonesia dan bukannya di kantor KRI Indonesia. Beda jika Idul Adha, baik Salat Ied maupun halal bi halal, dilaksanakan di tempat yang sama, yaitu di Kantor KRI. Wisma Konsul ini sendiri letaknya tidak begitu jauh dari kantor KRI. Masih sama-sama berada di Mueng Songkhla (Songkhla City).

Wisma Konsul Indonesia berada di kawasan padat penduduk. Seperti biasa, kegiatan Open House selalu dilaksanakan di halaman belakang Wisma karena halaman depannya yang tidak terlalu luas. Malah menurutku, agak terlalu dekat dengan jalan. Berjalan melalui samping atau masuk melalui bagian dalam wisma, terus berjalan ke belakang, akan disuguhi pemandangan yang lebih sejuk daripada di bagian depan. Dan tentu saja, halaman yang lebih luas dibanding halaman depan.
Ini di halaman belakang Wisma Indonesia lho
Datang agak cepat, tamu masih sedikit

Aku dan teman-teman berangkat ke Mueng Songkhla pada pukul sepuluh pagi dan tiba di Wisma Konsul Indonesia satu jam kemudian. Dua buah tenda besar berdiri di halaman tersebut. Saat kami datang, belum banyak tamu yang hadir dan menu di beberapa meja juga masih tertutup. Tetapi kami disambut dengan Siomay saos kacang yang… agak kurang maknyos, menurutku. Saos kacangnya hambar dan siomay-nya agak keras, hahahaaa *dijitak :p* Tapi berhubung lapar karena berangin-anging selama perjalanan, ya diembat juga, LOL.
Meja tempat Siomay
Setelah makan, aku baru tahu kalau di sayap kanan halaman belakang ini terdapat sebuah warung. Namanya Warung Mie InstanLebih tepatnya, warung mie Instan Indomie :D Mie instan mana lagi sih yang dirindukan WNI di luar negeri selain Indomie. Iya nggak, sih?
Warung Mie Instan Indomie. Yeaay..
Dan tentu saja, ini bukan warung yang sebenarnya warung, ini adalah warung-warungan tempat para mahasiswa atau WNI yang sudah lama tak pulang dan merindukan Indomie. Begitu kata Ibu Konsul (yang saya lupa nama beliau *LOL, maklum Ibu Konsul baru, sungkem dulu sama Ibu Konsul) saat berkata pada seorang tamu dari Thailand.

We prepare that food for Indonesian People. They may miss Indonesian noodle,” begitu kata Ibu Konsul pada salah seorang pejabat kantor Gubernur Songkhla yang menghadiri acara Open House tersebut.    

Aaaah… jadi terharu mendengar Ibu Konsul berkata begitu. See?She loves us. We love you too, Ibuuuk.

Meskipun acara ini full acara Indonesia banget, tetapi selalu, setiap kali KRI bikin acara Open House Idul Fitri, orang-orang Thailand tidak pernah lupa diundang.
Ini lho Bapak Konsul kami, Bapak Priyo Wijatmoko, yang pakai baju batik dan duduk di sebelah pria berbaju kuning  

Dengan hidangan ketupat (kami orang Sumatera menyebutnya lontong sayur :D) sebagai menu utama, acara berlangsung santai di halaman belakang ini. Tamu satu persatu mulai datang dan mencicipi hidangan.

Ketupat atau lontong sayur memang menjadi menu wajib di setiap acara begini, tetapi hari itu, Warung Mi Instan diserbu ‘pelanggan’. Aku sebenarnya ingin makan Indomie, tapi antreannya panjang sekali. Akhirnya aku mencicipi ketupat saja terlebih dahulu. Karena menu utama, jadi ada dua meja prasmanan untuk ketupat atau lontong sayur. Selebihnya tinggal berjalan saja dari meja ke meja untuk mencicipi makanan yang ada, meskipun yeah… menu tahun ini agak lebih ‘sederhana’ dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Wah, sikit kali menu tahun ini ya. Tahun-tahun sebelumnya mewah kalilah menunya,” bisik seorang teman yang berasal dari Sumatera Utara. Meskipun namanya berbisik, suaranya gede juga. Maklum logat Batak. Untung tak sampai kedengaran sama Ibu Konsul, LOL. Tapi kemudian dia menambahkan, “maklum ajalah ya, ini kan era Bapak Jokowi. Mungkin semua instansi harus sederhana sekarang.”

Aku sih mengiyakan saja, biar cepat, LOL.


Acara selebihnya di antara kami rakyat jelata ini adalah berbincang ngalor ngidul, LOL. Sesekali Bapak Konsul berdiri di depan–dengan diikuti kami yang berdiri di juga depannya–mengenalkan  tamu-tamu yang hadir hari itu; wakil Gubernur dan pejabat gubernuran Provinsi Songkhla, wakil Gubernur Provinsi Narathiwat, Yala, dan dua lagi aku lupa, LOL. Berdiri lagi, duduk lagi, berdiri lagi, duduk lagi, begitu seterusnya untuk setiap tamu yang datang dan dikenalkan ke kami. Banyak dari tamu Thailand yang hadir adalah non Muslim. Bapak Konsul kami yang baru sekarang ini, orangnya super duper ramah. Ibuk Konsul juga begitu. Mereka berdua sangat murah tersenyum. Bapak dan Ibu Konsul sebelumnya juga begitu. Alhamdulillah selama di sini, selalu dipertemukan dengan pejabat Indonesia yang baik-baik. Nanti kapan-kapan aku buat tulisan khusus tentang mereka.


Aku yang sedari pagi penasaran dengan Indomie, akhirnya kesampaian juga mencicipi mie Indonesia kesayangan kita bersama tersebut. Tetapiii… aku kecele. Aku pikir, satu orang akan mendapat sebungkus Indomie, tetapi ternyata banyak Indomie dimasak dalam panci lalu ditaroh dalam mangkok lalu dicampur bakso. Seorang perempuan melayu–mungkin juru masak baru di KRI karena aku tidak pernah melihatnya sebelumnya–bertindak sebagai ‘penjaga warung’. Aku  kecele bukan karena tidak mendapat satu bungkus Indomie, tetapi lebih karena melihat dia merebus Indomie dalam panci sampai kembang. Ini mengurangi seleraku yang sudah menggebu-gebu sedari pagi, LOL. Dia mungkin tidak tahu bahwa Indomie sangat cepat kembang jika direbus, apalagi dibiarkan dalam waktu lama. Tetapi ya sudahlah, yang penting bisa makan Indomie, begitu yang bisa kubaca dari wajah-wajah mereka yang memiliki hasrat yang sama sepertiku. Indomie oh Indomie. LOL.
Indomie, makanan yang paling dirindukan, LOL

Satu yang membanggakan adalah Rendang menjadi menu favorit orang Thailand, Yeaayy! Bahkan ketika seorang Ajarn (Ajarn = dosen/guru dalama bahasa Thailand) dari kampusku datang ke Open House ini, dia bilang “this beef is so delicious,” sambil menunjuk rendang di piringnya. Ajarn ini adalah wakil presiden (kalau di Indonesia wakil Rektor) kampusku, jadi sepertinya dia diundang mewakili kampusku. Orangnya kocak banget, saking kocaknya, dia bahkan nggak malu-malu minta dibungkuskan rendang untuk dibawa pulang, LOL.
Ini Ajarn Pipet Chotto. Dia suka sekali dengan randang.
Sebelum pulang, Ajarn dapat oleh-oleh rendang dari Ibu Konsul, sesuai permintaan beliau :D 
Ohya, ada hal yang juga berbeda selain soal menu yang lebih ‘sederhana’, yaitu tidak adanya acara karaokean. Selama ini, karaokean sudah menjadi acara penunjang yang wajib ada setiap kali KRI membuat kegiatan baik di Kantor KRI maupun di Wisma Indonesia. Begitu yang bisa aku simpulkan terhadap kegiatan-kegiatan selama Bapak Konsul sebelumnya. Tetapi dengan Bapak Konsul yang baru ini, aku belum bisa menyimpulkannya. Mungkin saja mereka punya agenda tersebut, tetapi tepat di siang hari, tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebat. Kocar kacir dong, ya. Untung ada tenda, lumayan buat ngumpuldi bawah tenda. Mana hujannya agak lama, jadi bisa saja acara karaokean dibatalkan –karena biasanya acaranya di luar dan bukannya di dalam Wisma.

Overall, sangat menyenangkan bisa tetap ber-Idul Fitri di sini dengan nuansa Indonesia. Alhamdulillah.



Saat Musim Kawin Tiba

$
0
0

Belum sampai seminggu lepas Idul Fitri, satu persatu kabar pernikahan saya terima dari sahabat, kerabat, dan kenalan.  Itu baru yang saya kenal saja, masih banyak lagi yang mengadakan hajatan nikahan di bulan ini. Kiranya, ada benar juga pendapat umum mengatakan bahwa Bulan Syawal adalah musim kawin! Mau bulan apapun menurut kalender Masehi, yang penting nikahnya bulan Syawal.

Saya sudah lama mendengar anggapan musim kawin tersebut, tetapi baru sekarang saya penasaran. Syawal tahun ini, boleh dibilang adalah yang terbanyak saya menerima kabar pernikahan (jika kenalan), atau mendengar kabar (jika bukan kenalan). Baik dari timeline media sosial maupun kabar nikahan di kampung-kampung yang tidak disiar di media sosial. Sampai geleng-geleng saya melihat deretan hajatan di bulan ini, saking banyaknya :D. Sayangnya tak satupun bisa kami hadiri. Akhirnya ya mendengar kabar saja sambil mengucap selamat serta doa kebahagiaan untuk pasangan baru.

Mungkin, yang menjadi alasan utama dilaksanakannya hajatan nikahan di Syawal bisa jadi karena hadist yang ini;

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha; beliau mengatakan:“Rasulullah SAW menikahiku di bulan Syawal dan mengadakan malam pertama denganku di bulan Syawal. Manakah istri beliau yang lebih mendapatkan perhatian beliau selain aku?” (H.R Muslim).

Meskipun, tentu saja, menikah di bulan apapun boleh saja.

Selain itu, banyak orang yangmenikah di bulan Syawal bisa jadi karena pengaruh adanya tradisi mudik di Indonesia. Sesibuk apapun kita, setahun sekali pasti akan pulang ke kampung halaman untuk berkumpul bersama orangtua atau keluarga. Baik yang sudah menikah maupun yang masih lajang. Libur lebaran termasuk libur yang lama di Indonesia. Seminggu paling cepat, bahkan ada yang lebih seminggu, hahaa. Nah, mumpung liburnya lama, maka dimanfaatkan untuk membuat hajatan di bulan Syawal jika jauh-jauh hari sudah punya rencana membuat hajatan. Salah satunya adalah menikah. Menikah, meskipun misalnya dilaksanakan di bulan Syawal, tentulah prosesnya sudah sangat panjang sekali di waktu-waktu sebelumnya. Bagi sebagian orang, liburan lebaran di Bulan Syawal menjadi waktu yang tepat untuk mengesahkan sebuah pernikahan. Mumpung semua keluarga ngumpul, mumpung liburnya agak panjang, dan mumpung-mupung lainnya :D

Termasuk salah seorang yang menikah di bulan Syawal tahun ini adalah sahabat saya, Ferhat.

Dia yang selama ini tidak pernah tertarik membicarakan soal pernikahan (sebenarnya tertarik tetapi dia nggak norak seperti jomblo-jomblo lainnya yang mengumumkan kegelisahan akan status kejombloan mereka, bahkan di media sosial), dia yang tidak pernah berpacaran, tiba-tiba mengagetkan saya akan berita yang dia kirimkan lewat inbox.

“Minggu depan aku nikah,” begitu kabarnya tepat di hari pertama Idul Fitri.

Ebuset nih anak. Minggu depan dia kawin, sekarang baru dikabari. Nggak sekalian besok mau nikah hari ini kamu kasih kabar, bro? LOL. Akhirnya kami tidak bisa bisa menghadiri akad nikah sahabat satu ini. Tetapi saya bahagia akhirnya dia menikah. Saya tahu, dalam diam, selama ini dia gelisah. Usia sudah kepala tiga, dia masih melajang saja. Saya juga tahu, selama ini dia sudah ikhtiar dengan maksimal. Mengumpulkan mahar dan menabung. Tuhan tidak pernah tidur terhadap apapun usaha hamba-Nya.

Happy wedding Ferhat. Semoga langgeng sampai maut memisahkan kalian.

10 Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan

$
0
0
Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan, Culinary K-Drama Featuring Cool Chefs

Sejak acara-acara kuliner booming di TV Indonesia, kita menjadi akrab dengan istilah ini. Di mata saya, seorang Chef selalu terlihat seksi. Chef cowok tentunya dong yaaa, hahaa.

How nice then I met the handsome chefs at K-Dramas. Memang ada beberapa K-Drama dengan tema cerita tentang kuliner. Ceritanya tak kalah seru dengan drama-drama lainnya. Yeah, namanya juga drama, yak. Meskipun temanya kuliner, tetap saja di dalamnya ada cerita cinta dengan konfliknya, atau konflik persahabatan, dan sebagainya. 

Here are 10 K-dramas where handsome chefs are heating up the kitchen!

1.      Pasta
Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan, Culinary K-Drama Featuring Cool Chefs
Picture: soompi.com, edited by me
Siapa sih yang tidak tahu dengan drama Korea yang satu ini. Termasuk one of the best Korean dramas  ini mah.  Siapa dulu dong yang main. Gong Hyo Jin gitu, lho. Dan aktor yang memerankan chef tampan sekaligus jadi lead actorPastabernama Lee Sun Gyun. Bagi anak-anak abege penggemar K-Pop, mungkin nggak begitu mengidolakan dia, soalnya umur doi udah 40. Tapi bagi emak-emak sebaya saya, pasti tahu dong ya sama dia. Di mata saya–apalagi saat dia sedang memakai ‘baju dinas’ plus apron-nya itu–dia bukan hanya terlihat tampan, tapi juga seksi, LOL.

2.      Kimchi Family
Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan, Culinary K-Drama Featuring Cool Chefs
Pic: forums.soompi.com, edited by me
Menyebut nama aktor  Song Il Kook pasti tidak lepas dari putra kembar tiganya yang sempat sempat booming melalui acara reality show The Superman is Back! Dari semua bintang tamu acara The Superman is Back, Song Triplet-lah yang paling famous dan sempat go viral. Ayah si kembar tiga ini aslinya seorang aktor. Sempat jadi Chef tampan dalam Kimchi Family. Nggak kalah tampan dengan aktor-aktor yang masih single:D

3.      Feast of The Gods
Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan, Culinary K-Drama Featuring Cool Chefs
Pic: kodseries.com, edited by me
Feast of The Gods kental bercerita tentang dunia kuliner Korea. Sangat cocok ditonton bagi yang ingin tahu lebih banyak tentang kuliner khas Korea. Chef tampan dalam drama ini diperankan oleh Lee Sang Woo


4.      Jeju Island Gatsby
Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan, Culinary K-Drama Featuring Cool Chefs
Pict: dramafever.com
Drama ini baru saja selesai tayang di Korea. Kalau tidak salah bulan lalu. Kabarnya agak membosankan, saya kurang tahu karena belum menontonnya, dan sepertinya tidak ada rencana menontonnya :D Pesona drama ini mungkin karena aktris Kang So Ra dan aktor Yoo Yun Suk yang memerankan seorang chef di sebuah restaurant miliknya di Pulau Jeju. Yoo Yun Suk adalah seorang playboy yang hanya peduli dengan dunia kuliner sebagai passion-nya. Playboy yang cuma serius dengan dunia kuliner, saya agak bingung juga dengan karakter ini, LOL.  
Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan, Culinary K-Drama Featuring Cool Chefs
dramafever.com


5.      Late Night Restaurant
Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan, Culinary K-Drama Featuring Cool Chefs
Pic: asianwiki.com
Dari semua deretan aktor berperan sebagai chef dalam tulisan ini, Kim Seung Woo lah yang paling tua. Late Night Restaurant bercerita tentang sebuah restaurant yang hanya buka tengah malam. Drama ini ceritanya unik. Kim Seung Woo berperan sebagai chef misterius sekaligus sangat perhatian terhadap siapapun yang datang ke restaurannya.  


6.      Oh My Ghostess
Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan, Culinary K-Drama Featuring Cool Chefs
Pic: dramabeans.com
Drama Oh My Ghostess saat ini sedang tayang di Korea. Bercerita tentang dunia chef dengan konflik cinta yang kental. Saya tidak berencana menontonnya karena sepertinya tidak menarik *LOL* dan saya kurang suka sama cerita hantu-hantunya dan saya juga kurang suka sama aktornya :D


7.      Gourmet
http://i294.photobucket.com/albums/mm96/javabeans122/drama/other/gourmet12.jpg
Pic: dramabeans.com

Yang menjadi chef tampan dalam drama Gourmetadalah Kim Rae Won. Saya suka Kim Rae Ron. Pertama sekali lihat Kim Rae Won dalam film berjudul My Little Bride (rilis tahun 2005).


8.      Baker King Kim Tak Goo
Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan, Culinary K-Drama Featuring Cool Chefs
Pic: kodseries.com
Baker King Kim Tak Goo sama terkenalnya seperti Pasta, termasuk salah satu drama dengan rating tertinggi. Pria tampan yang menjadi chef di Baker Kim King Tak Gooadalah Yoon Si Yoon.


9.      Sensory Couple
Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan, Culinary K-Drama Featuring Cool Chefs
Pic: dkpopnews.net
Yang menjadi Chef dalam Sensory Couple adalah aktor Nam Hoong Min. 
Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan, Culinary K-Drama Featuring Cool Chefs
dramafever.com
Saya pertama sekali lihat Nam Goong Min adalah dari drama The Birth of The Millionaire (reviewnya belum sempat bikin, LOL). Di situ dia jadi second lead, tetapi entah kenapa saya lebih suka lihat dia ketimbang lead actor-nya. Dia tampan! Jelas kan, ya, LOL. Dalam Sensory Copule, dia juga jadi second lead, dan lagi-lagi saya lebih suka lihat dia daripada lead actor-nya. Alasannya jelas, ya. Karena dia tampan. Yeah… meskipun dia agak kurang tinggi sih. Itulah kenapa dulu saya jatuh cinta sama suami saya, karena dia tinggi *lho, malah curcol, LOL*


10.  The Greatest Marriage
Sebenarnya The Greatest Marriage bukanlah drama yang khusus bercerita tentang dunia kuliner sebagaimana drama-drama lainnya dalam daftar ini. Porsi cerita dunia kulinernya sangat kecil sekali. Yang menjadi chef di The Greatest Marriage adalah aktor No Min Woo. Sengaja saya masukkan No Min Woo dalam urutan terakhir karena saya kurang suka sama dia, LOL.
Drama Korea Bertema Kuliner yang Menampilkan Chef Tampan, Culinary K-Drama Featuring Cool Chefs
dramafever.com

Itulah beberapa chef tampan yang ada dalam drama Korea dengan tema kuliner. Kalian suka yang mana?

When Enjoying Indonesian Food at KRI Songkhla, Thailand

$
0
0

Ramadan dan Idul Fitri sudah lama berlalu. Eh, tidak terlalu memang sih, tetapi nuansanya sudah bukan nuansa Idul Fitri lagi kan, ya? Iyakah? In my opinion, nuansa Idul Fitri itu adalah hari-hari selepas dua hari Hari Raya, dan biasanya akan berangsur-angsur kembali ke hari-hari normal di saat hari kerja mulai aktif kembali.

Walaupun sudah tidak ‘bernuansa’ lagi, tetapi saya masih ingin menulis salah satu cerita yang tertinggal selama beberapa kali menjalani Ramadan dan Idul Fitri di Thailand. Berhubung juga tahun ini adalah Ramadan dan Idul Fitri terakhir saya di negara orang, maka catatan ini lebih saya dedikasikan untuk diri sendiri, sebagai pengingat dan kenangan bahawa saya pernah bersama mereka; mahasiswa Indonesia, sedikit WNI yang tinggal di sini, dan yang paling berjasa buat mahasiswa sini yaitu Bapak dan Ibu Konsul, Bapak/Ibu staf konsulat beserta Ibu-Ibu DW-nya, hihiii… Ibu-Ibu DW wajib disebut nih, karena mereka-lah yang pekerjaannya paling banyak, paling rempong, kalau Konsulat RI bikin acara. Acara APAPUN itu.

Jika ada acara di Konsulat RI, yang tak ketinggalan adalah makan-makannya. Dan untuk makan-makan, mereka jarang sekali–jika tidak bisa dibilang tidak pernah–memesan katering.  Beda kalau misalnya acaranya di luar kantor Konsulat atau Wisma, nah barulah mereka memesan katering. Apakah katering hotel, atau di mana saja.


Karena apa?

Karena… karena… buat kalian yang sedang/pernah tinggal di luar negeri, kapan lagi sih bisa menikmati makanan yang  Indonesia banget kalau bukan di KRI atau KBRI. Saya pikir, orang-orang yang ada di KBRI atau di KRI di manapun di seluruh dunia adalah orang yang paling mengerti akan kenyataan yang satu ini, bhahahaa… Saya jadi ingat dengan pernyataan Ibu Konsul saya di hari Idul Fitri kemarin; “We prepare that food (Indomie) for Indonesian people because they may miss Indonesian’s noodle.”



How Lucky we are :D

Beberapa hari lalu sempat berbalas komen dengan teman yang sekarang jadi ibu DW di sebuah negara karena suaminya bekerja di KBRI negara tersebut (maaf dirahasiakan, soalnya diskusi internal dan doi tidak ingin mengekspose ini :D). Dia bilang kalau dia selalu menjadi salah satu tim sukses paling sibuk di dapur saat jelang Idul Fitri. Lalu kemudian saya baca tulisan di blog teh Rosi yang ber-Idul Fitri di KBRI di London. Beliau menuliskan pengalamannya saat ngobrol-gobrol dengan Ibu Dubes dan tulisannya tersebut membuat saya terkagum-kagum, terutama di bagian saat teh Rosi menanyakan soal makanan, karena ternyata Ibu Dubesnya yang langsung turun ke dapur untuk memasak rendang. Tidak tanggung-tanggung, Ibu Dubes meng-handle sendiri rendang sebanyak 87 Kg. 87 Kg? Saya yang cuma membacanya saya sudah bikin gubraks, LOL.

Ya begitulah, untuk menu-menu Indonesia di luar negeri, terutama yang gratis dengan jumlah yang banyak dan melimpah ruah, di mana lagi kita bisa mendapatkannya kalau bukan di KRI atau KBRI. Dan itu harus dimasak oleh orang Indonesia juga tentunya.

Begitu juga di KRI di Songkhla, kota yang berjarak lebih kurang satu jam dari kota tempat tinggal saya.

Sepengalaman saya tinggal di sini, acara ‘makan besar’ dengan menu-menu utama Indonesia antara lain di waktu-waktu seperti berbuka bersama di bulan Ramadan (seminggu sekali di tiap weekend) dan di hari-hari raya. Oh ya, ditambah dengan waktu perayaan 17 Agustus. Tinggal beberapa hari lagi nih, hihii… siap-siap makan enak lagiiii, LOL.

Di Konsulat RI di Songkhla, mungkin agak berbeda dengan KBRI tempat suami teman saya bertugas, yang mana yang menjadi upik abu-nya adalah dese dan beberapa ibu-ibu DW lainnya. Atau di KBRI Inggris dengan Ibu Dubes-nya yang memasak sendiri rendang sebanyak 87 Kg. Konsulat di sini punya tukang masak sendiri yang akan bekerja di dapur di hari-hari besar yang saya maksud di atas. Tahun ini, tukang masaknya adalah dari Thailand. Tetapi tukang masak di tahun-tahun sebelumnya berasal dari Indonesia, tetapi sudah pulang kampong :( Pernah saya tuliskan di SINI.

Meski punya tukang masak sendiri, ibu-ibu DW di sini tetap ikut memasak, kok. Yang masak cuma dua orang soalnya, sementara makanan yang harus disediakan adalah jumlah yang banyak. Yang paling penting adalah untuk menjaga agar makanannya tetap bercitarasa Indonesia, bukan citarasa Thailand karena pengaruh tukang masaknya dari Thailand.  


Ya karena WNI di sini bukan hanya mahasiswa saja, ada juga WNI yang tinggal di sini dengan berbegai latar belakang; menikah dengan orang Thailand lalu menetap di sini, atau karena pekerjaannya memang di sini, dan berbagai alasan lainnya. Jumlahnya ada banyak.

Terus terang, saya tidak punya foto-foto di balik kesibukan dapur Konsulat. Setiap kali diminta datang ke Konsulat–untuk sebuah kegiatan, datang ya tinggal datang saja, lalu makan, lalu pulang, LOL. Kecuali jika ada kegiatan yang harus melibatkan saya dan teman-teman mahasiswa di sini untuk ikut serta di dalamnya, misalnya  seperti saat Pemilu 2014 lalu, atau perayaan 17 Agustus, maka kami akan ikut serta terlibat di dalamnya.

Alhamdulillah, saya dan teman-teman mahasiswa Indonesia sangat ‘dimanjakan’ di sini. Setiap kali masak, mereka pasti akan memasak dalam jumlah banyak. Itu memang disengaja, supaya makanannya berlebih, supaya kami bisa membungkusnya dan membawa pulang. Sehabis makan, maka plastik akan ditaruh di atas meja prasmanan, dekat makanan. Malah kami disuruh membungkus yang banyak lho. Lebih tidak mengapa, kan bisa dipanaskan, begitu pesan mereka. Coba, begitu besarnya perhatian ibu-ibu Konsulat ini terhadap kami yang fakir makanan Indonesia ini, LOL. Seperti halnya Ibu Dubes London yang selalu mengingat mahasiswa ketika menyajikan makanan dari dapur Wisma Nusantara London.

Selain dimanjakan dengan makanan Indonesia, mereka juga sangat perhatian sekali akan transportasi kami. Percaya tidak kalau saya bilang, selama saya tinggal di Thailand, saya dan teman-teman tidak pernah mengeluarkan biaya sepeserpun ketika  berangkat ke kota di mana kantor konsulat berada. Itu karena mereka membiayai transportasi saat pergi dan pulang. Sebuah keistimewaan yang mungkin, mungkin lho ya, tidak didapat mahasiswa lain di negara lain :D Maksud saya, soal hadir atau tidak seharusnya adalah menjadi urusan pribadi. Tetapi di Konsulat kami di sini, mereka bukan hanya memikirkan bagaimana agar kami bisa makan enak, tetapi juga bagaimana agar tidak memberatkan kantong mahasiswa.

Menulis ini, sekali lagi, adalah untuk mengenang kebaikan mereka; Bapak/Ibu Konsulat, para staf Konsulat, dan ibu-ibu DW Konsulat RI di Songkhla, dan bukannya untuk membanding-bandingkan mana KBRI/KRI yang lebih baik. Bukan sama sekali. Karena saya sadar, setiap instansi dengan pemimpinnya masing-masing tentu memiliki kebijakan yang berbeda-beda.



Dan buat saya, kebersamaan dengan orang-orang yang saya kenal di KRI Songkhla adalah salah satu anugerah yang saya syukuri. Mereka akan mengisi salah satu sudut di hati saya, yang akan selalu saya ingat, kelak jika saya kembali ke tanah air dan tidak lagi bersama mereka.  



Maka saya tuliskan ini untuk mengingat mereka selamanya.

Karena…



'Operasi Saitung' Menu dari Dapur KRI Songkhla

$
0
0

Postingan ini sebenarnya adalah lanjutan postingan When Enjoying Indonesian Food at KRI Songkhla, tetapi berhubung ini topiknya sudah berbeda (walaupun masih menulis tentang makanan), makanya saya jadikan di postingan tersendiri, supaya lebih fokus, juga karena saya menghindari menulis yang terlalu panjang :D

Salah satu yang menyenangkan saat menyantap makanan ala Indonesia di KRI adalah boleh dibungkus. Seperti yang saya tulis sebelumnya bahwa ibu-ibu KRI memang menyengajakan memasak makanan dalam jumlah yang banyak. Supaya mahasiswa bisa membungkusnya dan membawa pulang. Hihiii… asik nggak tuh sodara-sodara :D

Yang paling sering itu adalah saat berbuka puasa bersama dengan mengundang kita semua dan WNI yang ada di sini. ‘Kita’ yang saya maksud adalah saya dan teman-teman mahasiswa di sini. Ngomong-ngomong berbuka puasa bersama, kita mah jarang absen yak, soalnya jarak tempuh dari tempat kita ke kota tempat KRI berada memang tidak begitu jauh. Satu jam perjalanan tidak begitu jauh kan, ya?  Di sini buka puasa diadakan seminggu sekali. Tetapi memang tidak semua WNI bisa selalu datang setiap minggunya. Tempat tinggal mereka jauh-jauh sih, soalnya banyak juga yang tinggal di provinsi-provinsi lain yang bukan Provinsi Songkhla.

Sepertinya, kegiatan bungkus membungkus makanan oleh mahasiswa ini, tidak hanya ada di sini saja.  Kayak teh Rosi bilang, beliau juga kebagian jatah membungkus makanan di KBRI di Inggris. Kalau beliau menyebutnya ‘Operasi Plastik’, saya menyebut ‘Operasi Saitung’ saja, biar terasa nuansa Thailand-nya, hahaa.

Kenalan dulu nih ya dengan istilah Saitung.

Jadi, kantong plastik dalam Bahasa Thailand disebut saitung. Saya pertama sekali kenal dengan istilah ini adalah saat membeli makanan di kantin, ditambah dengan istilah satu lagi, yaitu Saiho. Ketika sedang malas memasak, saya suka membeli makanan di kantin, tetapi saya malas makan di kantin. Soalnya malas duduk bercampur dengan mereka yang makan dengan di piringnya ada Ba**. Atau kalau nggak duduk bercampur, di samping kiri kanan adalah warung makanan yang ada bab**nya. Suka mual soalnya lihat piring dengan ba** di atasnya, atau melihat jejeran etalase makanan yang ada bab**nya.

Jadi, kalau di kantin, saya pesan bungkus saja. Bungkus plastik disebut Saitung (untuk lauk pauk dan sayuran)  dan bungkus dengan kertas makanan disebut Saiho (untuk nasi). Jadi cukup sebut saja Saitungdan Saiho jika membeli nasi tetapi tidak makan di tempat. Bahasa rakyatnya (Indonesia) nasi bungkus kali ya, LOL.

Jadi mudah kan ya. Kalau ke Thailand, jangan lupa dengan kata Saitung atau Saiho jika kalian membeli makanan dan minta dibungkus :D Tinggal tunjuk saja mana menu yang disuka dari balik kaca sambil bilang Saitung atau Saiho, mereka mengerti, kok.

Nah, ‘Operasi Saitung’ ala mahasiswa di KRI Songkhla ini termasuk momen yang paling memorablebuat saya. Momen yang campur aduk; antara malu-malu dan malui-maluin, noraknya ada, senangnya ada, serunya ada, dan yang pasti semua sibuk membungkus makanan, LOL. Begitu selesai Salat Taraweh, plastik telah tersedia di atas meja prasmanan, lalu… serbuuuu, eh salah, bungkuuuuus. LOL.

Maka inilah momen-momen seru tersebut, saya rangkum dalam cerita foto berikut. Diambil dari foto-foto di Ramadan tahun ini dan di tahun-tahun sebelumnya.




This belongs to Bayu Adi Kusuma since he edited this photo
Tiap orang membawa pulang bungkusan. Nggak cukup satu, LOL. This photo belongs to Bayu Adi Kusuma since he edited this photo

Dan ada videonya juga. Lumayan buat kenang-kenangan. Kalau nanti saya kangen sama kebersamaan di sini, tinggal lihat video ini saja :D



Terima kasih buat Pak Bayu, Pak Abdi, dan Pak Amin untuk foto-foto dan videonya. Terima kasih buat teman-teman Permitha (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Thailand) Prince of Songkhla University, Hatyai, atas kebersamaan kita selama ini. Kebersamaan yang tak akan saya lupakan dan akan selalu saya ingat saat saya kembali nanti. Love you all.
Time is Priceless, we only get it one time, use it usefully for togetherness, profit and happiness. -- jan jensen

Duet Pertama Duo 'Jang' dalam The Successful Story of A Bright Girl

$
0
0
Bagaimana puasamu temans? Masih lancar? Semoga ya, lagian masih di hari kedua ini, perjalanan masih panjang *apasih*

Aku kembali hadir bersama drama Korea *yeaayyy*. Siapa yang kangen? :p  Tapi kali ini adalah drama yang jadul sekali, rilis di tahun 2002. Yak, jadulnya nggak tanguung-tanggung, 13 tahun lalu!

Latar belakang dulu ya kenapa pilihan reviewku kali ini jatuh pada drama  The Successful Story of A Bright Girl, selanjutnya aku singkat menjadi TSoABG *makin disingkat makin ribet ternyata*which is itu tayang 13 tahun lalu. 
Jang Hyuk dan Jang Nara dalam The Successful Story of A Bright Girl (2002)
Aku menonton TSoABG, itu tahun lalu ketika Fated to Love You (Korean version) sedang tayang di Korea. Sebenarnya aku duluan menonton Fated to Love You dibanding TSoABG.  Baru saja di menit-menit pertama aku menonton Fated to Love You, aku langsung jatuh cinta pada dua karakter tokoh utamanya yang mana itu diperankan oleh Jang Hyuk (laki-laki) dan Jang Nara (perempuan) *perlu aku tulis laki-laki dan perempuan karena pembaca blog ini beragam :D


Saat itu, aku langsung bisa merasakan chemistry yang kuat antara keduanya. Aku merasa mereka seperti ditakdirkan bertemu dalam Fated to Love You *halah*. Biasanya aku baru bisa merasakan chemistry peran sepasang kekasih setelah melewati waktu sekian lama atau setelah pertengkaran yang ke seratus kalinya atau setelah kecemburuan yang keseribu kalinya. Yeah… begitu begitulah :D  Itu pun jarang juga. Biasanya aku malah tidak merasakan chemistry apa-apa *absurd*
Jang Hyuk dan Jang Nara dalam The Successful Story of A Bright Girl (2002)
Jadi, aku bertanya-tanya pada diri sendiri, kenapa kok aku langsung suka sama pasangan Jang Hyuk dan Jang Nara. Aku mencari-cari informasi, ternyata… mereka sudah pernah berpasangan dalam The Successful Story of A Bright Girl.  Aku penasaran, dong. Jadi, sambil menunggu tayangan Fated to Love You di Korea selesai tahun lalu itu, aku balik ke cerita cinta mereka di tahun 2002. Cerita cinta a la drama, hihii…
***

The Successful Story of A Bright Girl ini ceritanya standar banget. Seorang cewek miskin, putus sekolah, anak broken home, (sudah miskin broken home lagi), secara tidak sengaja ketemu sama cowok kaya yang anak orang kaya (CEO sebuah perusahaan kosmetik dan obat-obatan–lagi-lagi CEO) tetapi… songongnya minta ampun. Ceritanya tipikal banget lah pokoknya. Cewek miskin ketemu  cowok kaya.

Mungkin yang membedakan adalah cara bertemunya yang unik. Suatu hari si tokoh ceweknya lagi mandi di luar pekarangan gubuknya dengan memakai ember gede *dia lagi ngayal jadi orang kaya yang mandi pakai bath tub*. Sementara di tempat lain ada seorang cowok lagi main para layang pakai parasut. *aku kurang tau apa namanya, aku sebut saja para layang :v* Tiba-tiba parasutnya tidak berfungsi dan dia melayang-layang nggak jelas di udara sebelum akhirnya dia jatuh ke ember mandi si cewek. Inilah pertemuan pertamanya. Selanjutnya yeaah… masih seperti cerita kisah cinta biasa kebanyakan drama.  Mainstream banget.

Meskipun jalan ceritanya  agak lambat dan bertele-tele, belum lagi men-shootbagian-bagian yang menurutku tidak penting sehingga kadang harus aku skip, but overall aku suka sekali sama pasangan ini. Karakternya kuat dan mereka terlihat saling mendukung satu sama lain agar tercipta chemistry yang kuat antara keduanya. Yang aku suka adalah meskipun si tokoh utama ceweknya adalah orang miskin, dia menjalani hidup dengan penuh semangat dan optimis yang tinggi. Aku sukaaaa sekali dengan karakter tokoh perempuan yang seperti ini. Baik dalam cerita komik, buku, maupun film. Lihat saja bagaimana semangat dan optimisnya dia melalui video OST-nya di akhir tulisan ini.  Bayangkan, si tokoh cewek ini sudah miskin, diabaikan oleh kedua orangtuanya, rela keluar dari sekolah lalu bekerja demi membayar utang-utang orangtuanya, dihina, dicaci maki, dan banyak lagi penderitaan yang dialaminya. Tetapi, itu semua tidak membuatnya menjadi cewek yang mewek. Sedih, siapa sih yang nggak? Tetapi karatkter Jang Nara di sini bukan tipe cewek yang sedih berlarut-larut sampai putus asa. Misalnya,  suatu malam dia bersedih, besoknya dia kembali lompat-lompat dengan ceria dan menyapa semua orang yang ditemuinya. Sedihnya dia juga bukan sedih yang sampai bikin nangis kejer ala Park Shin Hye *sungkem dulu sama penggemar Park Shin Hye :D*

Cerita The Successful Story of A Bright Girl mungkin terlalu biasa, terlalu mainstream, konfliknya sendiri kadang terlalu betele-tele sehingga melebar ke mana-mana, tetapi aku tidak ingin melihatnya secara keseluruhan. Aku lebih suka fokus pada lugunya kebersamaan Jang Hyuk dan Jang Nara dalam drama ini. 13 tahun lalu, mereka terlihat sangat berbeda dengan yang bisa kita lihat saat ini. Tentu saja, 13 tahun  bukan waktu yang singkat untuk mengubah seseorang dalam banyak hal. Yang sudah pasti adalah soal bertambahnya usia yang kini membuat mereka tampak lebih dewasa, juga kematangan dalam segi peran yang dimainkan. 

Tahun 2002, Jang Nara dan Jang Hyuk masing-masing masih berumur 21 tahun dan 26 tahun. Umur yang boleh dibilang tidak terlalu muda meski belum disebut tua. Tetapi minim sekali adegan dewasa seperti ciuman yang berlebihan dalam The Successful Story of A Bright Girl sebagaimana drama Korea di masa-masa sekarang. Bahkan saat Jang Nara bertanya, apakah Jang Hyuk menyukainya, Jang Hyuk mengangguk malu-malu antara iya dan tidak, dan ceweknya pun tersipu-sipu. Ah, so sweet lah pokoknya. Seingat aku, ada adegan ciuman sekali, dan itupun dengan pengambilan gambar ‘seolah-olah’, artinya seolah-olah mereka berciuman tetapi sebenarnya tidak.

Kalau sekarang kan tidak, aktor dan aktrisnya memang benar-benar melakukannya, malah sangat hot. Yang lebih gawat lagi, bahkan pemain yang masih remaja saat ini, seperti Yeo Jin Goo (main dalam Orange Marmalade) dan Kim So Hyun (main dalam Who Are You?) sudah beradegan berciuman meski tidak terlalu hotsebagaimana pemain dewasa. Padahal umur mereka masih belasan tahun. Entah, mungkin aku yang terlalu kampungan, hehe. Tunggu saja sampai mereka berumur 21 tahun (seperti usia Jang Nara saat bermain dalam drama ini), kurasa mereka juga akan melakukan hal yang sama.


Kesimpulannya, apa yang membuat aku suka terhadap drama ini bukanlah tentang dramanya, tetapi lebih kepada pasangan duo artis bermarga ‘Jang’. Seandainya aku menontonnya dulu sekali, di tahun 2002, mungkin aku berharap mereka akan jadian di dunia nyata dan menikah. Mereka cocok satu sama lain. Lihat saja dari foto-fotonya. Tetapi, peran tetaplah tertinggal dalam dunia peran. Mereka berpisah seusai melepaskan peran masing-masing dan mungkin setelahnya saling melupakan. Jang Hyuk pun kini sudah menikah dan memiliki dua anak. Sementara Jang Nara masih singlesaja. Sampai kemudian drama Fated to Love You mempertemukan mereka kembali, setelah 12 tahun berlalu. Dan.. sampai jumpa di review Fated to Love You:D

Berikut salah satu OST The Successful Story of A Bright Girl dan saksikanlah chemistry cinta yang dulu pernah ada antara keluguan Jang Hyuk dan Jang Nara *halah :D


Apa yang Harus Dilakukan Ketika Baru Sampai di Thailand?

$
0
0
Apa yang Harus Dilakukan Ketika Baru Sampai di Thailand? What To Do When The First Get in Thailand?

Saya baru saja ditanya teman, saya kok jarang sekali menulis tentang Thailand. Kenapa, ya? Saya pun tak tahu jawabanya, haha.

Kalau begitu, baiklah, mulai sekarang saya akan menulis sedikit-sedikit informasi yang saya tahu tentang Thailand, Thailand di mata saya, dan mungkin sedikit catatan perjalanan ecek-ecek. Ya, karena saya bukan seorang traveler meskipun saya juga suka jalan-jalan. Tetapi saya tidak berani menaruh ‘cap’ traveler untuk diri saya sendiri. Di mata saya, traveler sejati adalah mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk berjalan ke sana kemari, mengabadikan perjalanannya melalui bidikan kamera dan catatan perjalanan, dengan sengaja mengalokasikan dana untuk bepergian dan bukannya bepergian sambilan apalagi sambil dinas misalnya, #eh. Tetapi pada dasarnya kita semua adalah pelancong (siapa sih yang tidak suka melancong?), cuma soal orientasi dan dedikasi saja kali, ya :D

Kalau kita mau googling, sebenarnya ada buanyaaak sekali tulisan tentang Thailand, tetapi masih sedikit–sedikit ya, bukan tidak ada–ditulis oleh mereka tinggal lama di sini. Informasi yang ditulis juga lebih banyak tentang informasi untuk traveler. Pergi ke mana saja, panduan mendapatkan hotel murah, dan sebagainya yang sejenis itu. Maka saya yang bukan traveler (sejati) ini, melalui blog ini, ingin membagikan informasi untuk mereka yang datang ke Thailand dalam rangka melanjutkan pendidikan. Tetapi yang perlu saya garisbawahi adalah saya akan lebih menitikberatkan pada wilayah di mana saya tinggal saja. Karena kalau disebut ‘Thailand’, mungkin ada yang berpikir satu informasi akan berlaku untuk semua wilayah Thailand. Padahal bisa saja tidak. Lha iya, Thailand ini kan luas sekali, walaupun tidak seluas Indonesia.  

So, let’s start with this topic;
bagi yang datang ke Thailand untuk melanjutkan pendidikan, apa saja yang harus dilakukan ketika baru sampai di Thailand?

Kedatangan pertama, mahasiswa beserta keluarganya diharapkan melapor ke KBRI (jika di Bangkok) atau KRI. Saat ini Indonesia hanya memiliki dua kantor perwakilannya di Thailand, yakni KBRI di Bangkok dan KRI di Songkhla (provinsi di mana saya tinggal sekarang). KRI di Songkla menaungi beberapa provinsi di Thailand Selatan. Mulai dari Narathiwat yang berada di perbatasan Thailand-Malaysia sampai ke Phuket. Kantor KRI ini berada di Muang Songkhla, ibukota Provinsi Songkhla.

Bentuk lapor diri ada dua macam. Lapor diri sebagai warga negara Indonesia dan sebagai mahasiswa. Lapor diri ini berguna bagi KBRI atau KRI untuk memantau dan mendata warga negara Indonesia yang ada di Thailand dan untuk mengantisipasi jika keadaan yang tidak kondusif terjadi. Kegiatan lapor diri ini juga dimaksudkan untuk memudahkan KBRI apabila mahasiswa yang bersangkutan memerlukan bantuan khusus dalam bidang studi. Data yang diperlukan adalah jurusan dan Universitas/Perguruan Tinggi, serta alamat selama tinggal di Thailand.

Izin tinggalnya bagaimana?

Berbeda denganpelancong dari Indonesia dan ASEAN yang bisa bebas Visa selama 30 hari (jika datang ke Thailand melalui udara) dan 14 hari (jika datang melalui darat) maka bagi mahasiswa atau mereka yang mengikuti longterm training, mereka harus menggunakan Visa untuk izin tinggal. Pada umumnya Visa untuk kerajaan Thailand berlaku tiga bulan. Oleh karena itu, sebelum visa habis masa berlakunya (sebaik-nya paling tidak seminggu sebelumnya) dilakukan perpanjangan.

Di mana bisa mendapatkan Visa Thailand?

Visa Thailand bisa didapatkan di Indonesia (diurus sebelum berangkat) yakni di kantor-kantor perwakilan Thailand di Indonesia semisal Thailand’s Embassy yang ada di Jakarta atau kantor-kantor konsulatnya. Saya sendiri pernah mengurus Visa di Konsulat Thailand di Medan.

Setelah lapor diri dilakukan, yang tak kalah penting adalah menemukan perkumpulan Mahasiswa Indonesia di Thailand. Bagi orang Indonesia di manapun mereka berada (di luar negeri), tak lengkap rasanya jika tidak berkumpul dengan sesama orang Indonesia. Karena merekalah saudara kita ketika berada jauh dari tanah air. Iya, bertemu dengan sesama orang Indonesia di luar negeri, seperti bertemu keluarga sendiri. Bahagianya tak terkira.

Tahun ajaran baru, baru saja dimulai. Welcome to Thailand, enjoy your study here :D
Apa yang Harus Dilakukan Ketika Baru Sampai di Thailand? What To Do When You First Get in Thailand?
Abel dan ayahnya

Pasangan Drama Asia Yang Saya Pernah Berharap Mereka adalah Pasangan Nyata Part 1

$
0
0
Pasangan Drama Asia Terbaik, Pasangan Drama Korea Terbaik

Judul panjangnya seharusnya begini;

Pasangan Drama Asia Yang Saya Pernah Berharap Mereka adalah Pasangan Nyata Tetapi Ternyata Mimpi Belaka, Huhu…

As usual, kalau saya sudah berturut-turut menulis tentang Thailand, saya akan menyelipkan  tulisan  tentang bahasan Korea. Biar nggak bosan, gitu. Tapi ini bukan cuma Korea aja sih, hehe.

Saya tulis part 1, berarti akan ada part 2. Bukan mau sok-sokan bikin penasaran, tetapi saya tulis apa yang sudah saya nonton saja dulu, yang mana itu jumlahnya masih sedikit. Iya, saya penonton yang lambat soalnya. Belum lagi kalau sempat mengalami gagal move on. Lamaaaa, barulah menonton judul lainnya -_-

Iya gagal move on. Dan itu banyak penyebabnya, salah satunya adalah susah menerima kenyataan bahwanya dramanya sudah berakhir yang mana itu berarti berakhir pulalah kisah manis-romantis-kinyis-kinyis. Ya, pasangan-pasangan yang terasa realini harus kembali ke kehidupan mereka yang benar-benar benar-benar real. Bahkan bisa jadi mereka tidak akan bertemu lagi. Itulah yang susah diterima. Maunya mereka jadian lah, trus hidup bahagia selamanya.

So, here they are; Pasangan Drama Asia Yang Saya Pernah Berharap Mereka adalah Pasangan Nyata

1.        Song Hye Gye dan Rain dalam Full House

Pasangan Drama Asia Terbaik, Pasangan Drama Korea Terbaik

Nggak usah ditanya bagaimana meweknya saya saat menonton Full House. Mata sampai bengkak akibat sesegukan selama beberapa jam, *lebay* LOL. Bukan karena ending yang sedih, malah sebaliknya, happy ending. Tapi jalan menuju ending-nya itu lho, terjal dan berliku-liku. Belum cukup ke-lebay-an mata bangkak akibat menangis, besoknya saya mengulang lagi menontonnya. tentu saja hanya di bagian-bagian pasangan ini saja. Belum cukup, saya sampai kepikiran berhari-hari, bhahaha…


2.        Yoon Eun Hye dan Joo Ji Hoon dalam Princess Hours

Pasangan Drama Asia Terbaik, Pasangan Drama Korea Terbaik

Sampai tahun lalu, sebelum saya mendengar kabar bahwa Joo  Ji Hoon berpacaran dengan salah satu personel girlband Korea, saya masih berharap mereka adalah pasangan nyata. Ya, setelah menonton Princess Hours, saya sempat gagal move on lama karena ternyata mereka harus berpisah karena dramanya sudah berakhir. Saat itu mereka masih sama-sama jomblo, sama-sama lugu, cocok banget kalau seandainya mereka menjadi the real couple. Chemistry-nya sudah dapat sejak mereka main Princess Hours. Peran mereka sebagai suami istri pangeran dan putri yang dijodohkan oleh Kerajaan Korea, adalah salah satu peran pasangan terbaik. Dan buat saya Princess Hours adalah salah satu drama Korea terbaik, dengan tempat syuting yang wah dan wardrobe yang mewah. Dress-nya keren-keren dan mewah.


3.        Ueno Juri dan Tamaki Hiroshi dalam Nodame Cantabile

Pasangan Drama Asia Terbaik, Pasangan Drama Korea Terbaik

Nodame Cantabile adalah salah satu drama Jepang terbaik buat saya. Saya jatuh cinta abis sama pemeran cowoknya, Tamaki Hiroshi, sejak di episode pertama. Ganteng, cool, dan yang paling saya suka adalah tatapan matanya, tajam seperti pedang *halah*. Ketika menonton Nodame Cantabile di episode-episode awal, saya belum ketemu chemistrypasangan ini, tapi makin ke sini, makin suka, lalu jatuh cinta. Saya suka sekali dengan cara Chiaki Sinichi memperlakukan kekasih hatinya. Cuek-cuek gimanaaa gitu, tapi hatinya hanya untuk Nodame seorang. Berharap bangeeeet mereka adalah pasangan di luar drama, tetapi itu semua dulunya hanyalah akting, hiks


4.        Shin Min Ah dan Lee Joon Ki dalam  Arang and The Magistrate

Pasangan Drama Asia Terbaik, Pasangan Drama Korea Terbaik

Saya adalah fans-nya Lee Joon Ki, selain So Ji Sub tentunya :D dari semua drama yang Lee Joon Ki yang sudah saya tonton, dengan ragam pasangannya, hanya dengan Shin Min Ah lah saya merasakan chemistryyang kuat. Mereka bertemu dalam Arang and The Magistrate. Sangat berharap sekali mereka menjadi pasangan nyata. Tetapi sekarang, itu semua jauh panggang dari api. Shin Min Ah sudah memilih Kim Woo Bin, pria yang lebih muda darinya, sebagai kekasih hatinya. Huh!


5.        Joe Chen dan Ethan Ruan dalam Fated to Love You

Pasangan Drama Asia Terbaik, Pasangan Drama Korea Terbaik

Menonton Fated to Love You versi Taiwan ini, sama seperti ketika saya menonton Full House. Banjir air mata, LOL. Ceritanya mengharu biru, membuat sebak di dada. Dibandingkan Fated to Love You versi Korea, versi Taiwan is the best lah. Chemistry yang kuat antara pasangan Joe Chen dan Ethan Ruan pernah membuat saya berharap mereka adalah suami istri beneran.


6.        Han Ji Min dan Park Yoo Chun dalam Rooftop Prince

Pasangan Drama Asia Terbaik, Pasangan Drama Korea Terbaik

Ini juga salah satu drama yang bikin banjir air mata. Ceritanya sedih banget, mana endingnya gantung lagi. Sempat gagal move on berhari-hari setelah menonton ini.


7.        Jang Nara dan Jang Hyuk dalam The Succesful Story of A Bright Girl

Pasangan Drama Asia Terbaik, Pasangan Drama Korea Terbaik

Walaupun chemistry duo Jang juga saya rasakan dalam Fated to Love You versi Korea, tetapi setelah menonton Fated to Love You saya malah tidak berharap mereka menjadi pasangan nyata. Saya berharapnya adalah ketika selesai menonton The Succesful Story of A Bright Girl(rilis tahun 2002). Sementara kedua judul di atas saya nonton di tahun 2014. Aneh, kan? Itu lebih karena saat main The Succesful Story of A Bright GirlJang Hyuk dan Jang Nara masih muda dan culun, sementara saat bermain dalam Fated to Love You, Jang Hyuk-nya sudah menikah. Jadi saya berandai-andainya untuk drama yang tayangnya  12 tahun lalu itu lah, *absurd* LOL.


8.        Lee Min Ho dan Goo Hye Sun dalam Boys Over Flower

Pasangan Drama Asia Terbaik, Pasangan Drama Korea Terbaik

Menyebut judul Boys Over Flowerberarti menyebut salah satu judul drama Korea yang paling ngehits dalam kurun waktu beberapa tahun ini. Saya pertama sekali suka Lee Min Ho ya dari drama ini, dan masih berharap dia tidak berubah terlalu drastis. Dengan rambut keritingnya itu, dengan sikap sombongnya itu, justru di situlah pesonanya, LOL. Dia cocok sekali berpasangan dengan Goo Hye Sun. lebih tua Goo Hye Sun sih, tetapi dia itu cewek yang imut, kok.


9.        Soo Ae dan Joo Ji Hoon dalam Mask

Pasangan Drama Asia Terbaik, Pasangan Drama Korea Terbaik


Mungkin ada yang menyadari kalau Joo Ji Hoon masuk list ini dua kali, tadi setelah Princess Hours :D
Saya sedang menonton Mask sekarang. Ceritanya standar sih ya, tetapiiii… saya suka sekali sama pasangan ini. Saya baru kali ini melihat akting Soo Ae walaupun sudah sering melihat akting Joo Ji Hoon. Langsung jatuh cinta sama Soo Ae di episode pertama dan merasakan chemistry mereka. Kalau ditanya, lebih berharap mana; Joo Ji Hoon – Yoon Eun Hye atau Joo Ji Hoon – Soo Ae? Saya akan sulit memilih. Masing-masing berperan dengan karakter yang beda-beda, yang mana saja boleh :D tetapi ya nggak mungkin tho yaaa, Joo Ji Hoon sudah tidak sendiri lagi, hiks.


10.Kim Tae Hee dan Song Seung Hoon dalam My Princess

Pasangan Drama Asia Terbaik, Pasangan Drama Korea Terbaik

Bagi yang belum tahu, My Princessberbeda dengan Princess Hours. Tahun tayangnya berbeda, ceritanya juga berbeda sama sekali, meskipun sama-sama mengambil setting Kerajaan Korea di jaman modern. Pernah  suka sama pasangan dan berharap mereka jadian di luar akting, tetapi itu harapan tinggal harapan. Tipe pria idaman Kim Tae Hee adalah Rain (yang main Full House di atas), dan bukannya Song Seung Hoon, hiks.

Itulah beberapa pasangan dalam drama Asia yang saya pernah berharap mereka adalah pasangan nyata.

Bagaimana denganmu temans? Kalian yang pernah menonton drama Asia, siapakah pasangan yang kau pernah berharap mereka adalah pasangan nyata?

Bendera

$
0
0

Jam baru menunjukkan pukul  sembilan pagi, tetapi matahari sudah bersinar dengan begitu terik.

Tiga pemudi berpakaian serba putih, semuanya berjilbab, memakai syal merah putih di leher mereka dan memakai peci, terlihat melangkah tegap dengan gerak yang serentak. Ketiganya menuju di satu titik, dengan di sana telah berdiri satu sosok. Seorang dari mereka maju menuju sosok tersebut. Sosok yang hari ini menjadi titik pusat kegiatan hari ini; pengibaran bendera. Tanpa kehadirannya di titik tempat dia berdiri saat ini, bisa jadi kegiatan hari ini tidak bisa dimulai. Lihat saja, rombongan yang entah dari mana yang sudah menyemut di halaman gedung berlantai dua ini. Mereka menunggu sosok itu berdiri di titik tersebut, sejak matahari masih malu-malu.

Terlihat sosok tersebut mengambil sebuah baki berisi kain dan menyerahkan kepada satu di antara tiga gadis yang hari ini akan disematkan kepada mereka gelar pahlawan. Pahlawan pembawa kain dalam baki; bendera.

Langkah tegap tiga pemudi tersebut terdengar seperti gerak para prajurit di lapangan meski tanpa peluit. Hanya berjalan beberapa langkah saja, mereka tiba di depan sebuah tiang nan menjulang. Bendera diikat pada talinya, lalu dibentangkan dengan selebar-lebarnya. Bersamaan dengan itu, terdengar suara dengungan membahana di ujung kiri sana. Seorang dirigen cantik memimpin mereka dengan enerjik. Benar, dia perempuan muda yang cantik dan cekatan. Tangannya bergerak ke kiri ke atas ke atas ke bawah, tubuhnya kadang condong ke depan kadang tegak. Senyumnya ditebar ke sepenjuru rombongan penyanyi. Mereka bernyanyi, mengiringi merah putih.   
Para pemudi pengibar bendera hari ini. Photo was taken by Bayu Adi Kusuma at KRI Songkhla, Thailand.
Aku dan rombongan biasa kami di sudut lainnya, juga ikut bernyanyi. Tanpa meletakkan tangan kananku di samping pelipis kananku, aku menatap lurus ke selembar kain merah putih yang terbentang gagah, pelan-pelan lepas dari pegangan seorang gadis, pelan-pelan naik seiring gerakan tarikan si tali. Satu tarikan, dua tarikan, tiga tarikan, mungkin di keempat atau kelima, dia lepas dari pegangan, untuk siap-siap mengangkasa.

Aku berpikir, alangkah terhormatnya si kain merah putih hari ini. Semua mata tertuju adanya. Tangan-tangan memberi hormat padanya. Dada kami bergemuruh kencang ketika gema ‘Indonesia raya… Merdeka… Merdeka…’ terdengar membahana. Kami telah larut dalam alunan ‘Indonesia raya… Merdeka… Merdeka…’

70 tahun lalu, negeri kami telah dinyatakan kemerdekaannya dari penjajahan negeri asing. Nenek moyang kain berwarna merah putih tersebutlah saksi atas sejarah atas kedaulatan bangsa ini. Saksi untuk sebuah pekikan akbar; Merdeka!

Dari Negeri Gajah Putih, berkibar merah putih.

Dirgahayu Republik Indonesia ke 70.

Kupertahankan kau demi kehormatan bangsa 
Kupertahankan kau demi tumpah darah 
Semua pahlawan-pahlawanku
Bendera, COKLAT


Viewing all 137 articles
Browse latest View live